penjara 4

Rabu, 13 September 2023

penjara 4


rehabilitasi 
• Untuk memberi bimbingan dan informasi kepada polisi dan jaksa tentang program di
warga  dimana pelanggar dapat dialihkan, dan untuk membentuk proses  kerjasama 
antara polisi dan jaksa dan layanan ini .MENGURANGI MASA PENAHANAN PRA-AJUDIKASI 
Untuk pembuat undang-undang, pembuat kebijakan dan hakim
• Untuk menetapkan batas waktu wajib penahanan pra-ajudikasi
• Jika belum ditetapkan oleh hukum, tahanan memiliki hak ditinjau penahanannya secara berkala
oleh otoritas peradilan yang independen, untuk menentukan apakah penahanan mereka 
diperlukan, dan akan dibebaskan jika tidak benar.
• Untuk menyiapkan sistem pemeriksaan pengadilan untuk memantau pelaksanaan undang￾undang yang berkaitan dengan penahanan, termasuk batas waktu wajib.
• Untuk mempertimbangkan memakai  perintah biaya terhadap pengadilan terhadap
penangguhan yang sering dan tidak tepat, dan terhadap pengacara yang berulang kali tidak 
muncul di sidang pengadilan.
• Untuk mempertimbangkan memperkenalkan pengadilan bergerak, jika sesuai, untuk
memastikan bahwa tahanan pra-ajudikasi diadili tanpa penundaan.

Memastikan bahwa tahanan dapat memperoleh manfaat dari bantuan penasehat 
hukum selama proses pidana tidak hanya yaitu  persyaratan utama dari hukum 
internasional, tetapi juga yaitu  cara yang efektif untuk mengurangi penahanan, 
durasi penahanan, hukuman yang tidak adil dan penjara.
Tergugat memiliki hak untuk memiliki pembela yang ditunjuk berdasar Pasal 14 
(3) (d) ICCPR, saat kepentingan peradilan membutuhkannya. Bantuan ini 
bebas biaya saat terdakwa tidak mampu membayar sebab  tidak cukup dana. Secara 
umum diakui bahwa peradilan memerlukan bantuan hukum, setidaknya, setiap kali 
orang ini dalam tahanan, masalah yang dapat memicu hukuman penjara atau 
hukuman mati. prinsip Dasar tentang Peran Pengacara menetapkan bahwa, 
dalam rangka untuk memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses yang sama 
mendapatkan keadilan, pemerintah wajib memberi dana dan sumber daya lain 
yang cukup untuk memberi bantuan hukum bagi warga  miskin dan kurang 
beruntung.175
Pasal 6 (3) Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia mencakup ketentuan yang sama. 
Akses ke penasehat hukum yaitu hak mutlak menurut Konvensi Amerika tentang Hak 
Asasi Manusia, yang harus disediakan negara.176 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi 
Manusia tidak membatasi bantuan hukum yang didanai negara untuk kasus-masalah 
di mana kepentingan peradilan mengharuskan demikian. Juga tidak menyebutkan 
ketidakmampuan terdakwa untuk membayar pengacara, sebagai syarat untuk kelayakan 
bantuan hukum yang didanai negara. Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan 
Hak Rakyat tidak menyediakan bantuan hukum yang didanai negara saat terdakwa 
tidak mampu membayar bantuan hukum, namun resolusi tentang Prinsip dan Pedoman 
Hak atas Peradilan yang Adil dan Bantuan Hukum di Afrika dalam Komisi Afrika tentang 
Hak Asasi Manusia dan warga  menyatakan bahwa seorang terdakwa memiliki 
"hak untuk mendapatkan bantuan hukum yang ditunjukkan untuknya terlepas dari 
kepentingan keadilan dibutuhkan, dan tanpa pembayaran oleh terdakwa ... jika ia tidak 
memiliki dana yang cukup untuk membayar".177
Pada tahun 2003, Komisi Eropa mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa 
"sementara semua hak yang membentuk konsep ‘hak pengadilan yang adil’ yaitu 
penting, beberapa hak bersifat sangat mendasar yang harus diberikan prioritas pada 
tahap ini. Pertama-tama di antaranya yaitu hak untuk mendapatkan nasihat dan 
bantuan hukum. Jika terdakwa tidak memiliki pengacara, mereka cenderung kurang 
menyadari hak-hak mereka yang lain yang juga perlu dihormati. Komisi melihat hak ini 
sebagai dasar dari semua hak-hak lainnyaDengan pemakaian resolusi 2007/24 tanggal 26 Juli 2007 tentang kerja sama 
internasional untuk peningkatan akses bantuan hukum dalam sistem peradilan pidana, 
khususnya di Afrika, Dewan Ekonomi dan Sosial meminta UNODC untuk mempelajari 
cara dan sarana penguatan akses bantuan hukum dalam sistem peradilan pidana, serta 
kemungkinan pengembangan instrumen seperti deklarasi prinsip dasar atau 
seperangkat pedoman untuk meningkatkan akses ke bantuan hukum dalam sistem 
peradilan pidana, dengan mempertimbangkan Deklarasi Lilongwe tentang Mengakses 
bantuan Hukum dalam Sistem Peradilan Pidana di Afrika (Deklarasi Lilongwe)179
dan materi lain yang relevan. Pada bulan Mei 2012, Komisi PBB untuk Pencegahan 
Kejahatan dan Peradilan Pidana memakai  Prinsip dan Pedoman PBB tentang 
Akses ke Bantuan Hukum dalam Sistem Peradilan Pidana, yang lalu dipakai  
oleh Majelis Umum dalam resolusi 67/187 tanggal 20 Desember 2012.
Instrumen baru ini akan memberi panduan kepada negara-negara tentang prinsip￾prinsip fundamental dan unsur-unsur tertentu di mana sistem bantuan hukum nasional 
dalam peradilan pidana harus didasarkan. 
Seorang tersangka dan tahanan berhak untuk mendapatkan bantuan hukum yang berlaku 
untuk semua tahapan proses pidana, termasuk selama pemeriksaan pendahuluan, 
sebelum dan selama persidangan, berikut keputusan dan hukuman penjara.
1. Akses ke penasihat hukum selama penahanan pra-ajudikasi
Selain standar internasional dan regional yang disebutkan di atas, prinsip Dasar 
PBB tentang Peran Pengacara menetapkan bahwa pemerintah harus memastikan bahwa 
semua orang yang ditangkap atau ditahan, dengan atau tanpa tuntutan pidana, harus 
memiliki akses cepat ke pengacara, dan dalam hal apapun tidak boleh lebih dari empat 
puluh delapan jam dari saat penangkapan atau penahanan.180
Hak untuk meminta bantuan hukum atas penangkapan dan penahanan sangat penting 
baik untuk menjamin hak untuk pembelaan yang efisien maupun untuk tujuan melindungi 
integritas fisik dan mental dari orang yang dirampas kebebasannya. Hak untuk dibela 
oleh pengacara meliputi hak diberitahu tentang hak mendapatkan penasihat, hak akses 
dalam komunikasi rahasia dengan penasihat dan hak untuk mendapatkan bantuan oleh 
pengacara pilihan atau oleh pengacara berkualitas yang ditunjuk. 
Selama tahap pra-ajudikasi, pengacara dan penyedia bantuan hukum lainnya (lihat Bagian 
4.1) dapat membantu orang mereka dan memberi kontribusi pada pengurangan 
populasi penjara pra-ajudikasi dalam banyak hal, termasuk dengan memastikan bahwa 
terdakwa dibebaskan bila penangkapan dianggap sewenang-wenang, dengan mengatur 
pengalihan yang tepat dan mengusulkan jaminan.181 Mereka dapat mengumpulkan dan memberi informasi kepada polisi dan/atau pengadilan yang relevan dengan 
keputusan apakah mereka memenuhi kriteria hukum untuk dibebaskan.182 Mereka juga 
dapat memastikan bahwa masalah ini tidak "hilang" di antara ratusan yang lain, 
sehingga menghindari penundaan dalam penuntutan.
Suatu persyaratan utama untuk akses ke bantuan hukum yang efektif pada tahap 
investigasi dari proses pidana yaitu ketersediaan pengacara tanpa penundaan. Ini 
yaitu saat dimana polisi akan mewawancarai tersangka dan mengambil keputusan 
tentang apakah akan memulai proses hukum formal, dan apakah untuk menahan orang 
ini .183 Keputusan yang dibuat di tahap ini akan mempengaruhi perkembangan 
selanjutnya.
prinsip dan Pedoman PBB tentang Akses ke Bantuan Hukum dalam Sistem 
Peradilan Pidana mengakui bahwa mendapatkan akses ke bantuan hukum yang 
efektif di tahap investigasi proses pidana membutuhkan proses  yang efektif untuk 
memastikan, setidaknya, bahwa:184
• Tersangka diberitahu tentang hak mereka untuk mendapatkan nasihat dan
bantuan hukum;
• Tersangka diberikan kesempatan dan fasilitas untuk menghubungi seorang
pengacara sesuai kualifikasi atau penyedia bantuan hukum lainnya tanpa 
penundaan, dan
• Fasilitas disediakan untuk perwakilan hukum untuk berkonsultasi dengan
tersangka secara pribadi. 
Untuk memungkinkan tindakan ini dilaksanakan secara efektif, berikut ini perlu 
dipastikan:185
• Pelatihan aparat penegak hukum mencakup informasi tentang hak-hak
tersangka untuk memiliki akses ke penasehat hukum, dan bila perlu, bantuan 
hukum, segera sesudah  penangkapan;
• Perluadakewajibanhukumbagiaparatpenegakhukumuntukmenginformasikan
tersangka atas hak ini;
• Aparat penegak hukum harus memberi sarana dan membantu mereka
dengan melakukan kontak dengan para pengacara dan lembaga bantuan 
hukum;
• Informasi dan rincian kontak penyedia bantuan hukum harus tersedia bagi
aparat penegak hukum agar mereka bisa memenuhi kewajiban mereka;
• Pertimbangan harus diberikan untuk menyediakan bantuan hukum awal bagi
orang yang sangat membutuhkan bantuan hukum di kantor polisi, 
pusat-pusat penahanan atau pengadilan sementara kelayakan mereka sedang 
ditentukan.
Untuk mencegah keterlambatan dalam menyediakan akses bantuan hukum pada saat 
penting ini, berbagai jenis nasihat dan sistem bantuan di kantor polisi, yang dapat 
menggabungkan pengacara swasta, pembela umum dan paralegal, telah dibentuk di 
beberapa  negara.186 Di beberapa negara sistem pengacara bebas biaya telah dibentuk 
untuk memastikan bahwa pengacara atau paralegal selalu tersedia. (Lihat kotak untuk 
contoh). 
Nigeria—pengacara bebas biaya dan relawan pemuda nasional membantu mengurangi 
jumlah tahanan pra-ajudikasi dan masa penahanan mereka di Nigeria
Populasi penjara Nigeria rendah dalam kaitannya dengan populasi secara keseluruhan. Banyak penjara 
di Nigeria penuh sesak dan penahanan pra-perdilan yaitu masalah berat. Pada tahun 2009, 69 persen 
dari tahanan berada dalam tahanan pra-ajudikasi dan periode rata-rata penahanan yaitu 3,7 tahun. 
Studi menunjukkan bahwa tidak jarang bagi mereka yang dituduh dengan pelanggaran besar harus 
menghabiskan lebih dari 10 tahun dalam penahanan pra-ajudikasi.
Pada tahun 2005, REPLACE meluncurkan sebuah proyek di empat negara—Imo, Kaduna, Ondo dan 
Sokoto—dengan dukungan dari Inisiatif Open Society Institute Justice. memakai  pola pengacara 
bebas biaya, proyek berusaha untuk: 
• Mengurangi jumlah tahanan pra-ajudikasi sebagai jumlah dari populasi penjara keseluruhan;
• Mengurangi rata-rata lama penahanan pra-ajudikasi;
• Uji pola murah dari bantuan hukum pra-ajudikasi mendukung pengacara bebas biaya dan
relawan dari korps layanan pemuda nasional, dan
• Berkontribusi pada konsultasi tingkat nasional tentang akses terhadap bantuan hukum.
Sistem pengacara bebas biaya 
Sistem pengacara bebas biaya melibatkan empat pengacara yang bekerja dengan Dewan Bantuan 
Hukum dan bertanggung jawab untuk pengawasan sekelompok sukarelawan korps layanan pemuda 
nasional. Para relawan yaitu lulusan hukum baru, diharapkan dapat memberi bantuan hukum 
langsung di kantor polisi yang ditunjuk dalam waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Mereka segera 
terlibat dalam masalah di mana tersangka kriminal tidak memiliki pengacara swasta. Mereka memberi 
nasihat hukum dasar dan melakukan tindak lanjut dan n tindakan-tindakan tertentu seperti aplikasi 
jaminan. Secara total, empat pengacara dan 24 relawan terlibat untuk bekerja dengan proyek 
ini .
Hasil 
Selama sembilan bulan pertama proyek, rata-rata penurunan 72 persen dalam durasi penahanan pra￾ajudikasi tercatat di negara-negara percontohan. Populasi penahanan juga mengalami penurunan 
sebesar hampir 20 persen, yang mewakili total 611 tahanan yang dibantu dan dibebaskan. Pada tahun 
2007, total 1.188 tahanan pra-ajudikasi dibebaskan dari tahanan polisi dan penjara. Pada tahun 2008, 
total 2.579 tahanan dibebaskan dan antara Januari dan Juni 2009, 1.704 tahanan dibebaskan.
Sebagian besar tahanan yang dibebaskan menghabiskan beberapa hari dalam tahanan dibandingkan 
rata-rata nasional yaitu 3,7 tahun.
Implikasi kebijakan
Upaya-usaha advokasi oleh REPLACE telah menyegarkan perdebatan tentang penahanan pra-ajudikasi 
di Nigeria dan telah menimbulkan beberapa  inisiatif.
Kajian wajib kasus: REPLACE berhasil dalam permintaan pelaksanaan proses kajian sistematis dan 
wajib dari semua perintah penahanan.
Kajian pengiriman bantuan hukum: Pengacara yang terlibat dalam kerja sama percontohan dengan 
pejabat pemerintah untuk menyusun RUU Amandemen Bantuan Hukum dan RUU Administrasi 
Peradilan Pidana. RUU ini masih tertunda dalam penulisannya, tapi diharapkan bahwa—saat 
dipakai —mereka akan memberi kontribusi pada terciptanya proses peradilan pidana yang lebih 
adil.

Akses ke penasihat hukum selama peradilan 
Selama proses persidangan pengacara memainkan peran kunci dalam memberi 
kontribusi bagi keadilan sidang, sehingga membantu terdakwa yang tidak bersalah 
dibebaskan, dan menghindari hukuman yang berat, di mana mereka tidak dibenarkan.
Instrumen-instrumen internasional sangat jelas menunjukkan bahwa pemerintah perlu 
memastikan bahwa setiap orang yang dituntut dengan kejahatan yang dihukum penjara 
atau hukuman mati diwajibkan memiliki akses ke bantuan hukum dalam semua proses 
di peradilan, termasuk banding.
Dalam rangka memastikan bahwa hak membela diri itu bermakna, siapa pun yang 
dituduh melakukan tindak pidana dan pengacara mereka harus memiliki waktu dan 
fasilitas yang memadai untuk mempersiapkan pembelaan.187
Sifat dari proses (apakah awal, persidangan atau banding) dan perkara faktual dari 
setiap masalah akan berdampak pada apa yang dapat dianggap sebagai waktu yang 
cukup. Faktor-faktor termasuk kompleksitas kasus, akses tersangka terhadap bukti dan 
perwakilan hukum serta batas waktu yang ditentukan dalam hukum nasional.188 Hak 
untuk diadili dalam jangka waktu yang wajar dapat diseimbangkan dengan hak untuk 
memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan pembelaan.
Hak atas fasilitas yang memadai untuk mempersiapkan pembelaan mengharuskan 
terdakwa dan penasihat hukum harus diberikan akses ke informasi yang tepat, 
termasuk dokumen, informasi dan bukti lain yang mungkin bisa membantu terdakwa 
mempersiapkan masalah mereka.189 Komite Hak Asasi Manusia telah menyatakan bahwa 
informasi yang akan diberikan kepada orang yang dituduh melakukan tindak pidana harus 
menunjukkan "hukum dan fakta-fakta dugaan dimana [dakwaan] didasarkan

Afghanistan—layanan bantuan hukum membantu memastikan persidangan yang adil
Da Qanoon Ghushtonky, sebuah LSM di Afghanistan telah menyediakan layanan bantuan hukum 
kepada wanita , anak-anak dan laki-laki miskin dalam masalah pidana dan keluarga sejak tahun 2006 
dan telah sangat berhasil dalam mencapai pembebasan orang dari penjara atau memastikan pengadilan 
yang adil.
Pada tahun 2007 Da Qanoon Ghushtonky melaporkan bahwa sejak tahun 2006 mereka telah 
menyelesaikan 4.000 masalah kriminal. Lima puluh persen dibebaskan. Enam belas persen dihukum, 
tetapi 80 persen telah menerima hukuman yang jauh lebih rendah dibandingkan kemungkinan 
hukuman yang mereka peroleh jika tak didampingi pengacara. masalah lain sedang berlangsung. saat 
disediakan perwakilan hukum, beberapa  orang yang dijatuhi hukuman mati di tingkat pengadilan 
primer dibebaskan atau menerima hukuman penjara yang sangat singkat pada tahap akhir.
Selain peran utama mereka membela orang selama persidangan, pengacara dapat 
memberi bantuan penting untuk memastikan bahwa orang yang tepat berada 
di pengadilan pada tanggal yang tepat dan pada waktu yang tepat, dan memastikan 
bahwa informasi yang diperlukan dalam proses persidangan dan keputusan yang tepat 
harus dibuat, serta tersedia dan disajikan di pengadilan.191 Sebuah peran lanjut yang 
dapat dilakukan oleh pengacara dan penyedia bantuan hukum lainnya yaitu untuk 
memastikan bahwa terdakwa memahami tujuan dari sidang. Mereka juga dapat 
memberi informasi kepada terdakwa sehingga mereka dapat membuat keputusan 
untuk mengaku bersalah, di mana ini  sesuai, pada sidang awal.192 ini  dapat 
membantu mengurangi waktu yang dihabiskan dalam tahanan dan kredit diberikan 
untuk tujuan hukuman.
3. Akses ke penasihat hukum paska-hukuman 
Memastikan bahwa tahanan memiliki akses ke penasehat hukum sesudah  keputusan 
dan hukuman yaitu kunci untuk memungkinkan para tahanan memperoleh hak 
mereka akan bantuan hukum selama prosedur pengaduan, banding, pengajuan untuk 
pengampunan atau grasi. Dalam konteks kepadatan penjara, akses ke penasehat 
hukum yaitu sangat penting untuk memungkinkan para tahanan mempersiapkan 
banding mereka, serta untuk mengajukan pembebasan bersyarat dini dengan cara yang 
tepat dan sah, di negara-negara di mana tahanan sendiri harus bertindak agar dapat 
dipertimbangkan untuk pembebasan dini.
Otoritas penjara memiliki peran penting dalam memungkinkan para tahanan memperoleh 
hak mereka untuk memiliki akses ke penasehat hukum, misalnya, dengan:
• Menginformasikan semua tahanan, secara lisan dan tertulis, tentang hak
mereka terhadap bantuan hukum rahasia selama penahanan mereka, termasuk 
hak mereka untuk bantuan hukum;
memberi informasi ini dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan
orang buta huruf, minoritas, penyandang cacat dan anak-anak dan 
dalam bahasa yang mereka pahami;
• Membantu orang yang tidak memiliki pengacara dengan informasi
tentang pengacara dan penyedia bantuan hukum; 
• Menyediakan fasilitas kontak dengan pengacara dan penyedia bantuan
hukum;
• Memastikan bahwa pertemuan dengan penasihat hukum tidak terhalang atau
tertunda, dan bahwa kebijakan dan fasilitas penjara memungkinkan pertemuan 
ini berlangsung secara pribadi - jauh dari pendengaran staf penjara dan 
rahasia.
Selain itu, pemerintah dapat mempertimbangkan pengacara dan asosiasi hukum dan 
pemberi bantuan hukum lainnya untuk menyusun daftar nama pengacara dan penyedia 
bantuan hukum lain untuk mengunjungi penjara agar dapat memberi nasihat hukum 
dan bantuan, bebas biaya, kepada tahanan.193
Di beberapa negara layanan bantuan hukum telah dibentuk di penjara untuk memantau 
keabsahan penahanan, serta untuk menjamin akses ke pengacara dan layanan bantuan 
hukum bila perlu. ini  telah terbukti menjadi metode yang efektif dan praktis yang 
dapat direplikasi.
4. Penguatan akses terhadap proses  bantuan hukum 
Bantuan hukum, dalam definisi konvensional yaitu penyediaan layanan hukum gratis 
atau murah bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya penuh. Deklarasi Lilongwe 
menjelaskan bantuan hukum yaitu termasuk "nasihat hukum, bantuan, representasi, 
pendidikan, dan proses  penyelesaian sengketa alternatif; dan mencakup berbagai 
pemangku kepentingan, seperti organisasi non-pemerintah, organisasi berbasis 
warga , organisasi-organisasi amal agama dan non-agama, badan-badan dan 
asosiasi profesional, dan institusi akademik."194
prinsip dan Pedoman PBB tentang Akses ke Bantuan Hukum dalam Sistem Peradilan 
Pidana menetapkan bahwa negara-negara harus mempertimbangkan pemberian 
bantuan hukum sebagai tanggung jawab mereka dan harus dimasukkan ke dalam suatu 
sistem bantuan hukum komprehensif dan efektif yang dapat diakses, memiliki jangkauan 
nasional dan tersedia bagi semua tanpa diskriminasi. Selain "nasihat hukum, bantuan 
dan representasi" bantuan hukum dimaksudkan untuk mencakup pendidikan hukum, 
akses terhadap informasi hukum dan layanan lain yang disediakan melalui proses  
penyelesaian sengketa alternatif dan proses keadilan restoratif. 
Pedoman ini menetapkan isu-isu yang harus ditangani oleh pembuat undang￾undang dan kebijakan untuk memastikan bahwa semua orang, terlepas dari kemampuan 
finansial mereka, etnis, kebangsaan atau status lainnya, serta lokasi geografis mereka, 
menikmati akses yang sama untuk mendapatkan bantuan hukum. Mencakup:
• Memberlakukan undang-undang khusus tentang bantuan hukum, dan
• Mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa sistem bantuan
hukum yang komprehensif berada di tempat yang dapat diakses, efektif dan 
berkelanjutan.
Kementerian dan otoritas terkait harus:
• Membuat ketentuan anggaran yang memadai untuk bantuan hukum dalam
proses perencanaan mereka, termasuk menyediakan proses  pendanaan 
khusus dan berkelanjutan, dan
• Menempatkan struktur administrasi dan organisasi yang diperlukan untuk
memastikan bahwa fungsi sistem bantuan hukum secara efektif dan dapat 
diakses di seluruh negeri.
4.1. Sistem pemberian bantuan hukum
Ada berbagai sistem pemberian bantuan hukum:
Sistem pengacara publik/umum: bantuan hukum diberikan oleh pengacara yang bekerja 
di lembaga spesialis, didanai oleh pemerintah nasional atau federal, atau oleh LSM.195
Di beberapa negara ada layanan pembela umum nasional, di negara lain sistemnya 
lebih lokal.196
Pengacara swasta: Ini termasuk sistem kontrak, sistem ex officio dan sistem pro bono, 
di mana pengacara dikontrak, ditunjuk untuk menangani kasus-masalah individu atau 
memiliki kewajiban profesional untuk menangani beberapa  masalah per tahun, dengan 
biaya atau tidak dibayar, tergantung pada sistem.197
Paralegal dapat memenuhi berbagai fungsi yang berkaitan  dengan pembelaan masalah 
kriminal. Dalam beberapa sistem, paralegal bekerja untuk organisasi di mana sebagian 
besar penasihat hukum yaitu pengacara yang berkualitas.198 Pada sistem lain, mereka 
bekerja untuk organisasi di mana paralegal membuat sebagian besar penasihat hukum 
dipekerjakan. Dalam beberapa sistem, paralegal melakukan fungsi yang dijalankan juga 
oleh pengacara Pada sistem lain, mereka menjalankan tugas yang tidak akan dilakukan 
oleh pengacara, atau bekerja pada bidang yang sangat cocok dan menonjolkan kualitas 
mereka.199
Mahasiswa hukum dapat melakukan beberapa fungsi yang sama seperti paralegal, 
dengan pelatihan, supervisi dan organisasi yang tepat. Ada banyak contoh dari klinik 
bantuan hukum dimana siswa bekerja di bawah pengawasan seorang pengacara atau 
dosen hukum pada berbagai aspek masalah pidana.200
Pihak berwenang perlu menilai dan memutuskan kesesuaian sistem yang berbeda dalam 
yurisdiksi khusus mereka.Untuk memastikan pelaksanaan yang efektif dari sistem bantuan hukum nasional 
mereka, pemerintah dapat mempertimbangkan pembentukan badan bantuan hukum 
atau otoritas untuk menyediakan, mengelola, mengkoordinasikan dan memantau 
layanan bantuan hukum. Badan seperti itu harus independen dari pemerintah, sebab  
konflik yang melekat dalam memberi pelayanan hukum yang didanai negara pada 
mereka yang dicurigai atau dituduh melakukan tindak pidana.201 Perlunya kewenangan 
dan sarana untuk memberi bantuan hukum, termasuk, namun tidak terbatas pada, 
pengangkatan staf, penunjukan jasa bantuan hukum kepada individu, penetapan kriteria 
dan akreditasi pemberi bantuan hukum, termasuk persyaratan pelatihan, pengawasan 
penyedia bantuan hukum dan pembentukan badan-badan independen untuk menangani 
keluhan terhadap mereka.
Badan bantuan hukum perlu mengembangkan, dengan konsultasi dengan para 
pemangku kepentingan sektor peradilan dan organisasi warga  sipil, strategi jangka 
panjang untuk memandu penyediaan bantuan hukum dan keberlanjutannya.
Penyedia bantuan hukum non-negara di Guinea didukung oleh ICRC
Sejalan dengan kegiatan persuasi untuk mendukung penghormatan terhadap jaminan peradilan di 
Guinea, ICRC memberi peralatan kantor dan sistem informasi bagi LSM Même Droits pour Tous 
(MDT) pada tahun 2007. MDT menjalankan program bantuan hukum bagi para tahanan di Penjara 
Pusat Conakry dimana perkara peradilan tahanan secara sistematis diperiksa untuk menemukan 
penyimpangan, dan intervensi dilakukan sesuai kebutuhan. Pada kesempatan ini , MDT mengambil 
tindakan yang mendukung tahanan individu yang diidentifikasi oleh ICRC.Bantuan hukum ramah anak-anak
Seperti telah dibahas sebelumnya, penahanan dan pemenjaraan anak-anak sering memicu 
riwayat kriminal, dengan berulang kembali ke penjara, sebab  pelanggaran semakin lebih 
serius, mempengaruhi tingkat kepadatan penjara dalam jangka panjang. Salah satu cara 
untuk memastikan bahwa penjara dipakai  sebagai usaha terakhir dalam masalah anak￾anak, memastikan bahwa semua terdakwa, menahan dan memenjarakan anak memiliki 
akses ke bantuan hukum202 dan bantuan hukum ini yaitu "ramah anak-anak". 
Bantuan hukum "ramah anak-anak" yaitu pemberian bantuan hukum kepada anak￾anak yang berada dalam proses pidana, perdata dan administrasi yang dapat diakses, 
sesuai usia, multi-disiplin, efektif dan responsif terhadap berbagai kebutuhan hukum 
dan sosial yang dihadapi oleh anak-anak dan remaja. Bantuan hukum "ramah anak￾anak" diberikan oleh pengacara dan profesional lain yang terlatih dalam hukum anak 
dan pengembangan remaja dan anak yang mampu berkomunikasi secara efektif dengan 
anak-anak dan wali mereka
Langkah-langkah yang diambil mencakup, antara lain:204
• Penyediaan informasi kepada anak-anak tentang hak-hak hukum mereka,
dengan cara yang sesuai dengan usia dan kematangan mereka dan dalam 
bahasa yang bisa mereka pahami; 
• Pemberian informasi ini kepada orang tua atau wali selain diberikan
kepada anak; 
• pemakaian undang-undang bantuan hukum, kebijakan dan peraturan yang
memperhitungkan hak-hak anak dan kebutuhan pengembangan khusus;
• Pembentukan standar pelayanan bantuan hukum yang ramah anak dan kode
etik profesional dan pemeriksaan prosedur;
• Memastikan bahwa penyedia bantuan hukum yang mewakili anak-anak
menerima pelatihan awal dan berkelanjutan dalam hak-hak anak dan isu-isu 
terkait;
• Pembentukan kerjasama yang erat dan sistem rujukan antara penyedia bantuan
hukum dan profesional yang berbeda untuk memperoleh pemahaman yang 
komprehensif tentang anak, serta penilaian terhadap situasi dan kebutuhan 
hukum, psikologis, sosial, emosional, fisik dan kognitifnya. 
4.3. Bekerja dengan penyedia bantuan hukum non-Negara 
Bahkan saat undang-undang disiapkan bagi penyediaan bantuan hukum, efektivitas 
sistem dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah yang cukup dari pengacara yang kompeten, 
kualitas pendidikan dan pelatihan mereka, jumlah masalah yang ditangani oleh masing￾masing pengacara, kerjasama pelaku peradilan pidana lainnya, tingkat kesadaran terdakwa 
tentang hak-hak mereka dan dana yang tersedia untuk memungkinkan lembaga bantuan 
hukum berfungsi. Agar bantuan hukum menjadi efektif dan berkelanjutan, negara￾negara harus mempertimbangkan memperkuat lembaga-lembaga yang memberi 
bantuan hukum, serta mendorong dan memfasilitasi kemitraan dengan penyedia 
bantuan hukum non-negara, untuk mencapai jumlah orang seluas mungkin.205
Dengan tidak adanya pengacara dan pelayanan bantuan hukum di beberapa negara, 
penyedia bantuan hukum non-negara, seperti paralegal, universitas dan klinik bantuan 
hukum non-pemerintah, telah sukses besar dalam mengisi kesenjangan dengan 
membantu tersangka, tahanan dan keluarga mereka.
Keuntungan dari pemberian bantuan hukum oleh beberapa penyedia bantuan hukum 
non-negara, seperti paralegal, yaitu bahwa dalam banyak hal layanan mereka mungkin 
jauh melampaui fungsi sempit bantuan hukum spesialis. Di beberapa negara, paralegal 
telah membawa perubahan sistemik penting dalam cara berfungsinya sistem peradilan 
pidana, sehingga memberi respon yang berkelanjutan pada penumpukan proses 
peradilan pidana.Untuk tujuan ini, paralegal dapat melakukan tugas berikut:206
• Membantu, di kantor polisi, dengan melakukan penyaringan masalah dan
mengidentifikasi orang yang cocok untuk mendapatkan pengalihan dari 
sistem peradilan pidana;
• Memastikanbahwamerekayangadadalamtahananpolisitidakmemperpanjang
batas waktu wajib dan diproses lebih cepat;
• Menginformasikanpadaterdakwatentangdakwaan,hukum,dankemungkinan￾kemungkinan dan implikasi dari permohonan tawar menawar, bila layak;
• Memperlancar arus informasi antara lembaga peradilan pidana yang
berbeda;
• Melakukan sensus penjara, mengidentifikasi profil dari populasi penjara
pra-ajudikasi dan mempersiapkan daftar tindak lanjut tahanan yang akan 
disampaikan kepada otoritas penjara, jaksa dan pengadilan;
• Dilatih untuk mewawancarai dan menyusun keterangan tertulis dan dapat
membantu pengacara dalam presentasi kasus;
• Membantu dalam melacak saksi dan mengingatkan pihak-pihak mengenai
tanggal persidangan yang akan datang;
• Menghadiri sidang untuk membantu orang menemukan jalan mereka melalui
proses peradilan.
Pada saat yang sama, saat bekerja dengan paralegal dan penyedia bantuan hukum 
lainnya yang tidak memenuhi syarat sebagai pengacara, penting untuk mengenali batas￾batas kualifikasi dan keahlian mereka. Proses ini harus memastikan bahwa mereka dapat 
merujuk masalah yang ada di luar lingkup keahlian mereka sebagai pengacara dan bahwa 
kinerja mereka tunduk pada pengawasan. 
Keberhasilan yang dicapai oleh Paralegal Advisory Service Institute (PASI) di Malawi, yang 
membahas penundaan dalam proses peradilan pidana secara komprehensif, praktis dan 
sistematis, menanggapi kebutuhan yang ditemui selama bekerja di tingkat yang paling 
dasar dengan tahanan dan keluarga mereka, memiliki dampak yang cukup besar dalam 
mengurangi jumlah mereka yang ditahan dalam penahanan pra-ajudikasi di Malawi, 
dan telah sering dimuat dalam jurnal.207 Metode PASI telah direplikasi dan disesuaikan 
dengan kondisi yang sama di negara lain, seperti Benin, Kenya, Niger dan Uganda, dan 
atas dasar percontohan di Bangladesh.208 Undangan untuk memulai sistem serupa telah 
diterima oleh Lesotho, Liberia, Tanzania dan Zambia.209 (Lihat Kotak untuk keterangan 
lebih lanjut)
Malawi—Paralegal Advisory Service Institute
Di Malawi, para paralegal di Paralegal Advisory Service Institute terlibat dalam percobaan inovatif di 
depan umum/kemitraan swasta, dengan bantuan non-pengacara terlatih dan independen dari empat 
organisasi warga  sipil yang tunduk kepada kode etik untuk bekerja di penjara dan kantor polisi 
dalam memberi saran penting dan bantuan kepada orang yang berkonflik dengan hukum.
Sistem ini terdiri dari empat pilar:
• Nasihat dan bantuan hukum kepada orang yang berkonflik dengan hukum di penjara,
dalam tahanan polisi dan di pengadilan;
• Pemberdayaan hukum tahanan sehingga mereka dapat mewakili diri mereka sendiri melalui
klinik bantuan paralegal di dalam penjara setiap hari;
• Menghubungkan sistem peradilan pidana dengan memfasilitasi komunikasi dan koordinasi
yang lebih baik antara polisi, penjara, pengadilan dan warga , dan
• Menginformasikan kebijakan bantuan hukum.
Nasihat dan bantuan yang ditawarkan oleh paralegal sesuai dengan kebutuhan individu pada tahap 
awal dari proses peradilan pidana. Paralegal bekerja dengan kelompok tahanan di penjara dan anggota 
keluarga, atau dengan terdakwa di pengadilan. Mereka tidak menawarkan layanan rahasia yang 
disediakan oleh seorang pengacara untuk kliennya sebab  mereka bukan pengacara. Di kantor polisi, 
mereka mewawancarai anak yang berkonflik dengan hukum dengan maksud melakukan penyaringan 
untuk kemungkinan pengalihan dari sistem peradilan pidana dan menghadiri (jika mereka mengaku) 
proses interogasi polisi terhadap tersangka dewasa.
Di penjara, paralegal memakai  teknik pembelajaran interaktif dan keterampilan teater forum 
untuk memberdayakan tahanan pra-ajudikasi khususnya untuk memahami hukum dan prosedur 
dan untuk menerapkannya dalam masalah mereka sendiri. Paralegal bertujuan untuk bekerja dengan 
badan-badan peradilan dan membantu individu dalam menerapkan hak-hak hukum mereka dan 
perlindungan yang ditawarkan berdasar Konstitusi. Mereka mendiskusikan masalah dengan jaksa, 
menyusun daftar untuk hakim dan membantu mereka dalam mengunjungi penjara dan mengadakan 
“kamp pengadilan”. mereka juga membantu polisi, baik dalam melacak orang tua (dari anak-anak 
yang berkonflik dengan hukum), sureties dan saksi (untuk hadir di pengadilan) dan saat wawancara 
formal dengan tersangka. Akhirnya, mereka mengadakan pertemuan bulanan lembaga peradilan dan 
merujuk masalah ke pengacara. Singkatnya, mereka bertindak sebagai penghubung dalam rantai.
Salah satu hasil penting dari pekerjaan PASI telah mengurangi populasi penjara pra-ajudikasi secara 
keseluruhan dari 40-45 persen keseluruhan populasi menjadi 17,3 persen pada tahun 2007. Sejak 
tahun 2004 rata-rata populasi pra-ajudikasi di Malawi secara konsisten berada di bawah 25 persen.a
Dalam hal pengembangan kebijakan, Komisi Hukum di Malawi resmi mengakui peran paralegal 
dalam RUU bantuan hukum dan Pemerintah sedang mempertimbangkan strategi bantuan hukum 
berdasar pemakaian ekstensif paralegal (di bawah pengawasan pengacara).
Evaluasi independen dari Paralegal Advisory Service Institute mencatat bahwa dampaknya telah 
melampaui perubahan yang telah dibuat untuk kehidupan para tahanan dan cara kerja sistem peradilan 
pidana
Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan jangkauan geografis bantuan hukum, 
pemerintah dapat terlibat dalam kemitraan dengan penyedia layanan hukum non-negara. 
Berikut langkah-langkah yang dapat diambil untuk memungkinkan pembentukan, 
serta fungsi yang efisien dan efektif dari kemitraan dan penguatan proses  bantuan 
hukum ini :
• Mengakui dalam sistem hukum negara peran yang harus dimainkan oleh
layanan bantuan hukum non-negara; 
• Diversifikasi penyedia layanan bantuan hukum dengan memakai 
pendekatan yang komprehensif, misalnya dengan mendorong pembentukan 
pusat-pusat untuk memberi layanan bantuan hukum yang dikelola oleh 
pengacara dan paralegal, dan dengan menandatangani perjanjian dengan 
warga  hukum dan asosiasi pengacara, klinik hukum universitas, dan 
organisasi non pemerintah dan lainnya untuk menyediakan layanan bantuan 
hukum;
• Menetapkan standar kualitas untuk jasa bantuan hukum dan mendukung
pengembangan program pelatihan standar untuk penyedia bantuan hukum 
non-negara;
• Menetapkan proses  pemantauan dan evaluasi untuk menjamin kualitas
pelayanan bantuan hukum yang disediakan oleh penyedia bantuan hukum 
non-negara, dan
• Bekerja dengan semua penyedia bantuan hukum untuk meningkatkan
jangkauan, kualitas dan dampak serta memfasilitasi akses terhadap bantuan 
hukum di semua bagian negara dan di semua komunitas, terutama di daerah 
pedesaan dan area dan kelompok yang secara ekonomi dan sosial kurang 
beruntung.
4.4. Pendanaan
Sebagian besar penyedia bantuan hukum menghadapi tantangan pendanaan yang serius, 
memicu kekurangan pengacara dalam memberi layanan yang dibutuhkan, 
memicu kelebihan beban masalah dimana setiap pengacara bertanggung jawab untuk 
memprosesnya dan penurunan kualitas bantuan hukum yang disediakan. Sementara 
investasi awal dalam mengembangkan pemberian bantuan hukum kemungkinan akan 
membutuhkan dana yang cukup besar, tabungan jangka panjang yang akan dibuat dalam 
mengurangi penahanan, durasi penahanan dan pemenjaraan/lama hukuman penjara, 
serta biaya jaminan, akan sangat mungkin membebankan biaya kepada Negara.210
Langkah-langkah untuk meningkatkan basis keuangan dalam pemberian bantuan 
hukum dapat mencakup pembentukan dana bantuan hukum untuk membiayai sistem 
bantuan hukum, mendukung penyedia bantuan hukum seperti asosiasi pengacara, 
klinik hukum universitas dan sponsor organisasi non pemerintah dan organisasi lain 
untuk menyediakan layanan bantuan hukum di seluruh negara.Langkah-langkah ini bisa termasuk mengidentifikasi proses  fiskal untuk 
menyalurkan dana bagi dana bantuan hukum seperti:
• Memperbaiki persentase anggaran peradilan pidana negara yang akan
dialokasikan untuk layanan bantuan hukum yang sepadan dengan kebutuhan 
penyediaan bantuan hukum yang efektif;
• memakai  dana pulih dari kegiatan kriminal seperti perampasan atau
denda untuk menutup layanan bantuan hukum. Tindakan ini bisa 
disertai dengan peningkatan pelanggaran yang dapat menghasilan denda, 
bukan hukuman penjara (lihat bab F), dan mengalokasikan persentase dari 
denda yang diterima untuk berkontribusi pada pembentukan dan pengelolaan 
sistem bantuan hukum.
Selain itu, pertimbangan dapat diberikan untuk pengidentifikasian dan menyiapkan 
tempat insentif bagi pengacara untuk bekerja di daerah pedesaan dan area yang 
secara sosial ekonomi kurang beruntung (yaitu pembebasan atau pengurangan pajak, 
pengurangan pembayaran pinjaman mahasiswa, dll). 
4.5. Kualitas bantuan hukum 
Agar pemberian bantuan hukum menjadi efektif, yaitu penting bantuan hukum dapat 
diakses oleh sebanyak mungkin orang, dengan tidak mengesampingkan kualitas. Untuk 
tujuan ini, sangat penting untuk membuat ketentuan yang memadai bagi staf dan 
memastikan bahwa profesional yang bekerja untuk sistem bantuan hukum nasional 
memiliki kualifikasi dan pelatihan yang sesuai untuk layanan yang akan diberikan. 
Akreditasi dan sistem pemantauan yang tepat harus disiapkan untuk memastikan bahwa 
pengacara memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
5. Kesadaran hukum dan pemberdayaan hukum
Salah satu aspek yang paling penting dalam membuat bantuan hukum dapat diakses 
oleh semua orang yaitu untuk memastikan bahwa mereka yang menghadapi tuntutan 
pidana menyadari hak-hak mereka, termasuk untuk mendapatkan bantuan hukum. 
Aspek konsep bantuan hukum ini tidak boleh dianggap remeh sebab  dapat memiliki 
dampak yang sangat signifikan terhadap akses terhadap keadilan serta tingkat penahanan 
dan hukuman penjara. ini  juga penting untuk menghadapi kesalahpahaman 
dalam beberapa warga  yang mengatakan bahwa memakai  jasa pengacara 
menyiratkan rasa bersalah.
Kesadaran hukum dan pendidikan dapat diberikan di sekolah-sekolah, sebagai bagian 
dari kurikulum nasional, melalui media, serta oleh klinik hukum tertentu bagi mereka 
yang terlibat dalam sistem peradilan pidana sebagai tersangka/tahanan, atau korban 
atau keluarga mereka.
Pemberdayaan hukum tahanan dapat menjadi sarana yang efektif yang dipakai  untuk 
memungkinkan mereka memahami masalah dan konsekuensi dari tindakan yang mungkin 
melanggar, serta untuk mewakili dirinya sendiri di pengadilan. Contoh klinik bantuan 
paralegal yang dilakukan di dalam penjara setiap hari oleh PASI di Malawi, disebut 
sebelumnya, yaitu salah satu contoh bagaimana ini  dapat dicapai
AKSES KE PENASIHAT HUKUM SELAMA PENAHANAN PRA-AJUDIKASI 
Untuk pembuat undang-undang, pembuat kebijakan dan aparat penegak hukum
• Untuk menyertakan masalah yang berkaitan  dengan hak tersangka untuk mendapatkan
penasehat hukum dan bantuan hukum segera sesudah  penangkapan dalam pelatihan aparat 
penegak hukum, dan untuk memastikan bahwa ada kewajiban hukum bagi aparat penegak 
hukum untuk menginformasikan hak ini pada mereka yang ditangkap. 
• Untuk memastikan bahwa aparat penegak hukum membantu tahanan dalam membuat kontak
dengan para pengacara dan lembaga bantuan hukum dan menyediakan informasi dan rincian 
kontak penyedia bantuan hukum pada aparat penegak hukum.
• Untuk memberi pertimbangan mengenai pemberian bantuan hukum awal untuk orang￾orang yang segera membutuhkan bantuan hukum di kantor polisi, pusat-pusat penahanan 
atau pengadilan sementara kelayakan mereka sedang ditentukan.
AKSES KE PENASIHAT HUKUM SELAMA PERADILAN 
Untuk pembuat undang-undang, pembuat kebijakan, kejaksaan dan peradilan
• Untuk memastikan bahwa setiap orang yang dituntut dengan kejahatan yang memungkinkan
dikenakan hukuman penjara atau hukuman mati dapat memiliki akses ke bantuan hukum yang 
efektif di semua proses di pengadilan, termasuk banding.
• Untuk menempatkan langkah-langkah legislatif dan praktis yang memastikan bahwa siapa pun
yang dituduh melakukan tindak pidana dan pengacara mereka punya waktu dan fasilitas untuk 
menyiapkan pembelaan yang memadai, dan dalam konteks ini, memastikan bahwa terdakwa 
dan penasihat hukum mereka diberikan akses pada dokumen, informasi dan bukti lain yang 
relevan yang mungkin bisa membantu terdakwa mempersiapkan masalah mereka. 
AKSES KE PENASIHAT HUKUM PASKA-HUKUMAN 
Untuk administrasi penjara 
• Untuk menginformasikan semua tahanan yang dihukum, secara lisan dan tertulis, tentang hak
mereka untuk bantuan hukum rahasia selama penjara, termasuk hak mereka untuk bantuan 
hukum dan untuk memberi informasi ini dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan 
orang buta huruf, minoritas, penyandang cacat dan anak-anak dan dalam bahasa yang 
mereka pahami. 
• Untuk membantu mereka yang tidak memiliki pengacara dengan informasi tentang pengacara
dan penyedia bantuan hukum.
• Untuk menyediakan fasilitas kontak dengan pengacara dan penyedia bantuan hukum, untuk
memastikan bahwa pertemuan dengan penasihat hukum tidak terhambat atau tertunda dan 
bahwa kebijakan penjara dan fasilitas memungkinkan pertemuan ini berlangsung secara 
pribadi.
PENGUATAN AKSES TERHADAP proses  BANTUAN HUKUM 
Untuk pembuat undang-undang dan pembuat kebijakan 
• Untuk mempertimbangkan pemberlakuan undang-undang khusus tentang bantuan hukum,
jika diperlukan, sehingga semua tersangka dan tahanan, terlepas dari kemampuan keuangan 
mereka, etnis, kebangsaan atau status lainnya, serta lokasi geografis mereka, menikmati akses 
yang sama untuk mendapatkan bantuan hukum.
• Untuk mempertimbangkan pembentukan badan bantuan hukum atau otoritas hukum dalam
menyediakan, mengelola, mengkoordinasikan dan memantau layanan bantuan hukum.
• Untuk membuat ketentuan yang memadai dan spesifik dalam perekrutan sistem bantuan
hukum nasional sepadan dengan kebutuhan—dan untuk memastikan bahwa profesional yang 
bekerja untuk sistem bantuan hukum nasional memiliki kualifikasi dan pelatihan yang sesuai 
untuk layanan yang mereka berikan. 
• Untuk bekerja dengan semua penyedia bantuan hukum dalam meningkatkan jangkauan,
kualitas dan dampak dan memfasilitasi akses terhadap bantuan hukum di semua bagian negara 
dan di semua komunitas, terutama di pedesaan dan area dan kelompok yang secara ekonomi 
dan sosial tidak beruntung.
• Untuk menyiapkan akreditasi dan sistem pemantauan yang tepat untuk menjamin bahwa
pengacara memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menyarankan orang mereka dengan 
cara yang efektif. 
Untuk pembuat kebijakan, termasuk departemen terkait, seperti Departemen Kehakiman 
dan Departemen Keuangan
• Untuk memastikan bahwa ketentuan-ketentuan anggaran yang memadai untuk bantuan
hukum termasuk dalam proses perencanaan, termasuk menyediakan proses  pendanaan 
khusus dan berkelanjutan.
• Untuk menyiapkan struktur administrasi dan organisasi yang diperlukan untuk memastikan
bahwa sistem bantuan hukum berfungsi secara efektif dan dapat diakses di seluruh negeri.
BANTUAN HUKUM RAMAH ANAK-ANAK 
Untuk pembuat undang-undang dan pembuat kebijakan
• Untuk menyiapkan undang-undang dan langkah-langkah praktis untuk memastikan bahwa
anak-anak yang terlibat dengan sistem peradilan pidana dapat menikmati hak atas bantuan 
hukum yang ramah anak.
BEKERJA DENGAN PENYEDIA BANTUAN HUKUM NON-NEGARA 
Untuk pembuat undang-undang, pembuat kebijakan dan penyedia bantuan hukum
• Untuk mengenali peran layanan bantuan hukum non-negara dalam sistem hukum negara.
• Untuk diversifikasi penyedia layanan bantuan hukum dengan memakai  pendekatan yang
komprehensif misalnya dengan mendorong pembentukan pusat untuk memberi layanan 
bantuan hukum yang dikelola oleh pengacara dan paralegal dan dengan menandatangani 
perjanjian dengan warga  hukum dan asosiasi pengacara, klinik hukum universitas dan 
organisasi non-pemerintah dan organisasi lain untuk menyediakan layanan bantuan hukum.
• Untuk menetapkan standar kualitasjasa bantuan hukum dan untuk mendukung pengembangan
program pelatihan standar bagi penyedia bantuan hukum non-negara.
• Untuk menetapkan proses  pemantauan dan evaluasi untuk menjamin kualitas pelayanan
bantuan hukum yang disediakan oleh penyedia bantuan hukum non-negara.
KESADARAN HUKUM DAN PEMBERDAYAAN HUKUM 
Untuk pembuat kebijakan dan departemen yang relevan 
• Untuk memberi kesadaran hukum dan pendidikan di sekolah-sekolah, sebagai bagian dari
kurikulum nasional, melalui media, serta klinik hukum tertentu bagi mereka yang terlibat dalam 
sistem peradilan pidana sebagai tersangka/tahanan, korban atau keluarga mereka. 
Untuk otoritas penjara
• Untuk mengaktifkan pemberdayaan hukum tahanan, dengan bekerja sama dengan penyedia
bantuan hukum, sehingga mereka dapat memahami masalah mereka dan konsekuensi dari 
tindakan yang mungkin, serta mewakili diri di pengadilan.








Sementara reformasi undang-undang yaitu hal penting untuk memastikan bahwa aktor 
peradilan pidana memiliki dasar hukum yang diperlukan untuk mengambil keputusan 
dan melaksanakan langkah-langkah yang dapat mengurangi pemberian hukuman 
penjara, undang-undang hanya dapat berguna jika lembaga dari fungsi sistem peradilan 
pidana berfungsi dengan benar. Sebuah sistem peradilan pidana yang tidak efisien
dapat menimbulkan penundaan yang signifikan dalam memberi keadilan, 
memicu orang-orang—termasuk mereka yang pada akhirnya didapati bersalah—
ditahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, sebelum dibawa ke pengadilan, 
dan proses persidangan itu sendiri dapat diperpanjang secara berlebihan, sebelum 
putusan akhir diberikan.
Sebagaimana dibahas dalam bagian I, Bab B mungkin ada banyak alasan untuk saling 
memperkuat alasan ketidakefisiensian.
Faktor kunci yang mendasari mungkin termasuk:
• Jumlah dan pelatihan pelaku peradilan pidana yang tak memadai, seperti
polisi, jaksa, hakim dan staf penjara;
• Kurangnya sumber daya dan kapasitas teknis lembaga dan pelaku peradilan
pidana;
• Kurangnya kerjasama antara lembaga peradilan pidana, seperti kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan administrasi penjara;
• Proses peradilan pidana yang tak pratis dan rumit, dengan birokrasi yang
berlebihan, yang menciptakan penundaan sistemik; 
• Kurangnya data yang dapat diandalkan tentang tahanan yang ditahan dalam
penahanan pra-ajudikasi dan penjara;
• Kurangnya transparansi dan akuntabilitas.
saat faktor-faktor pemicunya tidak diatasi secara komprehensif, penumpukan masalah 
di pengadilan pun terjadi, sering memicu kepadatan di penjara.
1. Mengembangkan kemampuan aktor peradilan pidana 
Efisiensi dan efektivitas sistem untuk memberi keadilan sesuai dengan standar 
internasional dan regional yang ditetapkan akan sangat tergantung pada aktor utama 
dalam sistem. Mereka yaitu hakim, jaksa, pengacara, polisi dan staf penjara. Semua 
aktor peradilan pidana ini terlibat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil 
di seluruh sistem yang berdampak pada jumlah populasi penjara. Dengan mengambil 
keputusan yang mendukung keadilan melalui pemberian hukuman penjara minimum, 
mereka bisa berkontribusi untuk mengurangi arus masuk ke dalam penjara. Dengan 
memenuhi tanggung jawab mereka secara adil dan efisien, mereka dapat mengurangi 
penundaan yang tidak perlu, hukuman yang tidak adil dan meningkatkan prospek 
reintegrasi sosial narapidana. Kualifikasi dan perilaku etis mereka dalam pelaksanaan 
tugas mereka dengan integritas dan bebas dari korupsi sangat penting bagi sistemuntukdiberikan. Standar internasional dan regional telah dikembangkan untuk memberi 
bimbingan dalam perekrutan dan pelatihan personil peradilan pidana.164
1.1 Prosedur perekrutan dan pelatihan 
Salah satu persyaratan utama yaitu menetapkan proses  untuk menarik individu 
berkualitas tinggi untuk melayani dalam sistem peradilan pidana, melalui prosedur 
perekrutan yang transparan dan berbasis manfaat. Bidang pengembangan kapasitas 
dan pelatihan harus mencakup: hak asasi tahanan dan narapidana, termasuk hak 
mereka untuk mendapattkan penasihat hukum saat penangkapan; kriteria pengambilan 
keputusan tentang penangkapan dan penuntutan; pedoman pada pengalihan dari 
sistem peradilan pidana, teknik investigasi yang sesuai dengan persyaratan standar 
internasional, pengadilan dan hukuman yang adil, reintegrasi sosial narapidana dan 
keputusan pembebasan dini. Pelatihan harus menekankan perilaku etis dan larangan 
segala bentuk korupsi.
1.2 Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja dari para aktor peradilan pidana mungkin perlu ditinjau, sehingga 
tidak didasarkan pada jumlah penangkapan dan keputusan, tetapi pada kriteria yang 
mengukur efisiensi kegiatan peradilan pidana, dalam hal kepatuhan mereka pada 
standar hak asasi manusia internasional, yang, antara lain, aturan bahwa hukuman 
penjara harus dipakai  dengan hemat, dan kesesuaian respon peradilan pidana 
terhadap pelanggaran yang dilakukan, serta karakteristik dari tersangka atau pelaku 
yang terlibat. 
Agar efektif, pertimbangan harus diberikan untuk menyertai tinjauan ini dengan 
tindakan lain, seperti penghapusan "target penangkapan" (lihat bab E, ayat 1), dan 
meningkatkan wewenang polisi dan jaksa untuk mengalihkan masalah yang sesuai jauh dari 
proses formal dalam sistem peradilan pidana, misalnya, untuk proses  penyelesaian 
sengketa alternatif (lihat bab E, bagian 3).
1.3 Sumber daya memadai dan investasi 
Ada kebutuhan untuk memastikan bahwa aktor peradilan pidana dapat melaksanakan 
fungsinya secara efektif, dan sesuai dengan standar internasional. ini  membutuhkan 
alokasi anggaran yang memadai bagi administrasi peradilan pidana agar sistem 
berfungsi secara efisien dan efektif. Dengan berinvestasi dalam aparat peradilan pidana, 
penghematan dapat dilakukan dalam jangka panjang, dengan pengurangan penundaan 
dalam proses peradilan pidana, pemberian hukuman penjara, dan biaya jaminan penjara, 
sedang  kepercayaan dalam sistem peradilan pidana dapat ditingkatkan.
2. Meningkatkan proses  kerja sama antar lembaga peradilan pidana 
Salah satu penyebab utama kelebihan masalah di pengadilan dan kepadatan di penjara 
yaitu kurangnya pertukaran informasi antara aktor peradilan pidana yang mengambil 
keputusan (atau gagal mengambil keputusan) tanpa pengetahuan yang memadai 
tentang masalah individual, serta situasi keseluruhannya. Penyebab penundaan dalam 
proses peradilan pidana harus ditangani bersama sehingga penumpukan masalah dapat 
siatasi secara sistematis dan tekanan pada penjara terlepas dengan aksi bersama dari 
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Menetapkan proses  kerja sama antara 
lembaga peradilan pidana dapat membantu mengurangi, khususnya, populasi penjara 
pra-ajudikasi secara signifikan dengan mempercepat pemrosesan kasus, memastikan 
bahwa terdakwa dihadapkan ke pengadilan tepat waktu, dan bahwa mereka yang telah 
ditahan melebihi batas waktu dapat dilepaskan.
Beberapa contoh praktek yang baik telah muncul. Misalnya, dalam kerangka Inisiatif 
Berantai, kerjasama antara pengadilan, jaksa dan penjara, serta dengan layanan 
sosial, tokoh warga  setempat dan LSM, dibentuk/diperbaiki di Kenya, Malawi, 
Uganda dan Republik Tanzania dengan pertemuan rutin, kunjungan penjara bersama, 
pengembangan dan distribusi standar kinerja yang disepakati, yang berhasil mempercepat 
pemrosesan masalah dan pelepasan tahanan yang didapati dipenjara secara tidak sah.165
Contoh lain, seperti masalah Komite Koordinasi di Bangladesh dan Komite Pengguna 
Pengadilan di Afrika Selatan juga telah menunjukkan bagaimana koordinasi antara 
aktor peradilan di tingkat lokal dapat mengatasi masalah kepadatan dengan biaya yang 
sangat rendah atau bahkan tidak ada.
Kamboja—Dialog antara pemangku kepentingan yang berbeda yang berlangsung dengan 
dukungan ICRC sebagai sarana untuk mencari solusi kepadatan penjara
ICRC memiliki sejarah panjang satu dekade dalam keterlibatan kemanusiaan di Kamboja, 
dan telah mengunjungi penjara selama lebih dari 20 tahun. Di awal tahun 2000-an, lembaga 
ini mulai bekerja dengan otoritas Kamboja dalam usaha untuk mengurangi efek gabungan 
pada kehidupan tahanan sebab  kurangnya investasi jangka panjang dalam sarana dan terus 
meningkatnya jumlah tahanan. Akses mendapatkan air minum yang sehat, ventilasi, sistem 
pembuangan limbah dan dapur semuanya membaik. Ini menjadi jelas, bagaimanapun, bahwa 
ada kebutuhan untuk mengidentifikasi dan menanggapi akar penyebab kepadatan penjara 
jika usaha ICRC, dan orang dari pemerintah Kamboja, terus memberi manfaat 
apapun kepada para tahanan.
Pada tahun 2010, bekerja sama dengan pemerintah Kamboja, ICRC menilai penyebab 
signifikan dan pertumbuhan yang stabil dalam jumlah tahanan, untuk mengusulkan sarana 
menghentikan atau membalikkan kecenderungan ini. Dalam beberapa  penjara Kamboja, 
sistem sementara dibentuk untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang populasi 
penjara.
sesudah  penyampaian laporan hasil, selama 2011 dan 2012 ICRC didukung serangkaian 
diskusi tingkat tinggi, antar-kementerian dan antar-lembaga. Kementerian Dalam Negeri, 
Kehakiman, Ekonomi dan Keuangan, dan peradilan, penjara, polisi dan otoritas gendarmerie 
membahas tantangan yang mereka hadapi dan kemungkinan solusi, mencapai konsensus 
tentang beberapa  area.
proses  koordinasi antar departemen dan antar-instansi ini telah memfasilitasi 
pengembangan dari pemahaman umum akan masalah, mengembangkan rasa tanggung 
jawab bersama dan telah menetapkan dasar untuk langkah-langkah yang lebih komprehensif 
dan terkoordinasi.Filipina—Perwakilan lembaga peradilan bertemu sebagai bagian dari inisiatif Call for Action 
(CFA) untuk mengatasi kepadatan di Filipina
Selama lebih dari setengah abad, ICRC telah mengunjungi penjara dan tahanan di Filipina untuk 
memastikan mereka menyediakan kondisi penahanan yang layak dan manusiawi. Pada tahun 2007, 
ICRC mendukung inisiatif “Call for Action” dengan tujuan mengatasi masalah kepadatan.
Pihak berwenang dan lembaga pemerintah kunci di tingkat pusat dan daerah berusaha untuk 
meningkatkan fasilitas penjara dan pelayanan kesehatan dan mengatasi kepadatan melalui alokasi 
lebih banyak sumber daya, mobilisasi dalam kerangka proses “Call for Action”. Tiga kelompok kerja 
terus mengatasi kekurangan dalam sistem peradilan pidana, dalam penundaan prosedural tertentu 
(salah satu penyebab utama kepadatan), TB di tempat-tempat penahanan, dan masalah prasarana 
penjara. 
Dua kelompok kerja percontohan membahas masalah yang disebabkan oleh penundaan prosedural 
dalam masalah narapidana di Penjara Manila dan Kota Tacloban dan cara-cara untuk meningkatkan 
kerjasama antara lembaga peradilan pidana. Temuan dan rekomendasi mereka, dikombinasikan 
dengan hasil evaluasi ICRC dari pencapaian inisiatif “Call for Action”, dimasukkan ke dalam diskusi 
dengan Mahkamah Agung, hakim eksekutif, Kejaksaan Umum, Kantor Kepala Kejaksaan dan Biro 
Manajemen Penjara dan ilmu pidana (BJMP) tentang langkah-langkah konkret untuk mengatasi 
kepadatan penjara.
Hasilnya, dengan dukungan ICRC, sebuah gugus tugas diamanatkan oleh Mahkamah Agung untuk 
mempercepat kasus-masalah narapidana di Penjara Kota Manila, dan manusia dan materi sumber daya 
tambahan yang diberikan untuk memperbaiki manajemen pengarsipan di sana. Senat menerima 
dokumen posisi ICRC pada RUU terkait penahanan yang berfokus pada perilaku pelonggaran waktu 
yang baik dan hukuman penjara preventif. Program kunjungan penjara bisa berperan penting untuk mengaktifkan koordinasi anta 
lembga dan mendorong debat publik tentang reformasi untuk mengurangi populasi 
penjara, seperti yang ditunjukan contoh di India.
India—membangun kerja sama antara aktor peradilan pidana
Di India, sebuah proyek komprehensif, yang dimulai dengan kunjungan ke penjara diselenggarakan 
oleh Commonwealth Human Rights Initiative (CHRI), sebuah LSM internasional, berdampak pada 
jumlah populasi penjara pra-ajudikasi. CHRI, yang melakukan kunjungan ke penjara di Madhya Pradesh, 
Chhattisgarh, dan Rajasthan, menyadari bahwa perlu disediakannya sebuah platform umum untuk 
fungsionaris lembaga peradilan pidana dalam menemukan cara meningkatkan koordinasi interdisipliner. 
Akibatnya, seminar regional untuk orientasi pengunjung penjara non-resmi diselenggarakan dan pejabat 
tinggi kehakiman, polisi, penjara, kejaksaan, dan layanan masa percobaan diundang untuk mengetuai 
sesi yang berbeda. Sebagai bagian dari strategi untuk melibatkan beragam pejabat peradilan pidana, 
kerja sama badan-badan konstitusional seperti Komisi Negara Hak Asasi Manusia dan Komisi Negara 
untuk wanita  juga diminta. 
CHRI menyelenggarakan 11 seminar regional semacam itu di tiga negara. Pengulangan penekanan 
pada koordinasi di tingkat lokal, serta di tingkat pembuatan kebijakan, memicu pembatasan 
penahanan, dengan lebih banyak pemakaian yang tercipta dari langkah-langkah alternatif, dan 
prosedur peradilan yang lebih cepat. Program ini berdampak pada populasi penjara pra-ajudikasi di 
tiga negara di mana program ini dilaksanakan. Di Madhya Pradesh, misalnya, jumlah populasi penjara 
pra-ajudikasi menurun selama tahun 2001-2003, dari 16.837 menjadi 13.993. Demikian pula, di 
Chhattisgarh kecenderungan itu umumnya menurun, dari 4.921 menjadi 4.128. Di Rajasthan, populasi 
pra-ajudikasi surut terus menerus, dari 8.737 pada tahun 2001 menjadi 6,584 pada tahun 2003.
Kerjasama antar instansi dapat diformalkan dengan pembentukan sebuah badan 
penasehat yang terdiri dari perwakilan lembaga peradilan pidana kunci. Badan ini 
juga dapat mencakup pakar independen dan perwakilan warga  sipil, sehingga 
memperluas dan mendiversifikasi keahlian badan ini dan melibatkan warga  
sipil secara aktif dalam proses reformasi. Lihat contoh Panama dalam kotak.
Dewan Kebijakan Penjara di Panama
“Dewan Kebijakan Penjara” di Panama, menyatukan Departemen Pemerintahan, Mahkamah 
Peradilan, Jaksa Agung, Ombudsman, administrasi penjara, DPR, gereja, pengacara, Universitas, polisi 
dan LSM hak asasi manusia, antara lain, dengan tujuan mendefinisikan kebijakan penjara, menyajikan 
rekomendasi tentang infrastruktur, program konseling dan pelatihan, serta menganalisis situasi di 
penjara, dan berusaha mencari solusi terkoordinasi dari tantangan yang dihadapi.
Menyederhanakan dan mempercepat proses imunisasi meliputi peradilan 
pidana 
Di banyak negara, peradilan pidana dan proses administrasi pengadilan yang tidak 
praktis dan rumit, seringkali sebab  aturan dan prosedurnya sudah usang. ini  
mungkin termasuk dokumentasi yang berlebihan atau banyaknya instansi/pejabat yang 
harus terlibat untuk memulai satu tindakan sederhana, diperparah dengan hilangnya 
dokumen, kurangnya pertukaran informasi antara lembaga dan catatan data yang 
tidak akurat. Selain itu, tantangan yang ditemui oleh banyak tersangka dan keluarga 
mereka, dalam menemukan jalan mereka dalam dunia birokrasi yang rumit dan asing 
ini memberi lahan yang subur bagi polisi, jaksa dan staf pengadilan dalam memicu 
aksi suap agar menyediakan layanan yang dibutuhkan untuk mempercepar proses 
sebuah kasus. Tinjauan menyeluruh dari pelaksanaan proses peradilan pidana, termasuk 
prosedur administrasi pengadilan, dapat membantu mengindentifikasi bagaimana 
mereka disederhanakan.
Contohnya:
• Hukum acara dapat disederhanakan untuk memungkinkan pengadilan
menghabiskan lebih sedikit waktu untuk memproses masalah ringan dan 
menyisihkan banyak waktu untuk memproses masalah serius dan rumit. Sebagai 
contoh, jumlah lembaga atau pejabat yang harus terlibat dalam mengambil 
keputusan yang sederhana dan jumlah prosedur dan dokumen yang harus 
dipakai  dapat ditinjau dan dikurangi, jika tidak lagi sah (misalnya prosedur 
yang yaitu  warisan pemerintahan kolonial dengan tingkat hirarki tidak 
lagi relevan dalam konteks saat ini);
• Saat sumber daya memungkinkan, waktu dan usaha dapat dihemat dan
efisiensi ditingkatkan dengan pemakaian teknologi kontemporer yang lebih 
baik, (misalnya sistem pelacakan masalah berbasis komputer); • Langkah-langkah dapat ditetapkan untuk memastikan bahwa kasus-kasus
disaring pada tahap awal untuk memastikan bahwa kasus-masalah kecil yang