Rabu, 13 September 2023
beberapa bangunan selain dapur dan ruang masuk
gerbang, tanpa fasilitas kunjungan, klinik kesehatan, bengkel, ruang kelas dan layanan
lain yang diperlukan atau kalaupun ada maka pasti terbatas. sebab populasi penjara
terus meningkat maka jadi hal biasa mendapati ruang kelas, bengkel dan bangunan
lainnya dan area luar ruangan diubah sebagai penampungan tambahan. Fasilitas yang
dibangun sebagai struktur sementara sering terus dipakai beberapa tahun kemudian.
Beberapa fasilitas yang dipakai sebagai penjara dibangun untuk tujuan yang agak
berbeda atau untuk kategori tahanan yang sangat berbeda dengan mereka yang saat
ini ditampung. Dalam beberapa hal, tidak ada modifikasi yang dibuat dan bahkan bila
perubahan bangunan telah dilakukan, banyak fasilitas akan terus menyajikan tantangan
yang signifikan bagi manajemen penjara.
Selama konflik atau dalam situasi paska konflik, atau sebab bencana alam, sistem
penjara mungkin benar-benar rusak dan akan membutuhkan pembentukan kembali.
Akibatnya tahanan mungkin berdesakan dalam ruang kecil pada saat penangkapan
dilakukan secara masal dan sistem peradilan pidana tidak fungsional. Selama tahap
rekonstruksi, sementara sistem peradilan pidana dalam proses sedang dipulihkan atau
dikembangkan, penangkapan yang sewenang-wenang dan penahanan berkepanjangan
cenderung sering terjadi. Setiap program pembangunan penjara, terhalang oleh
banyak tantangan, termasuk kesulitan keamanan dan logistik, tidak mungkin untuk
mengimbangi, mengatasi masalah kepadatan yang parah dan hak asasi manusia.
Seringkali dampak kepadatan dirasakan bukan hanya sebab kurangnya ruang
tetapi sebab tidak efisiennya manajemen dari ruang yang tersedia, atau aturan yang
memberi waktu minimal diluar area penampungan.
Perencanaan perbaikan atau konstruksi penjara, faktor kunci untuk dipertimbangkan
saat memperhitungkan perluasan kapasitas penjara dan mengurangi dampak
kepadatan
• Penelitian telah menunjukkan bahwa tren kejahatan saja memiliki dampak marjinal pada tingkat
penjara. Tingkat hukuman penjara dan tingkat kejahatan dapat berkembang independen satu
sama lain. Meningkatnya kriminalitas dapat berdampak pada tingkat hukuman penjara, tapi
tidak, dengan sendirinya, menjadi faktor utama yang meningkatkan tingkat penahanan. Cara di
mana pemerintah merespon kejahatan yaitu kunci untuk memahami pertumbuhan dramatis
dalam tingkat hukuman penjara di banyak negara.
Faktor sosial ekonomi dan politik
• Akar penyebab banyak pelanggaran dapat ditemukan dalam kesenjangan sosial dan ekonomi
dan marjinalisasi sosial ekonomi para pelaku, dengan tingkat keamanan sosial dan keadilan
sosial yang lebih tinggi terkait dengan kurangnya pemberian hukuman penjara.
Akses terhadap keadilan
• Di banyak negara, beberapa besar orang tidak menikmati hak-hak, faktanya, yang menjamin
akses mereka terhadap keadilan, dan menjadi sasaran penangkapan sewenang-wenang,
penahanan pra-ajudikasi yang memakan waktu lama dan pengadilan yang tidak adil, dimana
semuanya berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah tahanan, banyak di antaranya telah
dipenjarakan sebab kemiskinan atau kerentanan lainnya.
Penahanan pra-ajudikasi yang berlebihan
• Penahanan pra-ajudikasi yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama yaitu endemik di
banyak negara, meskipun ada ketentuan hukum internasional yang membatasi penahanan
pra-ajudikasi. ini memiliki dampak yang dramatis pada jumlah dan komposisi populasi
penjara di banyak negara.
Kebijakan peradilan hukum pidana
• Kebijakan peradilan hukum pidana telah berdampak pada pertumbuhan populasi dan kepadatan
di penjara-penjara di banyak negara. Pengadilan di banyak negara saat ini lebih cenderung
menghukum pelaku pelanggaran dengan hukuman penjara dan menjatuhkan hukuman lebih
lama dibandingkan yang mereka berikan satu dekade yang lalu. Pelanggar non-kekerasan yang
telah melakukan kejahatan kecil semakin berkemungkinan dipenjara, bukannya ditangani
dengan pemberian peringatan, denda, hukuman yang ditangguhkan, atau langkah keadilan
restoratif. Alternatif non-penahanan berbasis warga sering diabaikan demi perampasan
kebebasan.
Hukum narkoba dan kejahatan terkait narkoba
• Hukum narkoba dan kebijakan penegakan hukum yang berpusat pada penjara, bahkan untuk
pelanggaran yang bersifat minor, memiliki dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya
pada jumlah populasi penjara di seluruh dunia.
• Di banyak negara, meskipun fakta bahwa pengguna narkoba yaitu bagian terbesar dari
populasi penjara, tetapi keberadaan perawatan dan program rehabilitasi yang memadai bagi
mereka masih kurang.
Pemberian hukuman penjara yang tidak pantas
• Di beberapa negara, orang dengan gangguan kesehatan mental ditahan dalam penjara,
sebab kurangnya lembaga perawatan kesehatan mental yang memadai di warga . Di
tempat lain, penjara dipakai terlalu sering dalam menanggapi pelanggaran yang dilakukan
oleh orang dengan kebutuhan perawatan kesehatan mental.
• Mereka yang tak membayar denda atau hutang dipenjarakan secara otomatis di beberapa
negara memberi kontribusi kepadatan dalam penjara.
Alternatif hukuman penjara
• Dalam undang-undang banyak negara diberikan rentang alternatif yang sangat terbatas.
Akibatnya pengadilan memiliki beberapa pilihan sebagai penyelesaiannya, sesuai dengan
tingkat keseriusan dan sifat pelanggaran.
• Seringkali masalahnya bukan undang-undang, tetapi keengganan untuk menerapkan undangundang yang ada. Alternatif mungkin tidak dapat dipakai sebab : (1) kurangnya kepercayaan
akan efektivitas mereka; (2) kurangnya infrastruktur yang diperlukan dan proses organisasi
untuk bekerjasama antara lembaga peradilan pidana, (3) kurangnya dana, dan pelatihan staf
untuk mengawasi, dan (4) kurangnya dukungan publik.
Rehabilitasi narapidana dan mencegah terulangnya tindak pelanggaran
• Sebagian besar anggaran sistem penjara biasanya dipakai untuk meningkatkan keamanan,
keselamatan dan ketertiban, dengan jumlah yang tidak memadai yang tersedia untuk investasi
dalam rehabilitasi narapidana. Tantangannya semakin parah saat penjara bertambah padat.
• Tingginya angka residivisme oleh mantan tahanan yaitu tantangan yang signifikan di
seluruh dunia, memberi kontribusi meningkatnya hukuman penjara dan kepadatan di
penjara.
Krisis kepadatan
• Kadang-kadang peningkatan mendadak dalam kepadatan mungkin dialami akibat situasi
krisis saat penangkapan dilakukan secara massal dan sistem peradilan pidana lumpuh. Hal
ini mungkin disebabkan oleh pengenalan kebijakan penegakan hukum berdasar represi,
undang-undang darurat, yang memperluas kekuasaan dan kebebasan bertindak polisi dan
kekuasaan polisi yang terkait dengan badan-badan pemerintah lainnya, memperluas kriteria
yang biasanya diperlukan untuk penangkapan dan penahanan pra-ajudikasi, memperpanjang
tahap proses hukum tertentu atau mensahkan penahanan dengan alasan administrasi.
Pelanggaran pembebasan bersyarat dini
• Di beberapa negara penghapusan pembebasan bersyarat memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap kepadatan di penjara. Sebagian besar yaitu sebab pelanggaran teknis dan bukannya
akibat dari pelanggaran baru.
Kapasitas penjara
• Sambil membangun kapasitas penjara baru mungkin diperlukan untuk menyediakan ruang dan
standar hidup yang memadai, langkah ini tidak dapat dianggap sebagai solusi jangka panjang
untuk masalah kepadatan dalam penjara.
saat langkah-langkah non-penahanan dan sanksi dipakai untuk menggantikan
hukuman penjara, langkah-langkah ini berkontribusi langsung terhadap
pengurangan populasi penjara. Sebuah keuntungan lebih lanjut dari memakai
alternatif hukuman penjara yaitu dapat membantu mengurangi pengulangan tindak
pidana, dan dengan demikian membantu mengurangi populasi penjara dalam jangka
panjang. beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat pengulangan tindak
pidana umumnya lebih rendah dalam kasus-masalah bagi mereka yang dijatuhi hukuman
sanksi non-penahanan, dibandingkan dengan hukuman penjara.247 Selanjutnya,
residivisme itu sendiri dapat memicu prospek hukuman penjara yang jauh lebih
tinggi terhadap pelanggaran kedua atau ketiga di beberapa negara, berakibat pada siklus
hukuman penjara dan pembebasan yang berulang. Dengan demikian, saat menilai
dampak dari alternatif pada pengurangan populasi penjara, tingkat perbandingan
residivisme antara pelanggar yang menjalani hukuman penjara dan mereka yang
dikenakan sanksi warga , serta dampak akan kembali dihukum penjara di waktu
mendatang, harus juga harus diperhitungkan, bahkan jika faktor-faktor ini sulit untuk
diukur.
Bab ini menawarkan gambaran isu-isu kunci, termasuk keuntungan dan perangkap
memakai alternatif hukuman penjara, beberapa contoh sanksi non-penahanan dan
rekomendasi untuk menjamin pelaksanaan alternatif hukuman penjara. Contoh sanksi
non-penahanan ini dipilih atas dasar biaya yang relatif rendah, kemudahan dalam
pelaksanaan, setidaknya beberapa rekam jejak yang terbukti mengurangi hukuman
penjara, dan kesesuaiannya untuk dipakai dalam lingkungan paska-konflik. Dengan
demikian ini yaitu alternatif yang termasuk dalam Model Criminal Code, yang
dikembangkan oleh United States Institute of Peace (USIP) bekerja sama dengan UNODC
dan lain-lain (lihat Bibliografi). Pengalihan telah dibahas dalam bab sebelumnya. Dalam
bab ini, referensi lebih lanjut untuk pengalihan dibuat dalam kaitannya dengan kategori
khusus, pada sub bab 6.
Untuk penelitian yang lebih menyeluruh dari topik ini, silakan lihat UNODC
Handbook Handbook on Basic Principles and Best Practices in implementing Alternatives to
Imprisonment248 dan UNODC Handbook on Restorative Justice Programmes.
249
1. Tinjauan
Aturan Standar Minimum PBB untuk Langkah Non-penahanan (Aturan Tokyo) mendorong
pemakaian alternatif untuk penahanan dan hukuman penjara, sebagai langkah untuk
mengurangi kepadatan dan untuk memenuhi kebutuhan reintegrasi sosial yang lebih efektif bagi para pelaku kejahatan di warga . Aturan ini merekomendasikan
ketersediaan berbagai sanksi non-penahanan dalam undang-undang pidana, cocok
untuk berbagai jenis pelanggaran, dan berlaku untuk perkara individu masing-masing
pelaku.250 Ketersediaan berbagai sanksi non-penahanan jelas diperlukan sebagai
langkah pertama menuju peningkatan pemakaian alternatif hukuman penjara pada
kenyataannya .
Sanksi non-penahanan bisa mencakup:
• Denda: Pelaku kejahatan diperintahkan untuk membayar denda yang ditentukan
oleh pengadilan.
• Penangguhan hukuman (dengan atau tanpa pengawasan):251 Hukuman yang
dijatuhkan sesudah keputusan formal tindak pidana dimana pelaku tidak wajib
menjalankan hukumannya. Dalam masalah pidana, hakim pengadilan memiliki
kemampuan untuk menangguhkan hukuman orang yang didakwa sesudah
sesudah membacakan putusan hukuman denda atau penjara, atau keduanya.
Ada dua jenis penangguhan hukuman. Seorang hakim mungkin tanpa syarat
melepaskan terdakwa dari semua kewajiban dan batasan. Sebuah penangguhan
hukuman tanpa syarat mengakhiri keterlibatan sistem pengadilan dalam ini
dan terdakwa tidak memiliki hukuman untuk dijalankan. Namun, keputusan
pidana terdakwa akan tetap menjadi bagian dari catatan publik. Seorang hakim
juga dapat menjatuhkan penangguhan hukuman bersyarat. Jenis hukuman ini
menangguhkan eksekusi hukuman selama terdakwa menunjukkan perilaku
yang baik. Sebagai contoh, orang yang dihukum sebab mengutil untuk
pertama kalinya bisa menerima hukuman yang dijatuhkan oleh hakim yakni
tiga puluh hari penahanan—hukuman yang bisa ditangguhkan dengan
syarat bahwa terdakwa tidak melakukan pelanggaran lainnya hingga tahun
berikutnya. sesudah tahun berlalu tanpa insiden, hukuman dilepaskan. Namun,
jika terdakwa melakukan kejahatan lain, hakim berhak untuk mencabut
penangguhan dan memberlakukan hukuman penjara tiga puluh hari.
Apakah penangguhan hukuman dianggap setara atau sekadar pelengkap perintah masa
percobaan atau dianggap sebagai tindakan hukum yang sama sekali berbeda tergantung
pada yurisdiksi. Di bawah perintah masa percobaan, terpidana tidak dipenjara tetapi
ditempatkan di bawah pengawasan seorang pembimbing kewarga an selama jangka
waktu tertentu. orang yang melanggar masa percobaan kemungkinan akan dicabut
masa percobaannya dan harus menjalani hukuman sebenarnya.
Dalam beberapa yurisdiksi, penundaan hukuman juga dianggap sebagai penangguhan
hukuman. Sebuah penundaan hukuman pidana berarti bahwa hakim tidak
mengumumkan hukuman segera sesudah keputusan dibuat. Pengadilan memakai
penundaan dan penangguhan hukuman bersyarat untuk mendorong terpidana agar
terhindar dari masalah. Dengan demikian, pengadilan akan memberlakukan jenis
hukuman bersyarat untuk kejahatan ringan dan bagi orang yang tidak memiliki
catatan kriminal
• Hukuman yang ditunda: Keputusan diambil untuk tidak menjatuhkan hukuman
dengan syarat bahwa pelaku menjalani beberapa tindakan, seperti perawatan
untuk alkoholisme, kecanduan narkoba atau menerima nasihat psikologis.
Tergantung pada hasil, pelaku mungkin tidak menerima hukuman formal
dan sebab itu, tergantung pada yurisdiksi, tidak akan ada catatan kejahatan
permanen.
• Penghapusan hak-hak tertentu: Pembatasan ditempatkan pada hak-hak tertentu,
seperti hak untuk melakukan jenis pekerjaan tertentu, untuk menduduki posisi
tertentu dalam pemerintahan atau melakukan perjalanan ke tempat-tempat
tertentu.
• Pembatasan kebebasan: Pelaku wajib tinggal di tempat tertentu (biasanya yaitu
tempat tinggalnya) di bawah pengawasan badan khusus. Pelaku tidak dapat
mengubah tempat tinggal, pekerjaan atau pendidikan, tanpa izin badan yang
mengawasi.
• Pelayanan warga : Pelaku melakukan pekerjaan yang tidak dibayar untuk
kepentingan warga . Pelayanan warga dilakukan selain pekerjaan
rutin dari terpidana.
• Pekerjaan pewarga an: Jenis hukuman yang secara luas dipakai di
beberapa negara Eropa Timur dan negara-negara Asia Tengah, dimana pelaku
terus melakukan pekerjaan tetapnya tetapi diperintahkan untuk membayar
persentase tertentu dari gajinya kepada negara.
• Pemantau elektronik: kadang-kadang dinamakan alternatif, meskipun tegas
dikatakan, bukannya alternatif seperti kelihatannya, justru lebih yaitu
metode baru yang mengawasi atau melacak pelaku yang telah dibebaskan
sambil menunggu persidangan, atau sebagai sarana menegakkan berbagai
hukuman yang diterapkan dalam warga , serta dalam masalah pembebasan
dini.
Di beberapa negara, pengalaman pemantauan elektronik telah jadi hal positif dan
dipandang sebagai cara yang efektif untuk melacak pelaku di warga , sehingga
memberi keyakinan bahwa hakim perlu menerapkan langkah-langkah non-penahanan
dan sanksi. Namun, kekhawatiran juga muncul dalam kaitannya dengan pemakaian
pemantauan elektronik. Ini termasuk fakta bahwa teknologi itu mahal dan oleh sebab
itu metode pengawasan semacam ini mungkin tidak cocok untuk banyak negara dengan
sumber daya yang rendah, di mana memakai manusia untuk mengawasi pelaku
mungkin jauh lebih efektif. Kekhawatiran lain dan lebih mendasar yaitu bahwa
pemakaian gelang elektronik menambahkan lapisan pengawasan dan pembatasan
pada pelaku, kadang-kadang ini tidak dibenarkan, sehingga melanggar secara
berlebihan pada privasi dan martabat manusia dari si pelaku. Pertimbangan ini
harus dilakukan dengan hati-hati sebelum memperkenalkan pemakaian pemantauan
elektronik, terutama di negara bersumber daya rendah.
Kepatuhan terhadap prinsip hak asasi manusia
Standar internasional menentukan kerangka hak asasi manusia di mana sanksi nonpenahanan dapat diterapkan. Prinsip dasar dengan sanksi yang mewajibkan pelaku untuk
melakukan tindakan tertentu yaitu bahwa tindakan ini memerlukan persetujuan
dari pelaku. Selain itu, sebab penyalahgunaan hak asasi manusia dapat terjadi dalam
pelaksanaan sanksi, seperti pelayanan warga , yang membutuhkan orang untuk
melakukan tindakan tertentu di bawah pengawasan, maka sangat penting bahwa pelaku
meminta bantuan kepada sistem pengaduan formal, yang jelas diatur dalam undangundang.
Hukuman alternatif dapat meningkatkan volume sanksi
Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa alternatif hukuman penjara tidak selalu
mengurangi tingkat hukuman penjara atau kepadatan di penjara, melainkan mengarah
pada peningkatan volume sanksi yang dijatuhkan oleh pengadilan. ini mungkin
bahkan berkontribusi terhadap peningkatan populasi penjara. Sebagai contoh, saat
pelaku yang dijatuhi sanksi warga melanggar syarat hukuman mereka, mereka akan
berakhir lagi di penjara, kadang-kadang dengan masa hukuman yang lebih panjang
dibandingkan hukuman penjara yang mereka terima sebelumnya. Pengadilan juga bisa
memberi hukuman non-penahanan dalam kasus-masalah kecil, yang mungkin telah
dihilangkan dengan sebuah peringatan di masa lalu, sehingga langsung memperbesar
volume sanksi. Jadi, perlu adanya peringatan yang lebih keras dalam menargetkan
hukuman alternatif secara tepat, sambil memastikan bahwa syarat yang disertakan tidak
perlu rumit, untuk memenuhi tujuan keadilan dan untuk mengurangi tingkat hukuman
penjara.
Di sisi lain, ada juga bukti dari beberapa yurisdiksi Eropa, seperti negara-negara
Skandinavia dan Jerman, bahwa sering memakai denda dibandingkan hukuman penjara
telah membantu mengurangi tingkat hukuman penjara. Hal yang sama berlaku untuk
alternatif lain seperti hukuman bersyarat dan penangguhan dan pelayanan warga ,
serta pemantau elektronik (terutama di Swedia).
Penurunan populasi penjara dengan hukuman alternatif tradisional di Finlandia
Pengalaman Finlandia membuktikan bahwa hasil nyata dapat dicapai hanya dengan memakai
alternatif tradisional, seperti denda dan hukuman bersyarat. Sebagai konsekuensi dari inisiatif reformasi
yang dimulai di negara ini pada tahun 1960, pada 1990-an sekitar dua dari tiga hukuman penjara
di Finlandia diberlakukan secara bersyarat dan denda diberlakukan lebih dari 60 persen dari semua
hukuman yang jatuhkan oleh pengadilan. Pelayanan warga dipakai secara eksperimental pada
tahun 1992 dan dibuat permanen pada tahun 1995. Jumlah hukuman penjara turun dari 11.538
pada tahun 1992 menjadi 7.102 pada tahun 2007, bersamaan dengan meningkatnya jumlah perintah
pelayanan warga , dari yang tidak ada pada tahun 1992 menjadi 3.312 pada tahun 2007. Dalam
waktu singkat pelayanan warga menggantikan 35 persen dari hukuman penjara singkat dari
maksimal delapan bulan.
Penargetan
Agar undang-undang mencapai pengurangan dalam tingkat hukuman penjara, maka
perlu ditargetkan dengan benar. Target mengacu pada pemilihan yang hati-hati
terhadap pelaku pelanggar yang memenuhi syarat untuk langkah non-penahanan.
• Pertama, analisis perlu dilakukan pada orang yang yang diberikan
hukuman penjara singkat, sekaligus dengan pelanggaran mereka.
• berdasar informasi itu, penilaian dapat dibuat mengenai profil pelaku,
yang bisa memenuhi syarat untuk mendapatkan alternatif.
• Jenis pelanggaran dan batas atas hukuman penjara dimana alternatif dapat
diperkenalkan harus ditentukan sesudah itu. Jika batas atas terlalu tinggi,
hal itu dapat memicu kegagalan, jika terlalu rendah, hal itu mungkin
berdampak kecil pada populasi penjara. Pertimbangan ini perlu seimbang.
• Faktor-faktor lain juga harus diperhitungkan: misalnya, penjahat kambuhan
biasanya tidak cocok, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman di beberapa
negara.
Untuk mengurangi risiko efek penerapan hukuman alternatif ini, disarankan agar
pengadilan pertama-tama memutuskan hukuman penjara untuk sebuah tindak pidana
yang diancam hukuman penjara, mengikuti kriteria yang lazim untuk hukuman, dan
kemudian, di tahap kedua, memutuskan apakah lama masa hukuman dan perkara pidana
lainnya akan menjustifikasi hukuman penjara untuk diganti dengan alternatif. Model
Criminal Code mengusulkan prosedur ini dan menetapkan jangka waktu maksimum
hukuman penjara yang dapat digantikan dengan alternatif, seperti tiga tahun. (Lihat
Kotak).
Model Criminal Code, Pasal 54: Pergantian Hukuman Pokok dengan Hukuman Alternatif
1 saat pengadilan mengumumkan keputusan hukuman penjara tidak lebih dari tiga tahun, baik
untuk pelanggaran tunggal atau untuk beberapa pelanggaran, sebelum setiap pengurangan
dipakai dalam tahanan menurut Pasal 51 (4), maka dapat mengganti hukuman pokok penjara
ini dengan hukuman alternatif.
2 Dalam menentukan apakah hukuman alternatif lebih tepat dibandingkan hukuman pokok penjara,
pengadilan harus memperhatikan:
(a) beratnya pelanggaran pidana yang dilakukan;
(b) Beratnya konsekuensi dari tindak pidana;
(c) Tingkat tanggung jawab pidana dari terpidana;
(d) Setiap faktor yang memberatkan dan meringankan diatur dalam Pasal 51, dan
(e) Karakter dan keadaan pribadi terpidana.
Paragraf 1: sesudah pengadilan telah menjatuhkan hukuman penjara pada orang , dan hukuman
untuk pelanggaran tunggal atau beberapa pelanggaran yaitu kurang dari tiga tahun, pengadilan
bergerak ke tahap baru dalam penentuan hukuman: penentuan kesesuaian hukuman alternatif. Jika
langkah ini dianggap tepat, pengadilan harus memilih hukuman alternatif untuk dijatuhkan .... “
Lihat: United States Institute of Peace, eds. Vivienne O’Connor dan Colette Rausch dengan Hans-Joerg
Albrecht dan Goran Klemencic, Model Codes for Post-Conflict Criminal Justice, Volume 1, Model
Criminal Code, 2007, hal. 138-141.
Langkah mendorong pengadilan memakai alternatif
Pengadilan dapat didorong untuk memakai alternatif hukuman penjara bukan
dengan hukuman penjara singkat dengan pedoman hukuman yang menentukan
pemakaian sanksi non-penahanan dalam kasus-masalah tertentu dan/atau dengan
mensyaratkan bahwa hakim menjelaskan keputusan pengadilan untuk menjatuhkan
hukuman penjara di mana alternatif tersedia dalam hukum. Lihat contoh yang
diberikan dalam kotak nanti, dengan mengacu pada Jerman di mana Hukum Pidana
baru menentang pengenaan hukuman kurang dari enam bulan dan pengadilan diminta
untuk memberi alasan khusus secara tertulis untuk menjatuhkan hukuman penjara
jangka pendek. Pengadilan juga harus memberi justifikasi tambahan jika mereka
menahan menangguhkan hukuman yang kurang dari satu tahun. Langkah ini, bersama
dengan langkah lain yang dijelaskan dalam Bagian 4, B, memicu penurunan yang
signifikan dalam ukuran populasi penjara. Langkah yang sama dipakai di Kazakhstan,
menyusul pemeriksaan praktik internasional dalam program yang komprehensif yang
bertujuan untuk mengurangi ukuran populasi penjara di negara itu. Lihat Kotak.
Kazakhstan— hakim diminta untuk menjelaskan alasan menjatuhkan hukuman penjara
Pada bulan Oktober 2001 keputusan diambil oleh Kolegium Pidana Mahkamah Agung untuk
memperkenalkan proses yang mewajibkan hakim untuk menjelaskan alasan menjatuhkan
hukuman penjara dalam keputusan pengadilan mereka, dan bukannya alternatif, jika hukum
memberi kedua pilihan untuk pelanggaran yang dilakukan. Persyaratan ini memiliki dampak
penting pada pengurangan hukuman penjara pada akhir tahun 2001 dan 2002.
Perubahan ini memicu pengurangan hukuman penjara dari 51,3 persen dari semua hukuman
pada tahun 2000 menjadi 41,8 persen pada tahun 2002.
Alternatif yang mana?
Saat ini terdapat berbagai macam hukuman alternatif yang tersedia dalam undangundang dari banyak negara di seluruh dunia. Beberapa dari mereka cukup rumit, mungkin
mencakup kombinasi dari sanksi, dan memerlukan layanan khusus, seperti layanan
masa percobaan, untuk mengawasi pelaksanaannya. Sementara pada prinsipnya mereka
mungkin berguna dalam membantu reintegrasi sosial dari para pelaku di warga ,
banyak dari mereka jarang dipakai sebab biaya dan komplikasi organisasi yang
terlibat. Kadang-kadang, persyaratan yang terlalu berat untuk dipenuhi, memicu
sering terjadinya pelanggaran dan, sebagai akibatnya, hukuman penjara.
Alternatif tradisional, seperti denda dan hukuman bersyarat dan hukuman yang
ditangguhkan, dapat berkontribusi pada pengurangan populasi penjara tanpa perlu
prasarana rumit dan mahal, seperti yang dipersyaratkan oleh beberapa alternatif yang
lebih canggih atau yang lebih baru lainnya. Sanksi-sanksi berbiaya kecil ini tersedia
bagi sebagian besar wilayah hukum tanpa investasi besar. Perintah layanan warga
populer di banyak wilayah hukum sebab tujuan simbolik mereka memberi kembali
sesuatu kepada warga yang telah dirusak oleh aktivitas kriminal dan sebab
mereka dianggap lebih dari sebuah "hukuman" dibandingkan denda atau penangguhan
hukuman. Ini yaitu alternatif-alternatif yang telah dipilih untuk tinjauan di bawah ini.
Model Criminal Code for Post-Conflict Countries (MCC) mencakup alternatif-alternatif ini
sebagai pilihan-pilihan yang relatif sesuai di Negara-negara paska konflik.256 MCC juga
mencakup semi-kebebasan (semi-liberty) sebagai hukuman alternatif (Pasal 57), yang
belum tercakup di sini, sebab potensinya yang terbatas untuk mengurangi populasi
penjara. Pilihan ini tidak bermaksud untuk mencegah pemakaian alternatif konstruktif
lainnya sesuai dengan konteks ekonomi, sosial dan politik dari wilayah hukum yang
berbeda.
Denda
Denda yaitu salah satu alternatif yang paling efektif yang bisa menghindarkan pelaku
dari hukuman penjara.257 Denda juga relatif mudah dipakai , tetapi pengenaan denda
dan pelaksanaannya memerlukan beberapa dukungan administratif. Isu-isu yang perlu
ditangani adalah:
• Perhitungan denda yang pantas, sehingga mereka tidak menyulitkan orang
miskin;
• Meminimalkan peluang bagi praktek korupsi dengan memastikan bahwa
pengumpulan denda dilakukan sesuai dengan prosedur hukum dengan
struktur administrasi yang transparan dan efisien;
• Menetapkan aturan dalam hukum dan dalam pedoman untuk hakim,
mewajibkan pengadilan untuk mempertimbangkan denda sebagai pilihan
pertama, untuk kejahatan tertentu, dengan panjang maksimum tetap untuk
masa hukuman penjara.
Pengenalan atau reformasi sistem denda membutuhkan pemikiran yang matang
terutama, meskipun tidak secara eksklusif, di negara-negara berpenghasilan rendah, di
mana tahanan sebagian besar miskin dan tidak mampu membayar denda. Pengenaan
sistem denda-hari, yang memperhitungkan pendapatan dari pelaku mungkin efektif
dalam situasi semacam itu. Tentu saja, di mana denda yang diatur dalam undangundang pidana sebagai alternatif hukuman penjara, memperkenalkan sistem dendahari dapat meningkatkan kredibilitas, keadilan dan efektivitas alternatif ini.
Sistem Denda-Hari
Menurut sistem denda-hari, denda dihitung dengan mengalikan dua faktor: satu menunjukkan
keseriusan pelanggaran dan yang lainnya menunjukkan pendapatan bersih harian pelaku.
Jadi, jika kejahatan senilai 30 "hari", dan setiap hari bernilai $1 untuk satu orang dengan berpenghasilan
rendah dan $20 untuk orang kaya, maka pelaku miskin perlu membayar denda sebesar $30, sementara
orang kaya perlu membayar denda sebesar $600.
Prinsip yang mendasari yaitu bahwa dampak dari denda yaitu sama pada kaum kaya dan miskin,
yang menghilangkan diskriminasi dalam hukuman.
Model Criminal Code penjelasan untuk Pasal 50, Penentuan Kelayakan Denda sebagai
Hukuman Pokok, mengakui keunggulan sistem denda-hari dalam beberapa hal,
sebab dibutuhkan pertimbangan kapasitas penghasilan individu orang ini . Ini
menyimpulkan bahwa sistem ini tidak cocok untuk negara-negara paska-konflik, sebab
kesulitannya, seperti kesulitan dalam menghitung pendapatan yang sebenarnya dari
orang dan kebutuhan akan sistem dan struktur yang mungkin tidak tersedia.
maka MCC menetapkan tingkat minimum dan maksimum denda, dengan
ketentuan bahwa pengadilan harus mempertimbangkan kemampuan terpidana untuk
membayar denda, serta memberi jangka waktu yang wajar untuk narapidana
membayar denda.258
Penangguhan hukuman
Secara umum, tujuan dari penangguhan hukuman yaitu untuk memberi peringatan
keras pada pelaku pelanggaran dengan potensi hukuman penjara pada tahap yang akan
datang, dengan membacakan putusan hukuman penahanan, tanpa menjalankannya.
ini bertujuan untuk mencegah pelaku melakukan pelanggaran apapun di lalu
hari, meskipun ia tidak terkena dampak berbahaya dari penjara. Ini yaitu langkah
yang sederhana dan efektif yang biasanya dipakai terhadap para pelanggar yang
telah melakukan pelanggaran non-kekerasan dan pelanggaran kecil, pelaku pelanggaran
untuk pertama kalinya, dalam masalah di mana perkara keringanan diterapkan dan untuk
kategori khusus, seperti remaja dan wanita dengan anak-anak kecil atau wanita hamil.
Keuntungan dari penangguhan hukuman yaitu bahwa hukuman alternatif ini tidak
memerlukan masukan tambahan yang signifikan dari sumber daya manusia atau
keuangan, dalam penerapannya.
Penangguhan hukuman memiliki bentuk yang berbeda dalam wilayah hukum
(yurisdiksi) yang berbeda. Dalam beberapa hal, mungkin tidak ada syarat yang melekat
pada penangguhan hukuman, selain tidak melakukan tindak pidana lain selama masa
penangguhan. Di sebagian besar wilayah hukum, pelaku mungkin perlu memenuhi
syarat tertentu selama periode penangguhan, seperti menjalani pengobatan untuk
kecanduan narkoba atau berpartisipasi dalam program rehabilitasi lain, seperti
rehabilitasi psikososial di warga atau program peradilan restoratif.
beberapa penelitian telah menemukan bahwa pelaku yang menerima penangguhan
hukuman memiliki tingkat yang lebih rendah dalam melakukan pengulangan tindak
pidana (reoffending) dibandingkan dengan beberapa sanksi non-penahanan lainnya dan
hukuman penjara. Namun, ada juga beberapa kekhawatiran yang berkaitan dengan
penerapan penangguhan hukuman:
Citra publik yang buruk: Publik sering menganggap penangguhan hukuman sebagai
pilihan yang lunak dan gagal menghukum pelaku secara layak untuk kejahatan yang
dilakukan.
Efek yang meluas (Net-widening): Kritikus juga berpendapat bahwa manfaat positif
penangguhan hukuman pada populasi penjara mungkin sebanding dengan efek yang
meluas, yang terjadi saat pengadilan memakai opsi hukuman yang lebih berat
sebagai pengganti alternatif yang lebih ringan jika tidak sesuai.
Yang lainnya mendukung keuntungan penangguhan hukuman, sebab alternatif ini
membuat para pelaku pelanggaran diterima di warga , memberi kesempatan
untuk rehabilitasi dan, jika dipakai dengan benar, mengalihkan pelaku pelanggaran
dari pemicu meningkatnya kepadatan penjara.
Dalam analisa yang berkaitan dengan apakah publik memang menentang penangguhan
hukuman, beberapa studi menemukan bahwa:
• Dalam penangguhan hukuman itu sendiri tidak ditemukan banyak masalah,
tetapi pada kenyataannya bahwa warga tidak cukup tahu tentang tujuan
dan implikasi dari penangguhan penahanan;
• Sebagian besar orang tidak menentang pemakaian penangguhan hukuman
pada umumnya, tetapi hanya saat alternatif ini dipakai dalam kasus-masalah
kekerasan dan pelanggaran serius;262
• saat syarat disertakan dalam penangguhan hukuman, dukungan publik
meningkat secara signifikan (setidaknya di Australia dan Kanada)
Pertimbangan dan temuan penelitian di atas akan muncul untuk mendukung pemakaian
penangguhan hukuman yang menetapkan bahwa:
• Penggunaannya dibatasi untuk jenis pelanggaran non-kekerasan tertentu yang
akan dijatuhi hukuman penjara singkat, jika penangguhan hukuman tidak ada
atau dibatasi untuk kategori tertentu dari pelaku, seperti pelanggar dengan
penyakit mental, wanita dengan anak-anak kecil;
• Pelaku pelanggaran ini diwajibkan untuk memenuhi syarat tertentu
selama periode operasional penangguhan, untuk mengatasi akar penyebab
pelanggaran, bila sesuai;
• syarat yangmenyertaipenangguhantidakbegituberatuntukdipenuhiberkaitan
dengan risiko beberapa besar pelaku melanggar syarat teknis penangguhan
dan berakhir di penjara.
Jerman — dekriminalisasi dan perluasan pemakaian penangguhan hukuman dan denda
untuk mengurangi populasi penjara
Pada tahun 1969, Jerman Barat dirombak KUHP-nya untuk mengurangi pemakaian langkah-langkah
penahanan. Untuk mencapai ini , reformasi ini menggabungkan beberapa langkah. Pertama,
hukuman penjara kurang dari satu bulan dihapuskan dan diganti dengan denda. Kedua, banyak
pelanggaran kecil dilegalkan dan diubah menjadi pelanggaran administratif dan dihukum dengan denda
saja. Termasuk pelanggaran lalu lintas, dan pelanggaran ketertiban umum. Ketiga, KUHP yang baru
sangat tidak menganjurkan pengenaan hukuman kurang dari enam bulan, dengan persyaratan untuk
pengadilan agar memberi alasan tertentu dalam bentuk tulisan mengapa menjatuhkan hukuman
penjara jangka pendek. Pengadilan harus memberi justifikasi tambahan jika mereka berhenti
memberi penangguhan hukuman yang kurang dari satu tahun. Akibatnya, terjadi penurunan besarbesaran dalam hukuman penjara antara 1968 dan 1996 dari 136.519 menjadi 36.874. Pada tahun
1996 hukuman penjara hanya 5 persen dari semua hukuman pengadilan, sementara 82 persen dari
pelanggar menerima denda dan sisanya 12 persen ditangguhkan hukuman. Tingkat penjara sebelum
reformasi tahun 1968 yaitu 106.a
Angka ini berkurang menjadi 81 pada tahun 1995.
Penangguhan hukuman
Menurut KUHP Jerman, pengadilan harus menangguhkan hukuman penjara hingga satu tahun setiap
kali pelaku dapat diharapkan untuk berhenti melakukan tindak pidana lebih lanjut. Pengadilan juga
berwenang untuk menangguhkan hukuman antara satu dan dua tahun jika pengadilan menemukan
"Keadaan khusus" dalam pelanggaran atau kepribadian pelaku. Apa yang awalnya dipahami sebagai
tindakan grasi luar biasa secara bertahap menjadi sifat yang rutin. Meskipun hanya 878 hukuman 1-2
tahun yang dihentikan pada tahun 1976, angka ini meningkat menjadi 10.735 pada tahun 1996,
yang berarti dua dari tiga hukuman penjara yaitu hukuman 1-2 tahun. Perluasan penangguhan
hukuman memiliki efek menahan peningkatan keputusan untuk pelanggaran serius menengah tanpa
membebani sistem penjara
Penting untuk dicatat bahwa penangguhan hukuman di Jerman disertai dengan satu atau dua syarat,
dimana pelaku diwajibkan untuk memenuhinya. Bisa saja pembayaran kompensasi kepada korban
atau organisasi amal atau negara, melaporkan ke polisi, menghindari kontak dengan orang
tertentu atau menjalani pengobatan atau rehabilitasi. Jika pelaku melakukan pelanggaran baru atau
serius melanggar ketentuan masa percobaan, pengadilan bisa mencabut penangguhan dan pelaku
lalu harus menjalani hukuman aslinya di penjara.
Sampai setidaknya tahun 2008, denda tetap yaitu hukuman yang paling sering diterapkan
dan mayoritas hukuman penjara ditangguhkan. Pada tahun 2008 misalnya, pemenjaraan tanpa
penangguhan terdiri 6 persen dari semua hukuman yang diberikan dan penangguhan hukuman
penjara terdiri lebih dari 13 persen dari semua hukuman. Ini berarti bahwa tujuh dari sepuluh hukuman
penjara ditangguhkan. Denda mencapai angka 71 persen dari semua hukuman. Tindakan disipliner dan
langkah-langkah pendidikan untuk pelanggar muda memiliki angka 11 persen dari semua hukuman.b
.
Layanan warga
Perintah layanan warga mewajibkan pelaku untuk melakukan pekerjaan tanpa
dibayar dalam beberapa jam tertentu atau untuk melakukan tugas tertentu. Pekerjaan
itu harus memberi layanan kepada warga . Selain membuat terpidana
bertanggung jawab atas tindakannya, pelayanan warga memberi kompensasi
kepada warga atas kerusakan yang terjadi. Efektivitas pelayanan warga sebagai
alternatif telah dilaporkan secara luas menimbulkan kepuasan warga setempat atas
bentuk hukuman seperti ini.l Daya tarik layanan warga sebagai alternatif pidana
penjara sebagian besar sebab pelaku melakukan beberapa tindakan sebagai hukuman
atas pelanggaran yang dilakukan, sekaligus juga membayar kembali warga yang
telah mereka rugikan. Namun layanan warga bukanlah sanksi sederhana untuk
diterapkan.
Faktor-faktor berikut perlu diperhatikan saat mempertimbangkan pengenalan pada
program pelayanan warga :
• Sebelum memberlakukan perintah seperti itu, pengadilan membutuhkan
informasi yang dapat dipercaya bahwa pekerjaan tersedia di bawah pengawasan
yang tepat;
• Pelayanan warga memerlukan pengawasan yang ketat untuk memastikan
bahwa pelaku melakukan pekerjaan yang diwajibkan dan bahwa ia tidak
dieksploitasi dengan cara apapun. Dalam banyak yurisdiksi, layanan atau
petugas masa percobaan melakukan fungsi yang setara memikul tanggung
jawab utama untuk memastikan bahwa persyaratan ini terpenuhi;
• proses kerjasama yang efektif perlu dibangun antara pengadilan, lembaga
yang akan memberi pekerjaan dan badan yang bertanggung jawab dalam
pengawasan.
Sistem ini memiliki implikasi sumber daya yang jelas yang harus dipertimbangkan
sebelum menerapkan undang-undang tentang langkah-langkah pelayanan warga .
Staf yang memadai, tempat dan dana yaitu hal-hal yang diperlukan oleh badan yang
bertanggung jawab dalam mengawasi program pelayanan warga . Pilihan ini
mungkin cocok untuk lingkungan paska-konflik tapi hanya jika sumber daya yang cukup
untuk pengawasan tersedia.
. Disposisi paska hukuman
Mengembangkan atau memperkuat ketentuan untuk pembebasan dini
Sebuah langkah yang efektif dalam pengurangan populasi penjara yaitu berbagai
bentuk pembebasan dini yang tersedia dalam undang-undang di sebagian besar negara.
Aturan Tokyo mendorong pemakaian metode pembebasan dini.268 Disposisi paskahukuman yang tercantum dalam Aturan 9.2 dari Aturan Tokyo mencakup pembebasan
bersyarat dan remisi, yang yaitu bentuk yang paling umum dipakai untuk
pembebasan dini dalam wilayah hukum di seluruh dunia, selain cuti dan rumah singgah,
pekerjaan dan pendidikan dan pengampunan.
DEFINISI
Parole atau pembebasan bersyarat berarti tahanan dibebaskan lebih awal dari penjara dengan syarat
paska pembebasan individual. ini dapat bersifat wajib saat itu terjadi secara otomatis sesudah
periode minimum atau masa hukuman yang ditetapkan telah dijalankan, atau bersifat pilihan saat
keputusan harus dibuat apakah akan melepaskan seorang tahanan dengan syarat, sesudah periode
tertentu dari hukumannya telah dijalankan.a
Pembebasan dini atau bebas bersyarat selalu disertai
dengan syarat umum bahwa tahanan harus berhenti terlibat dalam kegiatan pidana. Namun, ini
tidak menjadi satu-satunya syarat yang dikenakan. Syarat lain dapat diterapkan pada tahanan, sejauh
bahwa ini yaitu sesuai untuk keberhasilan reintegrasi sosialnya.b
Remisi hukuman yaitu bentuk pembebasan tanpa syarat. Remisi biasanya diberikan secara
otomatis sesudah masa hukuman yang ditetapkan telah dijalankan, tetapi juga mungkin masa hukuman
yang ditetapkan namun telah dipotong. Kadang-kadang remisi dibuat tergantung pada perilaku yang
baik di penjara dan bisa dibatasi atau ditarik jika tahanan tidak berperilaku sesuai atau melakukan
pelanggaran disiplin.c
Kebanyakan sistem memiliki remisi maupun pembebasan bersyarat dini.
Statistik pengulangan tindak pidana (reoffending) dari beberapa negara menunjukkan
bahwa pengulangan tindak pidana saat pembebasan bersyarat rendah dibandingkan
dengan pengulangan tindak pidana sesudah pembebasan. Sebagai contoh, di Inggris
dan Wales sekitar 67 persen dari pelaku melakukan pengulangan tindak pidana dalam
waktu dua tahun. Tapi hanya 6 persen yang melakukan pelanggaran selama periode
pembebasan bersyarat yang biasanya sekitar satu tahun.269 Perbandingan pengulangan
tindak pidana oleh mereka yang dibebaskan secara bersyarat selama periode waktu
yang lebih lama termasuk sesudah masa operasional pembebasan bersyarat berakhir,
dengan orang yang dibebaskan dari penjara tanpa pembebasan bersyarat, yaitu
hal yang langka. Namun, studi komprehensif berbasis-Inggris Raya menemukan bahwa
tingkat keputusan baru (reconviction) terhadap orang yang dibebaskan secara bersyarat,
dibandingkan dengan tingkat keputusan baru yang diprediksi dalam waktu dua tahun,
lebih rendah untuk semua tindak pidana dan khususnya untuk pidana kekerasan dan
seksual.
Statistik rinci dari negara-negara non-barat dan berkembang tidak tersedia secara
luas. Informasi yang terbatas menunjukkan bahwa tingkat pengulangan tindak pidana
diantara mereka yang dibebaskan menurut berbagai metode pembebasan dini sangat
rendah juga di negara-negara ini .
Pembebasan bersyarat dini di Kazakhstan
Di Kazakhstan, undang-undang baru diberlakukan pada tahun 2003, yang meningkatkan pemakaian
alternatif hukuman penjara, mengurangi hukuman untuk pelanggaran tertentu dan melonggarkan
persyaratan untuk mendapatkan hak pembebasan bersyarat dini, antara lain, yang termasuk kampanye
kesadaran publik yang komprehensif. Penurunan yang sangat signifikan dalam populasi penjara
dicapai sebagai hasil dari inisiatif-inisiatif ini. Angka tahanan yang dibebaskan secara bersyarat lebih
dari dua kali lipat sesudah undang-undang baru diberlakukan. Tingkat umum residivisme (termasuk
semua tahanan yang dibebaskan) mengalami penurunan sebesar 7,8 persen antara tahun 2002 dan
2003, meskipun ada peningkatan mereka yang dibebaskan dari penjara.
Pembebasan dini di Uruguay
Pada tanggal 14 September 2005, Parlemen Nasional memakai hukum "Humanisasi dan
Hukum Modernisasi sistem penjara", yang memperkenalkan beberapa langkah yang bertujuan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan di penjara, termasuk pembebasan awal sekali seumur hidup, sebagai
tanggap darurat terhadap kepadatan akut di penjara.
Hak darurat sekali seumur hidup untuk mendapatkan pembebasan dini diterapkan dalam kategori
terpidana atau orang dalam penahanan preventif yang diseleksi secara hati-hati. sesudah
dibebaskan, mereka tetap berada di bawah pengawasan Patronage of Incarcerated dan Discharged
Prisoners (Binaan Penjara dan Tahanan yang Dibebaskan) - sebuah lembaga dari Departemen Dalam
Negeri (yang bertanggung jawab atas administrasi sistem penjara di Uruguay), tujuannya yaitu untuk
mengawasi dan mendukung mantan tahanan dalam memfasilitasi reintegrasi sosial mereka.
Binaan membagi tugasnya ke dalam dua tahap:
Tujuh hari sebelum pembebasan, tahanan diwawancarai oleh perwakilan Binaan dan seorang petugas
sipil ditugaskan untuknya sampai sisa hukuman diselesaikan. Wawancara dan informasi ini yang
dikumpulkan sebelum pembebasan memungkinkan koordinasi dukungan yang diberikan kepada
mantan tahanan dengan rencana bantuan sosial nasional yang ada, serta memperoleh alokasi di
tempat penampungan, jika diperlukan, untuk mencegah timbulnya tunawisma.
Selama tahap kedua di bawah pengawasan Binaan, kesulitan yang dihadapi oleh tahanan yang
dibebaskan dipelajari untuk merancang rencana pribadi dalam memfasilitasi tempat tinggalnya.
Distribusi keranjang makanan darurat, perlengkapan kesehatan dan tiket transportasi umum disediakan
sebagai pinjaman. Bila mantan tahanan membutuhkan pekerjaan, bantuan diberikan. Jika orang
ingin menerima pelatihan untuk profesi tertentu, kemungkinan dimulai dengan kursus pelatihan
yang ditawarkan dalam kerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja. Jika orang yang dibebaskan
pernah memiliki profesi sebelumnya tetapi tidak memiliki alat yang diperlukan untuk berlatih, maka
lembaga ini memberikannya dengan syarat bahwa mantan tahanan akan membayar biaya yang
dikeluarkan dengan hasil kerjanya.
Orang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur (atau melakukan tindakan pidana baru)
langsung kehilangan manfaat yang diberikan oleh hukum dan dikembalikan ke penjara.
850 tahanan dibebaskan berkat hukum ini (sekitar 10 persen dari total populasi penjara pada waktu itu)
dimana 25 persen harus kembali ke penjara, jumlah yang jauh lebih rendah dibandingkan rasio residivisme
nasional, yaitu sekitar 60 persen.
Dalam rangka memenuhi tugas-tugas dukungan dan pengawasan, Binaan telah diperkuat dengan
sumber daya manusia dan materi.
Peran yang mendukung dari Binaan dan hasil positifnya telah menunjukkan bahwa saat mantan
tahanan menerima dukungan yang memadai dan terkoordinasi, mereka lebih sukses dalam memulai
kehidupan lagi dan kesempatan mereka kembali ke penjara berkurang jauh.
Perlu ada kehati-hatian dalam menerapkan pembebasan dini beberapa besar tahanan
untuk mengurangi kepadatan pada saat-saat krisis sebab risiko pengulangan tindak
pidana dan besarnya kerugian yang ditimbulkan yakni mengurangi dukungan publik
untuk langkah-langkah ini . Seperti yang ditunjukkan dalam masalah Uruguay dalam
kotak, perlu ada penilaian yang tepat dari mereka yang akan dibebaskan, serta dukungan
yang berkelanjutan dan terkoordinasi untuk mantan tahanan agar berhasil memperoleh
tempat tinggal sesudah dibebaskan. Di negara lain, pembebasan beberapa besar tahanan
menurut undang-undang pembebasan dini luar biasa telah memicu hasil negatif:
pembebasan tahanan yang tidak layak, pengulangan tindak pidana dan persepsi publik
yang buruk mengenai langkah pembebasan dini.
. Mengambil keputusan pembebasan
Keputusan pembebasan bersyarat dini biasanya dibuat oleh otoritas independen
atau semi-independent, seperti otoritas peradilan atau dewan pembebasan bersyarat.
Agar keyakinan dan kepercayaan dalam sistem peradilan dipertahankan, dan untuk
menghindari diskriminasi, penting bahwa keputusan ini diambil secara adil.
Para pembuat keputusan memerlukan informasi yang memadai tentang para tahanan
yang memenuhi syarat untuk pembebasan bersyarat dini, termasuk perilaku mereka di
penjara dan kebutuhan dukungan lebih lanjut di warga sesudah dibebaskan. Penting
bahwa informasi ini dikumpulkan dengan bantuan alat penilaian yang dapat membantu
menentukan risiko yang ditimbulkan oleh tahanan dan kebutuhannya. Juga penting
bahwa tahanan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan. Dalam beberapa yurisdiksi, tahanan perlu mengajukan permohonan untuk
pembebasan bersyarat dini dan jika mereka tidak menyadari hak ini, mereka mungkin
tak dapat melakukannya. Peningkatan kesadaran di kalangan narapidana tentang hak
mereka mendapatkan pembebasan bersyarat dini yaitu sebab itu sangat penting
dalam yurisdiksi ini . Akses ke bantuan hukum selama menjalani hukuman penjara
penting dari perspektif ini, seperti yang disebutkan dalam bab D, bagian 3.
Otoritas yang memiliki tanggung jawab untuk mengambil keputusan juga harus memiliki
hak untuk meninjau dan mengubah persyaratan bila diperlukan dan prosedur yang tidak
memihak harus siap untuk menilai dugaan pelanggaran persyaratan pembebasan.
Selain itu, tahanan harus memiliki kesempatan untuk keputusan banding dengan
mengajukan pada otoritas yang lebih tinggi, seperti pengadilan khusus atau sistem
pengadilan nasional.
Ada risiko penyalahgunaan dalam sistem pembebasan bersyarat dini, terutama dalam
sistem yang rawan masalah korupsi. maka penting bahwa langkah-langkah
disiapkan untuk menjamin akuntabilitas para pengambil keputusan.Dukungan terhadap pelaku pelanggaran di bawah pengawasan pembebasan
bersyarat dini
Agar pembebasan bersyarat dini mencapai tujuannya yakni memungkinkan
reintegrasi sosial bertahap dari pelaku sesudah dibebaskan, perlu disiapkan
jaringan dukungan sosial yang memadai dan serangkaian perhatian di
warga untuk setiap perlakuan yang diterima di penjara, dan untuk
koordinasi antara administrasi penjara dan layanan di warga . Peran dan
pendekatan yang dilakukan oleh dewan dan staf yang bertanggung jawab
dalam pengawasan pelaku yang dibebaskan secara bersyarat sangat penting dalam
mencapai keberhasilan transisi dari penjara dengan kehidupan di luar. Pendekatan
yang paling sukses yaitu yang merespon risiko maupun kebutuhan dari pelaku dan
yang bertujuan untuk mengembangkan kekuatan mereka, sebagaimana dibuktikan oleh
penurunan tingkat pengulangan tindak pidana, sebagaimana dijelaskan lebih lanjut
dalam bagian 5.4.
Di sebagian besar negara, terutama di negara-negara berkembang, badan yang
bertanggung jawab atas pengawasan ini memiliki staf, kemampuan teknis dan
sumber daya yang sangat terbatas dan dengan demikian hanya tampil sebagai badan
tempat melapor para pelaku secara berkala. Dengan begitu saja dampak pada reintegrasi
sosial jadi minimal dan terutama bergantung pada usaha dan kemampuan khusus
individu-individu yang terlibat.
Di beberapa negara di Eropa Timur dan Asia Tengah, inisiatif disiapkan untuk mengubah
"inspeksi eksekutif pidana" sebelumnya, yang dipakai untuk memenuhi fungsi
ini di atas ke dalam "layanan masa percobaan" gaya barat, dengan tujuan untuk
memberi dukungan kepada pelaku dalam perpindahan tempat tinggal. Hasilnya
beragam. Dalam Federasi Rusia, kesuksesan besar telah dicapai sebab kehendak politik
dan investasi dalam sistem dan kemitraan dengan LSM internasional (Reformasi Pidana
Internasional) yang telah memberi bantuan teknis dan peningkatan kapasitas untuk
membantu membuat sistem berfungsi.
. Pencabutan pembebasan bersyarat dini
Aturan Tokyo membatasi pemakaian hukuman penjara dengan kebutuhan minimum
dalam masalah pelanggaran langkah non-penahanan. Aturan ini mendorong preferensi
diberikan kepada langkah non-penahanan alternatif seandainya ada keputusan untuk
mengubah atau mencabut langkah non-penahanan dan untuk memaksakan hukuman
penjara hanya sebab tidak adanya langkah alternatif lain yang sesuai. Modifikasi atau
pencabutan langkah non-penahanan harus dilakukan oleh pejabat yang berwenang dan
hanya sesudah pemeriksaan yang cermat terhadap fakta-fakta oleh petugas pengawas dan
pelaku. Pelaku memiliki hak untuk mengajukan banding ke pengadilan atau otoritas
independen lainnya yang kompetenMeskipun ketentuan ini, mantan tahanan kembali ke penjara sebab pelanggaran dalam
mematuhi syarat pembebasan bersyarat dan bukannya sebab melakukan pelanggaran
baru, telah memberi kontribusi pada pertumbuhan populasi penjara yang sangat
signifikan di beberapa yurisdiksi, seperti yang disebutkan sebelumnya. Di negara-negara
ini , ada kebutuhan mendesak untuk meninjau semua aspek sistem pembebasan
bersyarat dini, termasuk pembenaran dan kelayakan syarat yang dikenakan pada tahanan
yang dibebaskan dan kualitas pengawasan dan dukungan yang diberikan.
Sebuah studi perbandingan yang mencakup beberapa negara bagian di Amerika
Serikat, Australia, Kanada, Inggris dan Wales, Jepang, Selandia Baru dan Skotlandia
menemukan bahwa beberapa faktor kunci telah memberi kontribusi terhadap semakin
tingginya tingkat pencabutan, sebab pelanggaran teknis di beberapa yurisdiksi:
• Jumlah persyaratan yang menyertai pembebasan bersyarat yang tidak selalu
memenuhi harapan yang masuk akal.
• Pergeseran dari "reintegrasi" menjadi "penegakan hukum" (atau "pendekatan
kasus" menjadi "pendekatan pengawasan") dalam pengawasan pembebasan
bersyarat, yang sering didorong oleh budaya yang menekankan penilaian risiko
(bukan kebutuhan) dan memegang tanggung jawab pengawasan pada pelaku
residivisme selagi bebas bersyarat, ditambah dengan peningkatan beban masalah
yang memaksa pengawas untuk memprioritaskan antara fungsi kendali mereka
dan reintegrasi sosial, yang paling sering mengarah ke pemilihan opsi terhadap
"kontrol" yang lebih mudah dan sedikit berisiko.
• Pengenalan teknologi pengawasan baru, yang telah meningkatkan kapasitas
pengawas pembebasan bersyarat untuk mendeteksi pelanggaran pembebasan
bersyarat, yang, saat digabungkan dengan pendekatan penegakan hukum
yang berlaku, dan filosofi manajemen risiko saat ini, dapat memicu
peningkatan yang signifikan dalam pencabutan.
• Jangka waktu pengawasan sesudah pembebasan juga yaitu sebuah
faktor. sebab lamanya hukuman tak tetap telah meningkat dalam beberapa
yurisdiksi, dan sebab pelaku yang menerima hukuman ini memiliki
jangka waktu pengawasan yang relatif lebih lama sesudah pembebasan dini,
jumlah pencabutan pembebasan bersyarat dari kelompok pelaku ini juga
diperkirakan akan meningkat.
Penelitian ini juga mencatat bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
ketidakpatuhan pada syarat teknis memberi isyarat kemungkinan adanya perilaku
pidana lebih lanjut dari si pelaku, atau bahwa pengembalian pelaku ini ke penjara
sebenarnya mencegah mereka terlibat dalam perilaku pidana lebih lanjut. Penelitian ini
juga mengacu pada penelitian lain yang menjelaskan bagaimana metode pengawasan
belum berjalan efektif dalam mengurangi residivisme. Bahkan, pendekatan pengawas
yang seimbang—menggabungkan pekerja sosial dengan aparat penegak hukum—
diusulkan menjadi metode pengawasan yang paling efektif
Rekomendasi untuk mengurangi jumlah orang yang kembali ke penjara sebab pelanggaran
teknis persyaratan pembebasan dini
Dengan mempertimbangkan kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian yang ada, ketentuan standar
internasional dan contoh-contoh praktek yang baik, langkah-langkah berikut dapat dipertimbangkan
untuk mengurangi pengulangan tindak pidana dan pelanggaran oleh pelaku pada pembebasan
bersyarat dini:
• Prosedur dan struktur pengambilan keputusan perlu dikaji untuk memastikan bahwa badan
yang membuat keputusan bersifat independen, memiliki akses ke informasi yang memadai dan
dapat diandalkan tentang pelaku, serta kebutuhan yang efektif dan alat penilaian risiko, untuk
mengambil keputusan yang adil, konsisten dan tepat, untuk meminimalkan risiko kepada
publik dan meningkatkan prospek tempat tinggal pelaku, dengan menyesuaikan kondisi
dengan kebutuhannya.
• Investasi dilakukan dalam tingkat perekrutan yang memadai dan pelatihan bagi mereka yang
bertanggung jawab untuk mengawasi orang yang memperoleh pembebasan bersyarat
dini. Pelatihan harus bertujuan untuk membekali para pengawas dengan peran positif, berfokus
pada reintegrasi sosial yang sukses dari mantan tahanan mereka, dibandingkan berkonsentrasi
secara eksklusif pada penegakan hukum.
• Kerjasama dengan lembaga sosial, kesehatan, pekerjaan dan perumahan dalam warga
harus secara aktif didorong dan diformalkan dengan perjanjian. Mereka harus menerima
tanggung jawab bersama untuk kesuksesan reintegrasi sosial dari mantan pelaku dan diberikan
sumber daya yang memadai untuk memenuhi tanggung jawab ini.
• Persyaratan pembebasan bersyarat tidak boleh terlalu rumit atau berat untuk dipenuhi dan
harus mempertimbangkan keadaan pribadi dari pelaku. Misalnya, jika pelaku tinggal di daerah
pedesaan di mana dia harus melakukan perjalanan jauh agar dapat melapor ke kantor terdekat
untuk bertanggung jawab atas pengawasan pembebasan bersyarat, atau jika ia yaitu seorang
ibu dan ada kebutuhan untuk mengurus perawatan alternatif bagi anak-anaknya, atau pelaku
yang masih muda yang perlu bersekolah, pengaturan harus mempertimbangkan keadaan ini.
• Persyaratan juga harus masuk akal dan cocok dengan kebutuhan dan risiko yang ditimbulkan
oleh pelaku (misalnya menghindari persyaratan seperti pengujian narkoba atau alkohol rutin
bagi mereka yang pelanggarannya tidak ada hubungannya dengan pemakaian narkoba atau
alkohol).
• Hukuman Penjara bagi pelanggaran pembebasan bersyarat harus dihindari sejauh mungkin,
yang memungkinkan pihak yang berwenang memakai wewenang dalam merespon
secara tepat, tergantung pada masalah individu. Pedoman dapat dikembangkan untuk mencegah
pemakaian hukuman penjara, dan mengusulkan suatu struktur hirarkis dari tindakan yang
dapat diambil, seperti peninjauan persyaratan, dengan mempertimbangkan alasan pelanggaran,
serta sanksi lainnya yang dapat diterapkan, sebelum beralih—sebagai langkah terakhir—pada
hukuman penjara.
• Partisipasi pelaku dalam pembahasan untuk mencabut pembebasan bersyarat dini, hak atas
persidangan yang adil dengan perwakilan hukum, serta untuk mengajukan banding terhadap
keputusan kepada otoritas yang lebih tinggi harus dijamin dalam hukum dan praktek.
• Pengumpulan data dan penelitian yang lebih baik terhadap pengulangan tindak pidana
dan pelanggaran teknis dari mereka yang dibebaskan secara bersyarat, proses pengambilan
keputusan untuk membebaskan, peran lembaga pengawasan dan praktek-praktek yang benar
harus dilakukan untuk mengembangkan kebijakan dan praktek yang berbasis bukti dan yang
mengarah pada pengurangan residivisme
Kategori-kategori khusus
Seperti tercantum dalam Bab 1, telah terjadi peningkatan jumlah dari kelompokkelompok tahanan tertentu, termasuk kelompok rentan, dalam sistem penjara di seluruh
dunia. Bab ini berfokus, khususnya, pada respon alternatif untuk masalah narkoba,
sebab dampak pelanggaran terkait narkoba pada pertumbuhan populasi penjara
di seluruh dunia. ini juga memberi gambaran tentang tanggapan terhadap
pelanggaran yang dilakukan wanita dan anak-anak dan orang dengan kebutuhan
perawatan kesehatan mental, sebab kontribusi mereka pada kepadatan penjara dan
kerentanan khusus mereka dalam lingkungan penjara yang penuh sesak.
Untuk panduan yang lebih rinci tentang kelompok ini dan kelompok lain dari tahanan,
silakan lihat UNODC Handbook on Prisoners with Special Needs (UNODC Panduan
tentang Tahanan Berkebutuhan Khusus); UNODC Handbook for Prison Managers and
Policymakers on Women and Imprisonment (UNODC Panduan untuk Manajer Penjara
dan Pembuat Kebijakan tentang wanita dan Penjara); UNODC/UNICEF Manual
for the Measurement of Juvenile Justice Indicators and Criteria for the Design and Evaluation
of Juvenile Justice Programmes (UNODC/UNICEF Panduan untuk Ukuran Indikator
Peradilan Anak di Bawah Umur dan Kriteria Rancangan dan Evaluasi Program
Peradilan Anak di Bawah Umur), antara lain tercantum dalam daftar pustaka.
Rekomendasi rinci dalam kaitannya dengan respon peradilan pidana yang tepat bagi
mereka yang melakukan pelanggaran masalah narkoba, dan terutama mereka yang juga
memiliki ketergantungan zat, yang tersedia dalam: UNODC: From Coercion to Cohesion:
Treating Drug Dependence Through Health Care, Not Punishment (2010) (UNODC: Dari
Pemaksaan Menuju Kepaduan: Mengobati Ketergantungan Obat Melalui Perawatan
Kesehatan, Bukan Hukuman (2010); UNODC Drug Dependence Treatment, Community
Based Treatment (2008) (UNODC Pengobatan Ketergantungan Narkoba, Pengobatan
Berbasis Komunitas); Drug Dependence Treatment, Interventions for Drug Users in Prison
(Pengobatan Ketergantungan Narkoba, Intervensi Pengguna Narkoba di Penjara) dan
lain-lain yang tercantum dalam daftar pustaka.
6.1. Pelaku pelanggaran narkoba
Alternatif hukuman penjara untuk masalah narkoba, di mana pelaku yaitu pecandu, dapat
diatur dalam berbagai cara. Salah satu pilihan yaitu pengalihan sederhana pada kontak
pertama dengan sistem peradilan pidana. Ini akan membutuhkan ketentuan-ketentuan
legislatif untuk pengalihan oleh polisi, kejaksaan, dan pengadilan, serta pembentukan
hubungan yang efektif antaralembaga peradilan pidana dan pelayanan kesehatan di
warga . Juga mungkin ada kebutuhan pengawasan terhadap orang yang menerima
pengobatan oleh layanan masa percobaan, atau lembaga sejenis lainnya.
Model lain yang semakin banyak ditawarkan di beberapa negara yaitu pengobatan di
bawah pengawasan pengadilan, yang sukses di negara-negara seperti Australia, Kanada,
Inggris dan Amerika Serikat, dengan nama "drugs courts" atau "drugs treatment courts".
Pengadilan narkoba juga telah diperkenalkan di negara-negara lain seperti Belgia, Chili,
Jamaika, Meksiko dan Suriname pada skala yang lebih kecil.
Pengobatan Pecandu sebagai alternatif hukuman penjara
UNODC dan WHO, Dal
am Dokumen Pembahasan, Prinsip Pengobatan
Ketergantungan, menekankan dan merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:284
• Secara umum, pemakaian narkoba harus dilihat sebagai kondisi kesehatan
dan pengguna narkoba harus diperlakukan dalam sistem perawatan kesehatan
dibanding dalam sistem peradilan pidana;
• Intervensi terhadap orang ketergantungan narkoba pada sistem
peradilan pidana harus membahas pengobatan sebagai alternatif penahanan,
dan juga menyediakan pengobatan ketergantungan narkoba selama di
penjara dan sesudah pembebasan. Koordinasi yang efektif antara kesehatan/
sistem pengobatan ketergantungan dan sistem peradilan pidana diperlukan
untuk mengatasi masalah kembar kejahatan terkait pemakaian narkoba dan
pengobatan dan kebutuhan perawatan orang dengan ketergantungan;
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ketergantungan narkoba
sangat efektif dalam mengurangi kejahatan. Pengobatan dan perawatan
sebagai alternatif hukuman penjara atau dimulai di penjara dilanjutkan dengan
dukungan dan reintegrasi sosial sesudah pembebasan, mengurangi risiko
kambuhnya pemakaian narkoba, penularan HIV dan pengulangan pidana,
dengan manfaat yang signifikan bagi kesehatan individu, serta keamanan publik
dan investasi sosial. Menawarkan pengobatan sebagai alternatif penahanan
yaitu langkah yang sangat hemat biaya bagi warga .
Dalam rangka mengimplementasikan strategi ini , ada kebutuhan untuk memastikan
bahwa:
• Kerangka hukum memungkinkan implementasi penuh dari pengobatan
ketergantungan dan opsi perawatan bagi pelaku, khususnya pengobatan
sebagai alternatif penahanan dan pengobatan psikososial dan farmakologi di
penjara;
• proses untuk menjamin koordinasi antara sistem peradilan pidana dan
sistem pengobatan ketergantungan narkoba sudah siap. proses ini
dan kerja kolaboratif akan mendukung pelaksanaan dan pemantauan metode
pengalihan sebagai alternatif penahanan.
Pertimbangan harus diberikan untuk memastikan bahwa undang-undang menawarkan
kemungkinan mengalihkan mereka yang telah melakukan pelanggaran terkait narkoba
ke program perawatan yang sesuai agar dapat secara efektif mengatasi akar penyebab dari
pelanggaran yang dilakukan dan membantu orang ini dengan rehabilitasi,
sambil menghindari bahaya dampak hukuman penjara. Agar ini terlaksana, ada
kebutuhan untuk polisi, jaksa dan pengadilan untuk memiliki wewenang dan pedoman
yang memadai untuk menerapkan wewenang ini secara konsisten, dan sistem
yang efektif dari kolaborasi antara sistem peradilan pidana dan penyedia perawatan
kesehatan di warga
Persyaratan kunci dalam pengobatan narkoba yaitu bahwa hal itu harus bersifat
sukarela. pemakaian pengobatan jangka panjang untuk ketergantungan narkoba tanpa
persetujuan dari pasien telah melanggar perjanjian hak asasi manusia internasional dan
standar etika medis. Selain itu, bukti efek penyembuhan dari pendekatan ini kurang,
dibandingkan dengan penjara tradisional maupun dengan pengobatan narkoba bersifat
sukarela berbasis warga . Cara ini mahal dan tidak membantu secara individu
maupun warga . Ini bukan yaitu alternatif penjara sebab yaitu
bentuk penahanan. Dengan demikian, fasilitas ini menjadi kamp pekerja tanpa
dibayar, kerja paksa, metode pengobatan yang memalukan dan menghukum yang
yaitu suatu bentuk hukuman diluar hukum.
Pengobatan wajib atau paksa, tanpa persetujuan dari pasien hanya boleh dipakai
dalam kasus-masalah tertentu seperti gangguan akut yang menimbulkan risiko langsung
atau segera terhadap kesehatan pasien atau untuk keamanan warga . Pengobatan
paksa jangka pendek untuk melindungi individu yang rentan harus diterapkan selama
periode waktu tersingkat, sebagai usaha terakhir, dan harus selalu dilakukan oleh tim
multidisiplin dan diawasi oleh prosedur hukum yang transparan dan dapat dievaluasi
secara mendalam.289
Pengadilan Narkoba (Drug courts)
Pengadilan narkoba menyediakan alternatif penjara yang memerlukan pemakaian
wewenang sistem peradilan pidana dan sanksi potensialnya untuk menyediakan program
yang diawasi secara hukum dari pengobatan penyalahgunaan zat dan layanan lainnya.
sedang fungsi pengadilan narkoba bervariasi dalam yurisdiksi yang berbeda, secara
umum ada dua kategori utama pengadilan narkoba:290
1. Program penuntutan penangguhan (metode pengalihan pra-ajudikasi atau "prepembelaan"): orang yang masuk ke dalam program penuntutan penangguhan
dialihkan ke dalam sistem pengadilan narkoba sebelum dihukum. Mereka
tidak diharuskan untuk mengaku bersalah dan hanya dituntut jika mereka
gagal menyelesaikan program.
2. Program paska-pengadilan atau metode paska-hukuman: Program ini mewajibkan
peserta mengaku bersalah atas tuduhan terhadap mereka dan hukuman mereka
ditangguhkan atau ditunda sementara saat mereka berada di program ini.
Hukuman akan dihindarkan atau dikurangi dan seringkali pelanggaran akan
dihapuskan dari catatan mereka, jika mereka menyelesaikan program; masalah
ini akan dikembalikan ke pengadilan dan orang ini akan menghadapi
hukuman atas pengakuan bersalah mereka sebelumnya jika ia gagal memenuhi
persyaratan program.
Pengadilan narkoba menarik tidak hanya pada layanan pengawasan sistem peradilan
pidana tetapi juga pada kesehatan warga , perumahan, kejuruan dan layanan lain
yang disediakan oleh perawatan kesehatan dan lembaga pelayanan sosial, serta organisasi
warga . Sementara pengadilan narkoba mengatasi pelanggaran langsung individu,
tujuan jangka panjang yaitu untuk mendukung pemulihan individu dan reintegrasi ke
warga , sehingga mengakhiri residivisme kronis yang sering mencirikan perilaku
dari pelaku pelanggaran dengan ketergantungan narkoba.291
Dikatakan bahwa daya tarik model pengadilan narkoba terletak pada banyak faktor,
termasuk:292
• Pengawasanyanglebihefektifterhadapparapelakudiwarga ,dibandingkan
dengan pengawasan masa percobaan tradisional;
• Akuntabilitas yang lebih besar terhadap individu dengang ketergantungan
narkoba untuk mematuhi kondisi pembebasan dan/atau masa percobaan;
• Koordinasi dan akuntabilitas sistem peradilan yang lebih besar, pelayanan
kesehatan warga dan pelayanan warga lain yang disediakan,
termasuk mengurangi penggandaan layanan dan biaya;
• Efisiensi lebih dari sistem pengadilan melalui penghapusan kategori kasus
yang menempatkan tuntutan sumber daya yang signifikan untuk pengolahan,
baik pada awalnya maupun pelanggaran masa percobaan dan pelanggaran
baru yang seharusnya diperkirakan akan terjadi.
Meskipun penelitian mengenai dampak dari pengadilan narkoba pada tingkat residivisme
tidak luas, beberapa indikasi yang meyakinkan dari hasil yang sukses memang ada.
Sebagai contoh, studi komprehensif yang dilakukan di Amerika Serikat melaporkan
bahwa pengadilan narkoba dewasa mengurangi tingkat residivisme sebesar 8,7 persen.293
Dibandingkan dengan penurunan 8,3 persen dengan pengobatan di warga dan
6,4 persen dengan pengobatan di penjara.294 Studi komprehensif lain yang dilakukan
di Amerika Serikat menemukan bahwa peserta pengadilan narkoba secara signifikan
lebih kecil kemungkinannya untuk mengulang tindak pidana, dibandingkan dengan
kelompok pembanding (40 vs 53 persen).295 Kelompok pembanding terdiri dari peserta
program lain, yang bertujuan untuk mengatasi pemakaian narkoba dan pengulangan
tindak pidana, termasuk pengawasan masa percobaan standar dengan rujukan pada
pengobatan. Di Amerika Serikat, peserta pengadilan narkoba juga didapati mengalami
tingkat kambuh yang lebih rendah, dibandingkan dengan kelompok pembanding (56
vs 76 persen) dan juga berkemungkinan kecil dilaporkan dengan masalah pemakaian
narkoba yang serius.
Di Rio de Janeiro, Brasil, hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa tingkat residivisme
antara pelanggar yang tidak dirujuk pada pengobatan yaitu 80 persen, sedang
jumlahnya hanya 12 persen di antara mereka yang menerima pengobatan melalui
pengadilan narkoba. Di Irlandia, penelitian didasarkan pada dua contoh acak kecil
yang menunjukkan bahwa ada pengurangan pengulangan tindak pidana oleh 75-84
persen selama dan sesudah partisipasi dalam program pengadilan pengobatan narkoba.
Sebagian besar program lain telah melaporkan secara kasual tentang penurunan tingkat
residivisme pada peserta pengadilan pengobatan narkoba, dibandingkan dengan pelaku
yang diproses oleh prosedur peradilan pidana tradisional.
Lihat kotak untuk dua belas prinsip yang dianggap menjadi kunci keberhasilan program
pengadilan narkoba.
Duabelas prinsip kesuksesan program pengadilan narkoba UNODC
United Nations Office on Drugs and Crime membentuk sebuah kelompok kerja ahli untuk membantu
dalam pembentukan pengadilan narkoba. Dan akan mengidentifikasi dua belas prinsip yang menjamin
keberhasilan program pengadilan narkoba:
1. Kepemimpinan peradilan yang efektif dari tim program pengadilan narkoba yang multidisiplin .
2. Kolaborasi interdisipliner yang kuat dari hakim dan anggota tim sementara mereka juga
mempertahankan kebebasan profesi masing-masingnya .
3. Pengetahuan dan pemahaman yang dalam tentang kecanduan dan pemulihan oleh anggota tim
pengadilan yang bukan ahli perawatan kesehatan.
4. Panduan Operasional untuk memastikan konsistensi pendekatan dan efisiensi program
berkelanjutan.
5. Kriteria kelayakan yang jelas dan penyaringan kelayakan obyektif dari pelaku peserta potensial.
6. Penilaian rinci dari masing-masing pelaku peserta potensial.
7. Persetujuan dari masing-masing pelaku peserta yang diinformasikan dan didokumentasikan dengan
lengkap (sesudah menerima nasihat hukum) sebelum berpartisipasi dalam program.
8. Rujukan yang cepat dari pelaku partisipasi terhadap pengobatan dan rehabilitasi .
9. Sanksi yang cepat, pasti dan konsisten untuk program non-kepatuhan bersamaan dengan imbalan
untuk program kepatuhan.
10. Evaluasi program yang berkelanjutan dan kesediaan untuk menyesuaikan struktur program untuk
memenuhi kekurangan yang teridentifikasi.
11. Dana program yang cukup, berkelanjutan dan berkomitmen.
12. Perubahan dalam hukum yang substantif dan prosedural yang mendasar jika perlu atau
sesuai
Pelaku dengan kebutuhan perawatan kesehatan mental
Seperti yang telah dibahas dalam bab B, sub bab 9, untuk mengurangi jumlah orang
dengan kebutuhan perawatan kesehatan mental di penjara, perawatan kesehatan dan
kebijakan peradilan pidana dan langkah-langkah komprehensif perlu dikembangkan
untuk mengatasi akar penyebab meningkatnya pemakaian penjara sebagai hunian orang
yang kebutuhannya justru lebih baik ditangani dengan pengobatan di warga .
Sebuah preferensi untuk langkah non-penahanan dan sanksi, bukan penjara, dalam
masalah pelaku dengan kebutuhan perawatan kesehatan mental, yaitu komponen
penting dari strategi ini , yang dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap
tingkat kepadatan di penjara, serta dampak kepadatan pada kelompok yang rentan ini.
Langkah-langkah berikut dianjurkan:
Pengalihan
Bila memungkinkan, individu dengan cacat mental harus dialihkan dari sistem
peradilan pidana sejak titik kontak pertama dengan aparat penegak hukum dan
mereka yang cacat mental tidak boleh ditahan di penjara;301
Pengalihan menjadi hal yang mungkin selama proses peradilan pidana—selama
penuntutan, peradilan dan di penjara. Pengadilan harus memiliki akses menuju
informasi mengenai masalah kesehatan mental pada umumnya dan kebutuhan
perawatan kesehatan mental dari para pelaku yang bersangkutan, khususnya,
untuk mengambil keputusan yang tepat pada tahap sedini mungkin. Informasi
ini dapat diberikan oleh para ahli perawatan kesehatan mental yang mungkin
melakukan penilaian dan penyaringan pelaku dengan cacat mental sedini mungkin
selama proses peradilan pidana. Tindakan pengalihan mungkin memerlukan
pengenalan undang-undang dan prosedur baru, serta pelatihan aparat penegak
hukum untuk mengenali cacat mental, dalam rangka untuk mencari bantuan ahli
kesehatan mental pada titik kontak pertama dengan sistem peradilan pidana;
Langkah-langkah pengalihan juga dapat didukung dengan menyediakan petugas
pengadilan, serta aparat penegak hukum, dengan pelatihan mengenai parameter
cacat mental yang kemungkinan akan mereka temui dalam pekerjaan peradilan
pidana mereka dan hukuman dan pilihan-pilihan terkait yang mungkin tersedia
untuk mengalihkan pelaku ini ke dalam sistem kesehatan untuk pengobatan.
Alternatif hukuman penjara
Pertimbangan harus dilakukan untuk memperkenalkan hukuman alternatif bagi
pelanggar penyandang cacat mental, yang telah melakukan pelanggaran yang lebih
serius. Hukuman ini harus menyertakan perawatan medis yang komprehensif
dalam fasilitas dan pengawasan yang sesuai. Secara umum, lebih baik bagi pelaku
yang memicu bahaya bagi publik untuk menerima perawatan di fasilitas
medis yang aman, bukan di penjara yang akan memperburuk kondisi mereka.Untuk pedoman pengembangan undang-undang yang sesuai, termasuk langkah alternatif
dan sanksi dalam kaitannya dengan pelaku penyandang cacat mental, silakan lihat World
Health Organization Resource Book on Mental Health, Human Rights and Legislation
wanita
wanita selalu menjadi bagian terkecil dari populasi penjara secara umum di seluruh
dunia. Namun, tidak hanya jumlah mereka yang meningkat seiring dengan meningkatnya
populasi penjara secara keseluruhan di banyak negara, tetapi studi dalam beberapa
negara telah menunjukkan bahwa jumlah tahanan wanita meningkat pada tingkat
yang lebih cepat dibandingkan dengan narapidana pria. Meski meningkat, jumlah
keseluruhan wanita di penjara sangat kecil dan dengan demikian belum menjadi
faktor yang signifikan dalam pertumbuhan keseluruhan tingkat hukuman penjara.
Realitas bagi tahanan wanita di banyak negara, yaitu bahwa mereka mengalami
kepadatan parah di beberapa kecil penjara wanita , sebab meningkatnya jumlah
tahanan wanita . beberapa besar wanita ini tidak perlu menghuni penjara.
Sebagian besar didakwa dengan pelanggaran-pelanggaran kecil dan non-kekerasan dan
tidak menimbulkan risiko kepada publik. Banyak yang dipenjarakan sebab mereka
miskin dan tidak mampu membayar denda. Ada jumlah yang signifikan yang sangat
membutuhkan pengobatan untuk cacat mental atau kecanduan zat, dan bukannya
diisolasi dari warga . Banyak dari mereka justru yaitu korbannya, tetapi dipenjara
sebab undang-undang dan praktek-praktek diskriminatif. Sanksi dan langkah-langkah
warga yang membantu kebutuhan reintegrasi sosial dari sebagian besar pelaku
wanita jauh lebih efektif dibandingkan hukuman penjaraMenyadari perubahan profil populasi penjara dan dampak yang sangat berbahaya dari
penjara pada wanita itu sendiri, keluarga dan warga mereka, Aturan PBB
untuk Perlakuan terhadap Narapidana wanita dan Langkah Non-penahanan Pelaku
wanita (Aturan Bangkok)304 menetapkan langkah-langkah untuk diambil dalam
mencegah hukuman penjara untuk wanita sampai ke tingkat yang mungkin,
dengan mempertimbangkan latar belakang normal mereka, sifat non-kekerasan secara
umum dan perkara pelanggaran yang mereka lakukan dan tanggung jawab merawat
mereka.
Sejalan dengan ketentuan Peraturan Bangkok, langkah-langkah berikut ini dianjurkan:
• Pelakuwanita tidakharusterpisahdarikeluargadankomunitasmerekatanpa
pertimbangan yang diberikan pada latar belakang dan ikatan keluarga mereka.
Cara alternatif untuk menangani wanita yang melakukan pelanggaran, seperti
langkah-langkah pengalihan dan alternatif pra-ajudikasi dan hukuman harus
dilaksanakan sedapat mungkin;
• saat menjatuhkan hukuman pada pelaku wanita , pengadilan harus
memiliki wewenang untuk mempertimbangkan faktor-faktor peringanan
seperti kurangnya catatan kriminal dan non-keparahan yang relatif dan sifat
dari tindak pidana, mengingat tanggung jawab perawatan wanita dan
latar belakang sehari-hari mereka;
• Pedoman yang tepat dapat dikembangkan untuk pengadilan dimana pedoman
ini hanya akan mempertimbangkan hukuman penahan untuk wanita
hamil dan wanita dengan anak-anak yang masih bergantung saat
pelanggaran yang dilakukan bersifat serius dan kekerasan, wanita yang
bisa menimbulkan bahaya berkelanjutan, dan sesudah mempertimbangkan
kepentingan terbaik dari anak-anak mereka;
• saat kategori pelanggaran tertentu dilakukan oleh seorang wanita
hamil atau ibu dengan anak kecil, hukuman dapat ditangguhkan, misalnya,
sampai anak mencapai usia tertentu dan diperiksa kembali pada waktu
itu, berdasar kriteria pra-pembentukan, yang seharusnya memberi
kelayakan untuk pembatalan hukuman penjara atau pengurangan sanksi nonpenahanan dalam kondisi tertentu;
• saat hukuman penjara tidak dapat dihindari, pelaku wanita harus
mampu memulihkan dan memilihara kontak dengan keluarga mereka melalui
kunjungan, korespondensi dan telepon. Jika wanita itu yaitu seorang
ibu, pihak berwenang harus mempertimbangkan kepentingan terbaik anakanaknya terkait dengan penempatan dan keputusan program tentang
ibu;
• Pertimbangan harus diberikan dalam menyediakan alternatif yang cocok bagi
pelaku wanita untuk menggabungkan langkah-langkah ini dengan
intervensi dalam mengatasi masalah yang paling umum yang mendasari
perilaku pelanggaran pada wanita , seperti jalan terapi dan konseling bagi
korban kekerasan domestik dan pelecehan seksual, pengobatan yang cocok
untuk orang dengan cacat mental dan ketergantungan obat, antara
lainnya;308
• Pihak berwenang perlu memastikan bahwa undang-undang dan prakteknya
memberi perlindungan maksimum untuk wanita warga Negara asing,
seperti korban perdagangan manusia dan pekerja rumah tangga migran, dari
perlakuan buruk lanjutan. Korban perdagangan manusia tidak boleh dituntut
atas pelanggaran perdagangan terkait, seperti memegang paspor palsu atau
bekerja tanpa otorisasi. Mengingat korban merasa ketakutan atas keselamatan
pribadinya dan pembalasan yang dilakukan oleh pedagangnya, ketakutan
tambahan sebab penuntutan dan hukuman hanya akan mencegah korban
mencari bentuk perlindungan, bantuan dan keadilan.309
6.4. Anak-anak yang melanggar hukum
Anak-anak terlalu sering dipenjara dan atas alasan yang tidak perlu, serta untuk waktu
yang lebih lama dari yang seharusnya, meskipun ketentuan dalam hukum internasional
yang mengatur bahwa penahanan dan pemenjaraan anak hanya dapat dipakai sebagai
usaha terakhir dan untuk jangka waktu yang sesingkat mungkin.310 Pada tahun 2000,
diperkirakan bahwa lebih dari satu juta anak-anak ditahan di penjara-penjara di seluruh
dunia.311 Jumlah ini yaitu setidaknya sepersepuluh dari total populasi penjara
saat ini. Dampaknya perlu dinilai dalam hubungannya dengan siklus kejahatan dan
hukuman penjara yang cenderung mengarah pada penahanan untuk pertama kalinya.
Sebagaimana telah disarankan dalam bab 2, langkah pertama yang dapat diambil untuk
mengurangi hukuman penjara anak-anak yaitu meninjau usia pertanggungjawaban
pidana dan meningkatkan batasan usia ke 12 atau lebih tinggi, seperti yang
direkomendasikan oleh Komite Hak Anak dalam Komentar Umumnya nomor 10.312
Kebutuhan untuk memprioritaskan rehabilitasi dan reintegrasi dari terpidana remaja
disorot dalam beberapa standar internasional.313 Tujuan ini sebaiknya dapat dicapai
dengan memperhatikan kepentingan terbaik dari anak yang bersangkutan pada semua
kesempatan dan menghindari pelembagaan mereka semaksimal mungkin, seperti yang
dinyatakan oleh Pasal 37 (b) Konvensi tentang Hak-hak Anak (CRC) dan Peraturan
Beijing, Aturan 19.1.
CRC (Pasal 40.3) mengharuskan negara untuk mendukung langkah-langkah untuk
menangani anak-anak yang diduga, dituduh, atau diakui telah melanggar hukum pidana
tanpa memakai proses pengadilan kapanpun layak dan diinginkan.314 Peraturan
Beijing juga menyatakan bahwa mereka yang terlibat dalam menangani anak-anak
yang berkonflik dengan hukum harus memiliki sebanyak mungkin wewenang dalam
membuat keputusan tentang cara menangani mereka.315
Peraturan Beijing, Aturan 12 menarik perhatian pada kebutuhan pelatihan khusus untuk
semua aparat penegak hukum yang terlibat dalam administrasi peradilan anak. sebab
polisi yaitu titik kontak pertama dengan sistem peradilan anak, maka sangat penting
bahwa mereka bertindak dalam cara yang berpendidikan dan peka.316 Aturan 13
membatasi pemakaian penahanan pra-ajudikasi untuk untuk periode waktu minimum
dan terpendek dan mengajukan alternatif konstruktif, termasuk perawatan intensif atau
penempatan dengan keluarga atau dalam lingkungan pendidikan atau rumah.
Peraturan Beijing 14-17 memberi persyaratan rinci dalam kaitannya dengan peradilan
dan hukuman pelaku remaja, yang meliputi pengamanan khusus sebab usia mereka,
termasuk persyaratan laporan penyelidikan sosial (laporan sosial atau laporan prahukuman) yang yaitu bantuan yang sangat diperlukan dalam kebanyakan proses
hukum yang melibatkan remaja. Pengadilan harus diberitahu tentang fakta-fakta terkait
tentang remaja, seperti latar belakang sosial dan keluarga, karir sekolah, pengalaman
pendidikan, sebelum memutuskan respon yang tepat untuk pelanggaran yang dilakukan.
Anak-anak harus memiliki akses ke layanan bantuan hukum yang ramah anak selama
proses peradilan pidana secara keseluruhan, seperti yang dibahas dalam bab D.
Peraturan Beijing menyatakan bahwa hukuman penjara tidak dijatuhkan kecuali remaja
yang dihukum sebab tindakan yang melibatkan kekerasan serius terhadap orang lain
atau kegigihan dalam melakukan pelanggaran serius lainnya dan kecuali kalau tidak ada
respon lain yang sesuai. Daftar karakter non-lembaga yang cocok untuk remaja diatur
dalam Peraturan dari Aturan Beijing.
berdasar ketentuan ini dan lainnya dalam standar dan praktek internasional yang
baik, berikut yaitu beberapa langkah yang direkomendasikan dalam menangani anak
yang berkonflik dengan hukum:
• Berurusan dengan masalah anak yang berkonflik dengan hukum harus menjadi
tanggung jawab dari sistem peradilan anak, polisi, jaksa dan hakim yang
terlatih dan dipilih dengan tepat secara terpisah. Aktor peradilan pidana
harus bertindak demi kepentingan terbaik anak-anak setiap saat. Jika sistem
yang terpisah tidak dapat mengatur sebab keterbatasan sumber daya, aktor
peradilan pidana yang menangani masalah anak-anak harus terlatih dan peka;
• Lingkup wewenang yang tepat harus diberikan pada semua tahap proses pidana
dan pada berbagai tingkat administrasi peradilan anak, untuk mengarahkan
remaja jauh dari proses peradilan pidana. Kriteria harus ditetapkan dalam
undang-undang yang memberdayakan kepolisian, kejaksaan atau lembaga lain
yang berkaitan dengan kasus-masalah remaja agar menangani masalah ini
dalam wewenang mereka, tanpa harus menjalankan sidang formal. Dalam
rangka memfasilitasi pengaturan yang lebih fleksibel pada masalah peradilan
anak, upaya-usaha harus dilakukan untuk menyediakan program-program
warga , seperti pengawasan dan bimbingan sementara, restitusi, dan
kompensasi korban;
• usaha harus dilakukan untuk membentuk dan menerapkan program-program
yang bertujuan untuk memperkuat bantuan sosial, yang akan memungkinkan
pengalihan anak dari sistem peradilan dan penerapan langkah-langkah nonpenahanan dan hukuman. Untuk membentuk dan menerapkan programprogram ini , perlu untuk mendorong kerjasama yang erat antara sektor
peradilan anak, layanan yang berbeda yang bertanggung jawab atas penegakan
hukum dan kesejahteraan sosial dan sektor pendidikan;
• Pertimbangan perlu diberikan untuk meninjau undang-undang nasional
untuk memenuhi standar internasional di bidang peradilan anak, khususnya
memastikan bahwa proses alternatif untuk proses hukum formal dan
berbagai langkah non-penahanan dan hukuman alternatif tersedia bagi pihak
berwenang untuk meminimalkan pelembagaan;
• Laporan penyelidikan sosial perlu disediakan dalam pengadilan tentang anak
sebelum hukuman dijatuhkan. Laporan ini dapat dibuat oleh layanan sosial
atau petugas masa percobaan, atau lembaga yang serupa. Pelatihan perlu
diberikan kepada mereka yang akan bertanggung jawab untuk mempersiapkan
laporan ini . Hakim juga harus dilatih/peka untuk memperhitungkan
rekomendasi dari laporan ini ;
• Pihak berwenang didorong untuk membentuk hubungan dengan warga
sipil sampai ketingkat yang mungkin dalam membantu reintegrasi sosial anak
yang berkonflik dengan hukum.
. Organisasi dan prasarana
Beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam usaha menerapkan alternatif hukuman
penjara yang memerlukan pengawasan, layanan dan program untuk membantu
rehabilitasi pelaku atau tempat kerja berkenaan dengan pelayanan warga , yaitu
kurangnya perencanaan, kurangnya proses koordinasi yang efektif dengan lembaga
dan jasa di warga dan kurangnya investasi dalam prasarana yang diperlukan untuk
melaksanakan dan mengawasi langkah-langkah non-penahanan.
Pelaksanaan semua langkah non-penahanan dan sanksi memerlukan beberapa bentuk
prasarana—jauh lebih banyak dibandingkan yang lain. Denda membutuhkan proses yang
transparan dalam pengumpulannya, perintah pelayanan warga dan alternatif serupa
yang memberi kewajiban pada pelaku untuk melakukan pekerjaan, pengobatan,
pendidikan atau kegiatan lain memerlukan sebuah badan untuk mengkoordinasikan,
mengawasi dan membantu pelaku. layanan ini dapat diberikan oleh suatu badan
khusus, seperti layanan masa percobaan, tetapi seringkali pembentukan struktur yang
terpisah akan memerlukan investasi keuangan yang signifikan yang tidak mungkin
bagi negara pasca-konflik atau berkembang. Model-model lain memang ada, di mana
hukuman warga dapat dikelola oleh lembaga kesejahteraan sosial, pengadilan,
Departemen Tenaga Kerja atau administrasi penjara itu sendiri dan lain-lain.
yaitu penting bahwa struktur apapun yang dipakai , keputusan harus
didasarkan pada analisis yang cermat tentang bagaimana alternatif dapat menjadi
pilihan terbaik untuk diberikan: lembaga yang bertanggung jawab harus memiliki
kepercayaan terhadap pengadilan serta menjadi cukup dekat dengan warga
untuk memastikan keterlibatannya.
Masalah dengan memakai struktur yang ada mungkin sebab seringkali pemberian
alternatif akan ditambahkan pada tanggung jawab yang ada, yang akan terus mereka
prioritaskan. Selanjutnya, staf lembaga mungkin tidak memiliki pengalaman atau
pelatihan dalam hal yang dibutuhkan untuk mengawasi maupun mendukung orang
mereka.
Agar setiap lembaga, apakah badan baru atau instansi yang sudah ada, memenuhi
tanggung jawabnya secara efektif perlu ada beberapa investasi dalam struktur
administratif, dalam perekrutan dan pelatihan. Pemahaman tentang tujuan alternatif
perlu dikembangkan, dengan arah tujuan yang didukung oleh kepemimpinan yang
aktif.
Juga penting bahwa dikembangkannya kerjasama sistematis antara semua instansi
yang bertanggung jawab untuk memberi dan mengawasi sanksi; dan kerja sama
dengan pelayanan sosial dan kesehatan dibentuk untuk memberi perawatan
yang diperlukan dan dukungan bagi pelaku. Aturan dan pedoman yang jelas
harus tersedia untuk semua lembaga yang terlibat.
Lihat juga UNODC Panduan Prinsip Dasar dan Praktek Menjanjikan tentang Alternatif
Hukuman Penjara untuk pembahasan tentang kebutuhan prasarana alternatif untuk
penahanan pra-ajudikasi, alternatif hukuman dan pembebasan bersyarat dini.
8. Membangun konsensus untuk menerapkan alternatif hukuman penjara
Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa hukuman alternatif tidak dipakai
sebab tidak ada pemahaman dan komitmen yang memadai pada tingkat tertinggi,
termasuk kementerian, parlemen dan badan-badan eksekutif. Selain itu, pengadilan
mungkin kurang percaya diri dalam pelaksanaan efektifnya atau mungkin enggan untuk
menerapkannya sebab tekanan publik yang nyata atau dirasakan. maka
persyaratan utama untuk memastikan bahwa alternatif yang diterapkan dalam praktek
adalah, pertama, untuk mengambil langkah-langkah dalam mempengaruhi kebijakan
peradilan pidana dengan meningkatkan kesadaran para politisi dan pengambil keputusan.
Langkah penting dalam proses ini yaitu untuk menentukan kepadatan penjara pada
tingkat politik sebagai masalah yang harus dan dapat diselesaikan
Kedua ada kebutuhan untuk memperoleh kepercayaan hakim atas alternatif hukuman
penjara. Penting bahwa pengadilan, sebagai badan yang bertanggung jawab atas
hukuman, terlibat dalam pengembangan strategi dan program yang bertujuan untuk
mengurangi pemakaian penjara dalam mendukung alternatif. Mereka harus menerima
pelatihan tambahan tentang alternatif hukuman penjara, dan kesadaran mereka tentang
pemakaian alternatif di seluruh dunia dan manfaat potensial harus ditingkatkan
melalui, misalnya, partisipasi dalam konferensi dan seminar.
Ketiga, pengalaman menunjukkan bahwa mengembangkan sitem alternatif penjara
dalam proses konsultasi yang mencakup semua instansi pemerintah terkait, lembaga
peradilan pidana, dan perwakilan warga sipil menghasilkan komitmen dan
dukungan oleh semua aktor utama dan, akibatnya, keberlanjutan. Perwakilan
dari warga sipil, termasuk organisasi pendukung korban, harus terlibat dalam
proses konsultasi, untuk meningkatkan penerimaan, pemahaman dan keterlibatan
warga .
Keempat, kegiatan penyadaran warga perlu dilakukan untuk memanfaatkan
dukungan publik. warga berpengaruh besar pada penetapan kebijakan
peradilan pidana oleh para politisi, serta pada kecenderungan hukuman dari pengadilan.
warga harus diberitahu tentang konsekuensi berbahaya dari penjara dan tujuan
dan justifikasi hukuman alternatif. Sebagian besar respon warga dan para politisi
terhadap pidana dan ketergantungan mereka pada hukuman dijelaskan oleh keyakinan
mereka bahwa sanksi pidana yaitu cara yang efektif untuk mengatasi banyak
masalah. Belajar tentang fakta-fakta dasar kriminologi dari sumber terpercaya, dan
bukan dari media, dapat membantu perubahan pandangan mereka. Untuk tujuan ini,
data yang akurat harus tersedia secara luas bagi publik dan media, sehingga memperoleh
pengertian dan kerjasama mereka.
Langkah-langkah ini perlu dipertahankan dalam jangka panjang, sampai budaya
pidana dalam sebuah negara berubah sepenuhnya dan manfaat dari tanggapan alternatif
untuk tindak pidana telah dirasakan dan dipahami, dalam rangka mengurangi risiko
kembali kepada kebijakan peradilan pidana dimana hukuman penjara yaitu intinya.
. Pertimbangan ekonomi
Ada argumen ekonomi yang meyakinkan yang mendukung alternatif hukuman
penjara, meskipun sayangnya, telah ada penelitian yang memadai yang dilakukan pada
perbandingan biaya di negara berkembang. Di Zimbabwe, di mana sistem pelayanan
warga dikembangkan atas dasar ini, di awal 1990-an, yang telah direplikasi
dalam beberapa negara Afrika lainnya, biaya bulanan dalam mengawasi pelaku yang
menjalankan pelayanan warga diperkirakan sekitar sepertiga dari biaya pemenjaraan
satu orang
Dalam warga Barat, pengawasan pelaku dalam sistem masa percobaan jauh lebih
murah dibandingkan menjaga satu orang tahanan.
Sebuah studi komprehensif yang meta-analisis terhadap berbagai jenis alternatif
hukuman penjara di Australia, Kanada, Eropa, Selandia Baru dan Amerika Serikat,
dilaksanakan antara 1996 dan 2007, membandingkan tingkat keberhasilan alternatifalternatif ini dengan biaya untuk mereka yang dihukum penjara dan menemukan
bahwa alternatif penjara menghabiskan biaya yang lebih murah dibandingkan hukuman
penjara dan membawa hasil yang lebih baik dalam hal mengurangi tingkat pengulangan
tindak pidana. Studi ini menemukan bahwa intervensi yang dianalisa meramalkan
bahwa penghematan biaya per orang dewasa atau pelaku remaja yang menerima sanksi
warga dan bukannya hukuman penjara berkisar antara £ 3.437 hingga £ 88.469
untuk penghematan pajak saja dan dari £ 16.260 hingga £ 202.775 untuk penghematan
pajak dan penghematan biaya ganti rugi korban selama masa hidup pelaku.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pengadilan narkoba yaitu pilihan
yang lebih ekonomis dibandingkan hukuman penjara. Jika pengadilan narkoba dipakai
sebagai alternatif untuk penjara, penghematannya cukup besar—biaya tahunan rata-rata
untuk mengirimkan satu orang ke penjara yaitu $ 22.650, dibandingkan dengan ratarata $ 4.300 per orang untuk satu tahun pengadilan narkoba.334 Dan seperti disebutkan
sebelumnya, pengadilan narkoba dapat mengurangi tingkat residivisme setidaknya
8,7 persen, dibandingkan dengan tingkat keberhasilan yang lebih rendah yang dicapai
dengan program pengobatan ketergantungan berbasis penjara, yang berarti bahwa
penghematan biaya jangka panjang juga lebih tinggi.
Mengingat kombinasi meyakinkan tentang penghematan biaya dan tingkat keberhasilan
yang lebih baik dalam memungkinkan reintegrasi sosial pelaku, tampaknya bahwa
keuntungan memberi preferensi pada langkah non-penahanan dan sanksi yaitu
respon peradilan pidana yang jauh lebih efektif untuk kejahatan dibandingkan hukuman
penjara, dalam sebagian besar kasus.
Untuk pembuat undang-undang dan pembuat kebijakan
• Untuk memastikan undang-undang yang mencakup berbagai sanksi non-penahanan dalam
undang-undang pidana, cocok untuk berbagai jenis pelanggaran dan berlaku untuk perkara
individu dari masing-masing pelaku.
• Untuk mengembangkan kebijakan dan undang-undang yang memastikan bahwa hukuman
alternatif tepat sasaran dan bahwa syarat yang menyertainya tidak rumit dan tepat, untuk
memastikan bahwa tujuan peradilan terpenuhi dan bahwa mereka mengarah pada pengurangan
populasi penjara.
• Untuk mengambil langkah-langkah untuk mendorong pengadilan memakai alternatif
hukuman penjara, dalam menanggapi pelanggaran tertentu atau bukan hukuman penjara
singkat, dengan mempertimbangkan juga kerentanan dan keadaan pelaku.
DISPOSISI PASKA HUKUMAN
Untuk pembuat undang-undang dan pembuat kebijakan
• Untuk memastikan bahwa undang-undang menyediakan berbagai bentuk pembebasan dini
dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan/memperbaiki pemakaian metode
pembebasan dini.
• Untuk meninjau prosedur dan struktur pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa badan
yang membuat keputusan tentang pembebasan bersifat independen, memiliki kemampuan dan
informasi yang memadai dan dapat diandalkan mengenai pelaku dan memiliki kebutuhan yang
efektif dan alat penilaian risiko untuk membuat keputusan yang adil, konsisten dan tepat.
Untuk pembuat kebijakan, termasuk departemen terkait, layanan masa percobaan (atau
layanan pengawasan sejenis), lembaga-lembaga dalam warga dan administrasi penjara
• Untuk menyiapkan jaringan dukungan sosial yang memadai dan berbagai perawatan di
warga untuk menindaklanjuti setiap pengobatan yang diterima di penjara, dan untuk
memastikan koordinasi antara administrasi penjara dan pelayanan di warga untuk
membantu reintegrasi sosial tahanan sesudah pembebasan.
• Untuk meninjau persyaratan pembebasan bersyarat untuk memastikan bahwa persyaratan
ini yaitu wajar, tidak terlalu rumit atau berat untuk dipenuhi dan bahwa persyaratan
ini mempertimbangkan keadaan pribadi dari pelaku.
Untuk pembuat undang-undang dan otoritas pemberi hukuman
• Untuk menghindari sejauh mungkin hukuman penjara sebab melakukan pelanggaran
pembebasan bersyarat, yang memungkinkan pihak yang berwenang untuk memakai
wewenangnya dalam merespon secara tepat tergantung pada masalah individu.
PELANGGARAN TERKAIT NARKOBA
Untuk pembuat undang-undang, pembuat kebijakan, aktor peradilan pidana dan pelayanan
perawatan kesehatan dalam warga
• Untuk mengobati pemakaian narkoba sebagai syarat kesehatan dan untuk mengobati
pengguna narkoba dalam sistem perawatan kesehatan dan bukannya dalam sistem peradilan
pidana, bila mungkin.
• Untuk memperkenalkan intervensi yang menangani pengobatan sebagai alternatif hukuman
penjara dan untuk mengembangkan alternatif konstruktif lainnya bagi pelanggar terkait
narkoba skala kecil yang tidak ketergantungan.
• Untuk menyiapkan proses koordinasi yang efektif antara sistem pengobatan kesehatan/
ketergantungan narkoba dan sistem peradilan pidana untuk memastikan proses rujukan
yang efektif dalam menerapkan opsi pengalihan. Ini membutuhkan pemberlakuan undangundang yang spesifik
PELAKU DENGAN KEBUTUHAN PERAWATAN KESEHATAN MENTAL
• Bila memungkinkan, untuk mengalihkan individu dengan cacat mental dari sistem peradilan
pidana pada titik kontak pertama dengan aparat penegak hukum.
• Untuk menyiapkan kebijakan dan proses tempat dan mengembangkan pelatihan yang
tepat untuk polisi, kejaksaan, dan kehakiman yang memungkinkan pengalihan menjadi hal
yang mungkin di seluruh proses peradilan pidana—selama penuntutan, peradilan dan di
penjara.
• Untuk memperkenalkan hukuman alternatif bagi pelaku dengan cacat mental yang telah
melakukan pelanggaran yang lebih serius.
wanita
Untuk pembuat undang-undang, pembuat kebijakan, layanan penuntutan dan hakim
• Untuk mendukung cara-cara alternatif menanggapi wanita yang melakukan pelanggaran,
seperti memakai langkah-langkah pengalihan dan pra-ajudikasi dan hukuman alternatif
sedapat mungkin.
• Untuk memberi wewenang pada pengadilan untuk mempertimbangkan faktor-faktor
pengurangan hukuman seperti kurangnya catatan kriminal dan non-keparahan relatif dan sifat
dari tindak pidana saat memberi hukuman pada pelaku wanita , mengingat tanggung
jawab perawatan yang dimiliki wanita dan latar belakang khas mereka.
• Untuk mendukung alternatif yang cocok untuk pelaku wanita untuk menggabungkan
langkah-langkah ini dengan intervensi dalam mengatasi masalah yang paling umum
yang mendasari perilaku kriminal wanita .
• Untuk memastikan undang-undang dan prakteknya yang memberi perlindungan maksimum
untuk wanita warga Negara asing, seperti korban perdagangan manusia dan pekerja
rumah tangga migran, dari perlakuan buruk.
ANAK-ANAK YANG MELANGGAR DENGAN HUKUM
Untuk pembuat undang-undang dan pembuat kebijakan
• Untuk menghindari pemenjaraan anak-anak secara maksimal.
• Untuk memastikan bahwa undang-undang ini dan kebijakan peradilan pidana
memungkinkan lingkup yang sesuai untuk wewenang pada semua tahap proses pidana dan
pada berbagai tingkat administrasi peradilan anak untuk mengarahkan anak di bawah umur
jauh dari proses peradilan pidana.
• Untuk mengembangkan layanan yang tepat dan tindakan-tindakan warga yang cocok
untuk anak-anak yang berkonflik dengan hukum dan untuk menetapkan proses koordinasi
antara layanan warga dan aktor peradilan pidana untuk memastikan pelaksanaan yang
efektif dari langkah pengalihan.
• Untuk menyiapkan undang-undang dan proses dan menyediakan dana yang diperlukan
dan pelatihan badan-badan terkait untuk laporan penyelidikan sosial tentang anak yang harus
diberikan ke pengadilan sebelum hukuman dijatuhkan.
Untuk pembuat kebijakan, termasuk departemen terkait
• Untuk memastikan bahwa ada investasi yang memadai dalam struktur administrasi, perekrutan
dan pelatihan badan yang bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan langkah-langkah dan
sanksi non-penahanan.
• Untuk menyiapkan proses yang memungkinkan kerjasama sistematis antara semua instansi
yang bertanggung jawab dalam memberi dan mengawasi sanksi.
MEMBANGUN KONSENSUS UNTUK MELAKSANAKAN ALTERNATIF HUKUMAN PENJARA
Untuk pembuat undang-undang dan pembuat kebijakan
• Untuk memperoleh kepercayaan hakim dalam alternatif hukuman penjara, melibatkan peradilan
dalam pengembangan strategi dan program yang bertujuan untuk mengurangi pemakaian
penjara dalam mendukung alternatif.
• Untuk melibatkan perwakilan warga sipil dalam proses konsultasi untuk meningkatkan
penerimaan, pemahaman dan keterlibatan warga .
• Untuk menyiapkan langkah untuk menginformasikan kepada warga tentang konsekuensi
berbahaya dari penjara dan tujuan dan justifikasi hukuman alternatif. Untuk tujuan ini,
membuat data yang akurat menyebar secara luas dan untuk bekerja sama dengan media.