penjara 3

Rabu, 13 September 2023

penjara 3


pembebasan dini di Singapura, 
makalah disampaikan pada Lokakarya tentang Strategi untuk Mengurangi Kepadatan di Lembaga Pewarga an, 
Kongres PBB tentang Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana, Salvador, Brasil, 2010). Sebagai penulis dari 
makalah, ia mencatat: "peringatan perlu dilakukan dalam interpretasi statistik ini . Serupa dengan usaha lain 
yang berusaha untuk membandingkan dan mengevaluasi efektivitas program berbasis penjara, perbandingan di 
atas memiliki kekuarangan dalam kelompok kontrol dan self selection bias. Umumnya, narapidana yang dipilih 
untuk program ini bersikap lebih baik di penjara, menunjukkan sikap yang lebih positif, dan memiliki catatan 
criminal yang sedikit. Oleh sebab  itu, pengamatan tidak harus ditafsirkan sebagai validasi ilmiah."
4. Pertimbangan ekonomi 
Penyediaan pendidikan, pekerjaan, pelatihan kejuruan dan program rehabilitasi yang 
ditargetkan untuk para tahanan bukanlah hak istimewa tetapi tugas negara untuk 
diberikan kepada semua tahanan yang berada di bawah perawatan dan pengawasannya. 
Semua program ini sebaiknya dikembangkan dalam kerangka program 
departemen terkait untuk warga  umum dan disediakan dengan alokasi anggaran 
dari masing-masing kementerian. Sementara penghematan biaya dapat dilakukan 
dengan membentuk kemitraan dengan LSM, dan kolaborasi ini harus didukung, 
harus dipahami bahwa tanggung jawab utama untuk reintegrasi sosial tahanan terletak 
pada negara.
Jelas biaya sekumpulan program besar yang dirancang untuk mengurangi pengulangan 
tindak pidana sangat bervariasi tergantung pada jenis program, negara di mana ia diterapkan

dan berbagai faktor lainnya. Sebuah studi komprehensif tentang efektivitas program yang 
dirancang untuk mengurangi residivisme, yang secara sistematis meninjau lebih dari 400 
studi penelitian yang dilakukan di Kanada dan Amerika Serikat, misalnya, ditemukan
bahwa sebuah program yang mencapai bahkan pengurangan yang relatif kecil dalam 
kejahatan melakukan perbandingan biaya-manfaat.361 Studi lain menemukan bahwa 
investasi di kegiatan konstruktif dan program rehabilitasi bagi tahanan memberi 
peningkatan dana dalam jangka panjang. Menurut penelitian ini, sebab  pengurangan 
terkait dalam tingkat pengulangan tindak pidana, penjara yang mencakup program 
pendidikan dan kejuruan menghemat £ 67.000 untuk setiap tahanan, sementara 
penjara dengan pengobatan narkoba menghemat £ 116,000.362 Penelitian lain telah 
menunjukkan bahwa program pendidikan terbukti sangat efektif dalam mengurangi 
pengulangan tindak pidana, sementara memungkinkan penghematan biaya yang 
besar

REINTEGRASI SOSIAL DALAM PENJARA YANG PADAT
MENGURANGI DAMPAK BERBAHAYA DARI HUKUMAN PENJARA 
Untuk otoritas penjara
Memelihara kesehatan dan kebersihan
• Pompa air dan toilet dapat ditingkatkan agar mudah diakses, sistem ventilasi harus diperiksa
dan diperbaiki.
• Fasilitas dan peralatan memasak, serta sistem distribusi makanan, dapat diperbaiki dan
ditingkatkan. 
• Inspeksi rutin pada semua bagian dari penjara harus dilakukan untuk memastikan bahwa
standar dasar kebersihan dipelihara
• Kerjasama dengan penyedia layanan kesehatan lokal dan LSM dapat ditingkatkan dalam
penyediaan layanan kesehatan.
Melapangkan ruang yang padat
• Lamanya waktu yang dihabiskan tahanan di luar sel bisa ditingkatkan, dengan kemungkinan
waktu maksimum yang dihabiskan di udara terbuka.
• Pertimbangan dapat diberikan pada reklasifikasi area yang kurang dimanfaatkan di penjara
untuk memastikan bahwa ruang penjara dipakai  sekreatif mungkin agar lebih banyak ruang 
untuk tidur.
• pemakaian maksimum dari program pembebasan dini dan cuti, serta perpindahan tahanan
yang memenuhi syarat ke penjara dengan keamanan yang tak terlalu ketat, seperti penjara 
terbuka, dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi kepadatan ruang.
• Menjelang akhir hukuman mereka, tahanan dapat dibawa ke rumah singgah, yang dikelola
oleh layanan sosial atau LSM. ini  akan membantu melapangkan ruang serta membantu 
persiapan bertahap tahanan untuk kembali masuk ke warga .
Memperbaiki hubungan keluarga
• Otoritas penjara harus memastikan bahwa kontak narapidana dengan keluarga tidak dibatasi
tapi justru mungkin meningkat. Sebagai aturan umum, dan dengan mempertimbangkan 
kebersihan dan tindakan pencegahan keamanan yang mungkin diperlukan, keluarga tidak 
harus dilarang untuk menyediakan makanan tambahan bagi tahanan, untuk memperbaiki 
menu yang cenderung telah disepakati sebab  faktor kepadatan di penjara.
Meningkatkan aktivitas
• Jumlah tahanan yang memperoleh manfaat pekerjaan, pendidikan dan program pelatihan
kejuruan dapat ditingkatkan dengan memakai  fasilitas secara rotasi. 
• Bila mungkin aktivitas dapat dilakukan untuk menghasilkan pendapatan dan makanan.
• Menyediakan pekerjaan yang dibayar di luar penjara bisa menjadi cara yang baik untuk
mengurangi tekanan di dalam penjara saat siang hari.
Memaksimalkan pemakaian sumber daya untuk memastikan layanan penting minimum
• Sistem dan layanan harus secara teratur dipantau untuk memastikan keduanya sedang
dipakai  dengan kemampuan maksimal. 
• Peralatan penting harus terjaga dengan suku cadang dan alat pengganti yang tersedia untuk
mengantisipasi kerusakan peralatan.
• Dalam situasi krisis, otoritas penjara dapat mengidentifikasi dan memprioritaskan fasilitas
dan layanan penting dari penjara yang paling mempengaruhi tahanan dan atas dasar itu 
memutuskan fungsi mana yang sangat penting agar bisa dijalankan staf dan menghentikan 
fungsi yang tidak penting; Langkah dapat diambil untuk meningkatkan kerja sama dengan
organisasi warga  dan mendorong akses mereka ke penjara untuk melakukan kegiatan 
yang bertujuan untuk mendukung tahanan dan meningkatkan rehabilitasi mereka.
Meningkatkan ketersediaan staf dan pelatihan
• Bila memungkinkan, harus dilakukan usaha untuk merekrut staf tambahan. Mengatur kembali
jadwal staf dapat membantu pemakaian yang maksimal dari staf yang tersedia.
• Pelatihan staf untuk mengenali tanda-tanda siaga, yang menunjukkan peningkatan ketegangan
tahanan atau kecemasan, dapat mencegah terjadinya kerusuhan.
Meningkatkan komunikasi
• Dalam rangka mengurangi ketegangan dan kemarahan, penting untuk meningkatkan saluran
komunikasi dengan tahanan, agar mereka tahu mengenai tindakan-tindakan yang diprakarsai 
untuk menyelesaikan masalah yang paling mendesak dan mendengarkan saran tahanan 
menyangkut solusi untuk masalah yang dialami mengenai kondisi dan tindakan.
• Demikian pula, penting untuk mendorong dan mendukung staf menunjukkan bahwa
manajemen menghormati mereka dan menghargai keadaan sulit yang mereka tangani, untuk 
mengurangi tingkat frustrasi dan kemarahan di kalangan personil penjara.
• Pimpinan penjara harus terus menerus melakukan kontak dengan kantor pusat untuk
memperoleh keterlibatan dan dukungan mereka dan untuk memastikan bahwa masalah 
kepadatan diatasi.
Mencegah korupsi
• sebab  peningkatan risiko praktik korupsi pada saat-saat penjara bermasalah dengan kepadatan,
dapat disarankan untuk meningkatkan kontrol atas sumber daya keuangan dan mengambil 
langkah-langkah untuk mendeteksi dan mencegah korupsi.MENDUKUNG REINTEGRASI SOSIAL SEBAGAI STRATGI JANGKA PANJANG UNTUK 
MENGURANGI KEPADATAN 
MENGEMBANGKAN PENDEKATAN MANAJEMEN PENJARA HOLISTIK
Untuk pembuat kebijakan dan otoritas penjara
• Untuk meninjau dan memperbaiki semua kebijakan dan praktek manajemen penjara untuk
memastikan bahwa tahanan aman dari pelecehan atau kekerasan dan bahwa mereka 
menciptakan lingkungan penjara yang positif dengan sistem yang seimbang untuk semua 
tahanan, dengan mempertimbangkan kebutuhan kelompok-kelompok khusus. 
• Untuk menyiapkan kebijakan dan proses  untuk bekerja sama dengan kementerian dan
lembaga yang bertanggung jawab pada pendidikan, pelatihan kejuruan, pekerjaan, perawatan 
kesehatan, kesejahteraan sosial dan masa percobaan untuk memastikan bahwa tanggung 
jawab bersama diterima dan strategi gabungan dikembangkan untuk memastikan bahwa 
tahanan diberi dukungan dan bantuan untuk membangun kembali kehidupan mereka sesudah  
pembebasan.
• Untuk mendorong partisipasi warga  sipil dalam mendukung rehabilitasi narapidana.
PENILAIAN DAN PERENCANAAN HUKUMAN
Untuk otoritas penjara
• Untuk memastikan bahwa penilaian risiko dan kebutuhan masing-masing tahanan dilakukan
sedini mungkin menyusul dijatuhkannya hukuman dan masuk ke penjara agar memungkinkan 
pengembangan rencana hukuman yang tepat, dengan perkembangan hukuman terhadap 
tingkat keamanan yang lebih rendah.
HUBUNGAN KELUARGA
Untuk otoritas penjara
• Untuk berusaha menempatkan semua tahanan dekat dengan rumah mereka dalam rangka
memfasilitasi kontak yang sedang berlangsung antara keluarga dan tahanan. Dalam masalah 
tahanan wanita , jadikan ini sebagai prioritas.
• Memastikan bahwa kebijakan dan fasilitas penjara memungkinkan seringnya dilakukan
kunjungan keluarga dan kunjungan kontak (terbuka) dipakai  sebagai aturan umum, dengan 
pengecualian berdasar penilaian risiko individu.
• Sebagai aturan umum, jangan sampai terjadi pembatasan dan sensor surat dan komunikasi
telepon, terlepas dari individu dengan masalah berisiko tinggi. 
• Pastikan prioritas diberikan untuk memelihara (dan membangun kembali) kontak keluarga,
dan bila perlu untuk mencari kemitraan dengan departemen kesejahteraan sosial, LSM dan 
organisasi internasional.
KERJA DAN PELATIHAN KEJURUAN
Untuk otoritas penjara dan departemen tenaga kerja (atau badan yang serupa)
• Untuk memastikan bahwa tahanan memiliki akses ke program pelatihan keahlian profesional
dan lokakarya di penjara, yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan, sedapat mungkin, untuk 
keinginan para tahanan sendiri.
• Untuk bekerja sama memasukkan pelatihan keahlian dan pekerjaan tahanan dalam strategi
dan program nasional.
• Untuk mengembangkan kemitraan dengan layanan luar dan LSM dalam meningkatkan pelatihan
kejuruan yang diberikan kepada tahanan, sementara memungkinkan mereka untuk menjalin 
hubungan dengan organisasi-organisasi yang dapat membantu mereka saat dibebaskan.
PENDIDIKAN
Untuk otoritas penjara dan department pendidikan
• Untuk memberi pendidikan bagi semua tahanan, tapi memprioritaskan terutama pada
mereka yang buta huruf dan orang muda
• Untuk memastikan pendidikan yang disediakan berdasar kurikulum nasional dan yang
mengarah ke kualifikasi sah secara nasional.
• Untuk mengembangkan kerja sama dan strategi lembaga gabungan untuk memasukkan
pendidikan tahanan dalam rencana dan alokasi anggaran di tingkat nasional, serta untuk 
bekerja sama dengan layanan pendidikan di warga  dan LSM.
PROGRAM-PROGRAM KHUSUS
Untuk otoritas penjara
• Menyediakan program rencana lain untuk tahanan dalam mengatasi akar penyebab perilaku
mereka, tergantung pada kebutuhan individu, termasuk kebutuhan khusus gender tahanan 
wanita .
DUKUNGAN PASKA-PEMBEBASAN DAN PERAN warga 
Untuk otoritas penjara, layanan masa percobaan dan layanan dan badan terkait dalam 
warga 
• Untuk memastikan bahwa persiapan pembebasan tahanan berfokus pada identifikasi risiko dan
kebutuhan yang cenderung muncul tiba-tiba dalam periode pasca-pembebasan dan membuat 
rencana untuk menanganinya.
• Untuk bekerja sama memberi layanan praktis, sosial, psikologis, kesehatan dan persyaratan
pendukung lainnya terhadap mantan tahanan untuk membantu membangun kembali 
kehidupan mereka. 
Untuk pembuat kebijakan dan departemen terkait dan organisasi warga  sipil
• Mempertimbangkan peresmian pendekatan kolaboratif dalam strategi nasional, dengan
anggaran yang memadai yang dialokasikan untuk lembaga yang terlibat untuk memungkinkan 
mereka melakukan tugas-tugas mereka secara efektif.
• Untuk melakukan usaha mempersiapkan warga  dalam menerima mantan tahanan dengan
berbagai kegiatan peningkatan kesadaran publik.








jumlah orang yang ditahan pada tahap 
penahanan pra-ajudikasi di banyak negara sangat tinggi dan periode penahanan mereka 
sering berkepanjangan di luar batas hukum. Bahkan di negara-negara dengan tingkat 
hukuman penjara rendah, tingkat kepadatan yang parah dapat dialami di lembaga￾lembaga yang menahan tahanan pra-ajudikasi. Kebijakan yang berkaitan  dengan 
tahap awal dari proses peradilan pidana, termasuk penangkapan dan penahanan pra￾ajudikasi, berdampak besar pada jumlah orang yang ditahan di penjara dan tingkat 
kepadatan. 
maka saat kebijakan sedang dikembangkan untuk mengurangi tingkat 
kepadatan di penjara, pertimbangan harus diberikan pada penilaian apakah penangkapan 
dan penahanan pra-ajudikasi dipakai  secara berlebihan dan tidak tepat. Tergantung 
pada temuan dari penilaian ini , mengembangkan strategi dan kebijakan untuk 
mengurangi penahanan pra-ajudikasi dengan mengacu pada standar internasional yang 
relevan bisa jadi langkah yang tepat.
1. Mengurangi penahanan pra-ajudikasi: pra-dakwaan 
Penahanan pra-dakwaan mengacu pada periode waktu seorang individu ditahan dan 
diinterogasi oleh polisi, sebelum dituntut dengan pelanggaran. Hukum di banyak 
negara mengakui kerentanan terdakwa selama periode sesaat sesudah  ditangkap, dengan 
mengharuskan polisi untuk menetapkan status tersangka di depan pengadilan ‘segera’ 
atau setidaknya dalam waktu 48 jam.211 Pemahaman yaitu bahwa sesudah  keputusan 
dibuat oleh pengadilan, tersangka akan dibebaskan (dibebaskan, dialihkan atau 
dibebaskan dengan jaminan) atau dipindahkan ke fasilitas penahanan pra-ajudikasi 
yang dirancang untuk dihuni dalam jangka panjang. Pada prakteknya, di banyak negara, 
waktu yang dihabiskan tersangka di tahanan polisi, sebelum dakwaan dibuat, dapat 
berlangsung selama bulanan atau lebih.
Tersangka kadang-kadang ditahan di tahanan polisi atau fasilitas penahanan pra￾ajudikasi tanpa dikenakan dakwaan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun￾tahun, atau ditahan atas dasar apa yang disebut "holding charge", yang dapat berulang 
kali diperpanjang sementara penyelidikan dilakukan.212 Di Nigeria misalnya, pada 
tahun 2009 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa beberapa  besar 
tahanan pra-ajudikasi ditahan untuk waktu yang lama dengan "holding charge" dan 
bahwa penundaan dalam mendakwa pelaku, memberi kontribusi substansial dalam 
kepadatan penjaraMencegah penahanan sewenang-wenang dan mengurangi penahanan pra￾dakwaan 
Penangkapan yaitu  titik masuk ke sistem peradilan pidana. Mengapa, dan 
seberapa sering keputusan untuk menangkap diambil, memiliki efek berantai pada proses 
peradilan pidana secara keseluruhan. Semakin besar jumlah orang yang ditangkap, 
semakin besar beban kerja pengadilan, semakin lama penundaan, dan semakin tinggi 
kemungkinan adanya ketidakadilan sebab  berkurangnya kapasitas dan proses hukum 
yang sesuai.
Menurut hukum internasional setiap orang memiliki hak atas kebebasan pribadi. 
Negara dapat merampas kebebasan mereka hanya dalam keadaan tertentu yang sudah 
ditentukan, sesuai dengan Pasal 3 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Pasal 9 
(1) ICCPR. Penangkapan harus didasarkan pada kecurigaan yang masuk akal dan sah 
bahwa orang  telah melakukan pelanggaran yang didefinisikan sebagai pelanggaran 
oleh hukum. Penangkapan harus sesuai dengan prinsip dasar proporsionalitas, 
legalitas dan kebutuhan. Prosedur penangkapan harus sesuai, tidak hanya dengan 
hukum domestik, tetapi juga dengan standar internasional.214
Selain itu, penangkapan atau penahanan yang sah menurut hukum dalam negeri 
mungkin saja bersifat sewenang-wenang dalam pandangan hukum internasional jika 
hukum yang menaungi orang yang ditahan ini tidak jelas, sangat luas, atau 
melanggar standar fundamental lainnya.
Berkenaan dengan arti kata-kata “penangkapan sewenang-wenang” dalam pasal 9 (1) ICCPR, Komite 
Hak Asasi Manusia telah menjelaskan bahwa “’kesewenang-wenangan” tidak boleh disamakan 
dengan ‘melawan hukum”, tetapi harus ditafsirkan lebih luas untuk mencakup elemen-elemen 
ketidaksesuaian, ketidakadilan, kurangnya prediktabilitas dan sesuai prosedur hukum ... Ini berarti 
bahwa penahanan berdasar penangkapan yang sah tidak hanya harus sah tapi masuk akal. 
Mengirim kembali tahanan ke penjara diperlukan dalam beberapa situasi, misalnya, untuk mencegah 
tahanan melarikan diri, mengganggu bukti yang ada atau berulangnya tindak pidana.
Penangkapan sewenang-wenang melanggar beberapa prinsip paling mendasar dari 
hukum internasional dan dalam sebagian besar masalah diskriminasi terhadap mereka 
yang miskin, buta huruf, minoritas etnis atau ras atau rentan.
Mencegah penangkapan sewenang-wenang dan penahanan berkepanjangan sebelum 
tersangka dibawa ke pengadilan membutuhkan dukungan politik dan kebijakan yang 
jelas untuk mencegah lembaga penegakan hukum memakai  kewenangannya untuk 
menangkap secara tidak sah dan berlebihan, meskipun tidak menghalangi mereka untuk 
menjalankan tugas mereka yang sah secara efektif.
Langkah-langkah berikut bisa diambil: 
• Sebagai titik awal, undang-undang yang mengatur penangkapan oleh aparat
penegak hukum dapat ditinjau dan revisi dilakukan untuk memastikan 
bahwa hal itu sesuai dengan standar internasional. ini  mungkin termasuk 
merevisi hukum dalam negeri untuk memastikan bahwa penangkapan 
sewenang-wenang (seperti dijelaskan di atas) dilarang, serta memperkenalkan 
perlindungan seperti memastikan bahwa orang yang ditahan memiliki hak 
untuk menginformasikan kerabat dekat atau orang lain tentang situasinyanya 
segera dan hak untuk memiliki akses langsung ke pengacara, antara lain;
• Dalam konteks ini, penting mempertimbangkan untuk membatalkan
setiap target penangkapan yang ditetapkan untuk pelanggaran tertentu 
yang memberi tekanan pada aparat penegak hukum dalam melakukan 
penangkapan, apakah dibenarkan atau tidak; 
• Menyiapkan langkah untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas,
mewajibkan aparat penegak hukum untuk menyimpan daftar pengawasan atas 
seluruh tersangka yang ditahan217, termasuk waktu dan alasan penangkapan, 
diantara detil lainnya;
• Menetapkan batas waktu penahanan yang tegas dan menyiapkan langkah￾langkah untuk memastikan bahwa mereka ditangkap dan ditahan dilakukan 
sebelum otoritas yudisial, tanpa penundaan, sejalan dengan otoritas peradilan 
untuk menentukan keabsahan penahanan dan untuk membebaskan orang, 
saat penahanan tidak didasarkan pada kriteria hukum;218
• Meningkatkan pelatihan yang diberikan kepada aparat penegak hukum dengan
standar internasional dan perundang-undangan dalam negeri yang relevan, 
dalam rangka untuk menerapkan undang-undang ini ;
• Meninjau kriteria yang dipakai  untuk mengevaluasi kinerja aparat penegak
hukum, memastikan bahwa jumlah penangkapan yang mereka lakukan bukan 
yaitu  faktor positif dalam evaluasi dan bahwa penangkapan sewenang￾wenang tidak dianjurkan;
• Menyiapkan sistem pemantauan independen untuk memantau apakah, dan
sejauh mana, batas waktu penahanan sedang dipenuhi; untuk mengidentifikasi 
masalah yang dihadapi, dan untuk membuat rekomendasi (misalnya di negara￾negara yang telah meratifikasi OPCAT, ini bisa menjadi salah satu tanggung 
jawab dari proses  Pencegahan Nasional);
• Pelatihan Staf penjara tentang penanganan tahanan pra-ajudikasi: untuk
membuat catatan dari semua data yang relevan yang berkaitan dengan tahanan 
pra-ajudikasi tetap akurat dan baru, termasuk status masalah mereka, apakah 
mereka telah didakwa atau tidak dan akses mereka ke penasehat hukum; 
bersikap proaktif menginformasikan pada pengadilan mengenai tahanan yang 
ditahan tanpa dakwaan dalam waktu yang lama, dan memfasilitasi akses para 
tahanan untuk mendapatkan bantuan hukum
Mengurangi penahanan pra-ajudikasi: paska-dakwaan 
saat tersangka dibawa ke pengadilan, atau di beberapa negara, tersangka dibawa 
menghadap jaksa, maka hakim atau jaksa dapat mendakwa tersangka dan memerintahkan 
agar ia ditahan (atau terus ditahan) sambil menunggu sidang. Banyak definisi penahanan 
pra-ajudikasi yang mengacu pada penahanan yang diperintahkan oleh pengadilan atau 
jaksa, sementara tersangka menunggu sidang. 
Aturan umum dalam standar internasional yaitu bahwa orang  dianggap tidak 
bersalah sampai dipastikan sebaliknya oleh pengadilan yang berwenang dan harus 
dibiarkan bebas dan tidak akan ditahan sambil menunggu sidang.
Komite Hak Asasi Manusia PBB (HRC) telah menyatakan bahwa penahanan sebelum 
sidang dipakai  hanya bila hal itu sah, wajar dan perlu. Menurut HRC, penahanan 
mungkin diperlukan dalam situasi berikut:
• Untuk mencegah melarikan diri;
• Untuk mencegah terganggunya bukti yang ada;
• Untuk mencegah terulangnya tindak pidana;
• Dimana orang yang bersangkutan yaitu  ancaman yang jelas dan serius
bagi warga  yang tidak dapat ditampung dengan cara lain
Pada tahun 1990 Kongres Kedelapan PBB tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan 
terhadap Tahanan menetapkan bahwa penahanan pra-ajudikasi dapat diperintahkan 
hanya jika ada alasan yang kuat untuk percaya bahwa orang yang bersangkutan telah 
terlibat dalam pelaksanaan dugaan pelanggaran dan ada indikasi untuk melarikan diri 
atau melakukan tindak pelanggaran yang serius, atau bahaya bahwa jalannya peradilan 
akan sangat terganggu jika mereka dibiarkan bebas.
Hanya sebab  tak memiliki tempat tinggal yang tetap maka tidak boleh secara otomatis 
dianggap sebagai bahaya melarikan diri, menurut Mahkamah HAM Eropa. Pengadilan 
juga telah memutuskan bahwa, saat pembebasan sambil menunggu sidang ditolak atas 
dasar bahwa terdakwa mungkin melakukan pelanggaran lebih lanjut sebelum sidang, 
pengadilan nasional harus yakin bahwa risikonya terbukti dan bahwa harus ada bukti 
kecenderungan untuk melakukan pelanggaran lagi.
beberapa  tindakan atau kombinasi dari langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi 
jumlah orang yang tidak perlu ditahan selama periode pra-ajudikasi.
Langkah-langkah itu mencakup:
• Menghapus kewajiban penahanan pra-ajudikasi untuk pelanggaran apapun,
memastikan bahwa keputusan penahanan pra-ajudikasi tidak didasarkan pada

pelanggaran yang dilakukan, tetapi pada tujuan evaluasi faktor-faktor, yang 
dapat membenarkan penahanan pra-ajudikasi, yang disebut di atas; 
• Melarang pemakaian penahanan pra-ajudikasi untuk pelanggaran tertentu,
yang berarti sama dengan hukuman penjara singkat; 
• Meminta otoritas peradilan memberi alasan atas keputusannya mengenai
penahanan, berdasar fakta-fakta dari setiap masalah individu;
• Meningkatkan kemungkinan jaminan dan pengaturan jumlah jaminan yang
lebih adil;
• Memperkenalkan alternatif lain untuk penahanan pra-ajudikasi, seperti
pembebasan dengan pengawasan tanggung jawab pribadi, tahanan rumah 
atau pembatasan lainnya. 
Burundi—Meningkatkan penghormatan akan jaminan peradilan dan mendukung pemangku 
kepentingan bekerja sama
Dialog rahasia yang sedang berlangsung dengan otoritas peradilan dan lembaga pewarga an 
di Burundi mengenai penghormatan terhadap jaminan peradilan sebagai bagian dari usaha untuk 
mengatasi kepadatan didukung pada tahun 2008 oleh hasil studi ICRC yang mendalam tentang topik 
ini terhadap penjara pusat maupun tempat-tempat penahanan sementara. Untuk menyebarluaskan 
rekomendasi yang terkandung dalam penelitian ini dan untuk memudahkan pelaksanaannya, lebih 
dari 100 personil dan pegawai negeri sipil lainnya dan aktor-aktor warga  sipil yang bertanggung 
jawab untuk dan terlibat dengan proses peradilan menghadiri seminar yang diselenggarakan pada 
tahun 2008 oleh ICRC di Bujumbura, Gitega dan Ngozi. ICRC bekerja bersama pemerintah untuk 
mengembangkan strategi dan rencana aksi untuk pelaksanaan rekomendasi dalam penelitian ICRC 
seperti yang dibahas selama seminar ini.
Pada tahun 2011, ICRC, Badan Pengembangan Belgia (BTC) dan administrasi penjara di Burundi (DGAP) 
berusaha untuk mendukung berbagi pengetahuan dan pengalaman serta meningkatkan kerjasama 
di antara berbagai aktor yang terlibat di bidang pewarga an di tingkat provinsi, nasional dan 
internasional. Ini sebagai tanggapan terhadap identifikasi masalah yang sama yang umum di berbagai 
penjara, terlepas dari ukuran, populasi atau lokasi, dan beberapa inisiatif positif yang mengarah ke 
mitigasi atau resolusi dari masalah ini di beberapa institusi.
Pada Mei 2011, sebuah seminar dua-hari diadakan bagi para pemangku kepentingan tentang 
penanganan dan pengoperasian penjara, di mana kelompok-kelompok kecil membahas berbagai 
tema yang luas dan pertanyaan spesifik, termasuk kondisi penahanan, perlindungan tahanan rentan 
dan pengelolaan sumber daya. Kepadatan diidentifikasi sebagai penyebab dari banyak masalah yang 
diangkat. Pada akhir seminar, staf dari masing-masing penjara mendefinisikan tiga tujuan untuk 
diterapkan dalam fasilitas mereka sendiri. Tujuan ini akan dipantau oleh DGAP dan oleh Inspektorat 
Jenderal Kehakiman (Departemen Kehakiman) dan ICRC dan BTC akan ada sebagai mitra pendukung. 
Di samping langkah-langkah yang bertujuan untuk meningkatkan proses peradilan, rehabilitasi dan 
pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh pemerintah dengan dukungan dari ICRC di beberapa penjara 
dan cachots (tahanan lokal), dengan maksud untuk mengurangi pergaulan bebas yang dipicu oleh 
kepadatan
Brasil mengambil langkah untuk mengurangi penahanan pra-ajudikasi
Kongres Brasil meloloskan undang-undang baru tentang langkah-langkah alternatif untuk penahanan 
pra-ajudikasi pada tanggal 4 Juli 2011. Hukum berusaha untuk memastikan bahwa beberapa orang 
masuk ke dalam sistem penjara dari awal. 
Hukum menggarisbawahi prinsip bahwa penahanan pra-ajudikasi harus menjadi pengecualian 
dan bukan aturan. Dan menetapkan sembilan alternatif penahanan pra-ajudikasi, seperti jaminan 
dan pemasangan alat pemantauan elektronik. Untuk pelaku pelanggar pertama kali yang dituduh 
melakukan kejahatan non-kekerasan, yang jika terbukti bisa didakwa sampai empat tahun penjara, 
hakim tidak bisa memaksakan penahanan pra-ajudikasi. Undang-undang mengharuskan bahwa 
penahanan pra-ajudikasi dipakai  sebagai pilihan terakhir, dan itu pun hanya dalam masalah yang 
sangat spesifik

Jaminan
Jaminan yaitu proses  hukum yang dipakai  untuk memungkinkan pembebasan 
penahanan orang yang dituduh melakukan kejahatan sebelum keputusan, jika syarat 
tertentu terpenuhi. Syarat ini dirancang untuk memastikan bahwa terdakwa kembali 
ke pengadilan untuk diadili. Syarat itu mencakup pemberian beberapa  uang sebagai 
jaminan pengadilan, yang dapat disita oleh negara bila terdakwa tidak kembali ke 
pengadilan pada waktu dan tempat yang ditetapkan. Jaminan biasanya diberikan oleh 
tersangka atau terdakwa atau anggota keluarga, meskipun ini  tidak selalu menjadi 
persyaratan.
Di banyak negara beberapa  besar tahanan pra-ajudikasi berada di penjara sebab  mereka 
tidak mampu menyediakan uang yang diperlukan atau surat berharga yang ditetapkan 
dalam persyaratan jaminan mereka. ini  memicu orang tetap dipenjara 
bukan sebab  mereka akan menimbulkan risiko keamanan untuk umum, tetapi sebab  
mereka miskin.
maka penting bahwa jumlah jaminan yang ditetapkan terjangkau, dengan 
mempertimbangkan kemampuan ekonomi pelaku. 
ini  sama pentingnya bahwa ada alternatif lain yang dapat dikenakan, yang tidak 
mengharuskan terdakwa memiliki status ekonomi tertentu. Alternatif seperti itu 
mungkin termasuk melepaskan terdakwa dan memerintahkan orang ini untuk 
melakukan satu atau lebih dari hal berikut:
• Muncul di pengadilan di hari tertentu (bebas dengan tanggung jawab
pribadi);
• Tetap tinggal di alamat tertentu;
• Melaporkan diri setiap hari atau secara teratur ke pengadilan, polisi atau
otoritas lainnya; 
• Menyerahkan paspor atau dokumen pengenal lainnya;
• Menerima pengawasan dari lembaga yang ditunjuk oleh pengadilan;
• Menerima pemasangan alat pantau elektronik.

Bebas berdasar tanggung jawab pribadi/jaminan tak bersyarat 
Dalam pembebasan tanpa syarat, juga dikenal sebagai tanggung jawab pribadi, tersangka 
berjanji untuk muncul di pengadilan seperti yang diperintahkan (dan, dalam beberapa 
wilayah yurisdiksi, menaati segala hukum).
Dalam masalah di mana orang  dikenal di warga , memiliki pekerjaan, keluarga 
untuk dihidupi, dan yaitu  pelaku pelanggar pertama kali, pemerintah dapat 
mempertimbangkan jaminan tanpa syarat. Dengan demikian di mana pelanggaran 
ini tidak serius, pembebasan tanpa syarat harus menjadi pilihan.
Dalam banyak yurisdiksi, terutama di negara-negara dengan daerah pedesaan yang luas 
dengan akses yang buruk ke pemukiman kota besar, pembebasan dengan tanggung 
jawab pribadi jarang dipakai  sebab  tantangan yang dihadapi dalam mencari tahu 
tempat tinggal mereka dan melacak mereka, jika diperlukan.
Dalam keadaan seperti itu pertimbangan perlu diberikan untuk mengembangkan 
kerjasama dengan orang penting di warga , seperti pemimpin suku atau 
perwakilan warga  lainnya, dalam rangka meningkatkan kepatuhan mereka yang 
dibebaskan dengan tanggung jawab pribadi pada syarat pembebasan mereka.
Kerjasama semacam itu harus disertai dengan peningkatan kesadaran di warga  
tentang masalah jaminan, dalam rangka untuk memastikan bahwa pembebasan 
ini tidak dianggap vonis bebas. Di beberapa negara, kesalahpahaman ini 
telah memicu tindakan kekerasan terhadap orang yang dibebaskan, sebagai 
bentuk aksi keadilan oleh rakyat.
Pembebasan dengan tanggung jawab pribadi di Kosta Rika
Kosta Rika yaitu salah satu negara di Amerika Latin di mana undang-undang mencakup kemungkinan 
pembebasan dengan tanggung jawab pribadi selama periode pra-ajudikasi. Menurut sebuah studi yang 
dilakukan oleh ILANUD pada tahun 1980, tanggung jawab pribadi hampir tidak pernah dipakai , 
alasan utamanya, dijelaskan oleh 81 persen hakim, yaitu ketakutan bahwa terdakwa akan melarikan 
diri. Pada tahun 1989 ILANUD melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah ketakutan ini 
bisa dibenarkan. Penelitian ini membandingkan tingkat kepatuhan pada syarat pembebasan, 
antara dua kelompok: (1) pembebasan dengan jaminan uang (dengan material, jaminan uang); dan
(2) pembebasan dengan tanggung jawab pribadi. Penelitian dilakukan selama 6 tahun dan meliputi 
468 masalah secara total. Ditemukan bahwa dalam uji coba yang dilakukan di pengadilan pertama dan 
kedua misalnya, tingkat kepatuhan yaitu sama untuk kedua kelompok. Dalam pengadilan ketiga, 
15,6 persen dari mereka yang telah dibebaskan dengan tanggung jawab pribadi tidak muncul di 
pengadilan, dibandingkan dengan 2,9 persen dari mereka yang dibebaskan dengan jaminan uang. 
Para peneliti menemukan bahwa alasan perbedaan yang signifikan pada pengadilan ketiga yaitu 
bahwa “persyaratan metodologis untuk proses ini yaitu patuh pada tingkat yang jauh lebih 
rendah, [...] dan kurang tegas [di pengadilan ketiga dibandingkan pengadilan pertama atau kedua]”.
ILANUD membuat rekomendasi berikut, berdasar hasil penelitiannya:
1. Meningkatkan pembebasan dengan tanggung jawab pribadi di Kosta Rika;
2. Mengadakan seminar dengan para hakim untuk mentransfer pengetahuan yang diperoleh 
dalam penelitian ini;
3. Bentuk pembebasan semacam ini harus hati-hati dilaksanakan dengan pengenalan terhadap 
beberapa langkah-langkah praktis:
 a. Menginformasikan para tahanan akan status dan kewajiban mereka: Terdakwa perlu 
menerima penjelasan tentang implikasi pembebasannya dan syarat yang harus dipenuhi, 
sehingga orang yang dibebaskan menangkap pentingnya mematuhi kewajibannya;
 b. Mempertahankan sistem kontrol periodik, tetapi tidak lebih dari sekali dalam sebulan, 
sebab  persyaratan sebelumnya sekali per minggu sangat sulit dipenuhi sebab  alasan 
praktis (misalnya orang yang tinggal dan bekerja di daerah pedesaan terpencil);
c. Mendapatkan alamat dan telepon terdakwa, serta salah satu dari keluarga atau ‘wali’;
 d. Seandainya terdakwa tidak menyerahkan dirinya: menelepon, menawarkan kesempatan 
kedua untuk bertemu, atau memanfaatkan ‘wali’
 e. Menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan dan berusaha untuk menghindari penahanan pra￾ajudikasi sebab  tersangka dianggap tidak bersalah;
4. Membentuk evaluasi berkala untuk menentukan tingkat pemakaian pembebasan dengan 
tanggung jawab pribadi;
5. Memulai proyek serupa di negara-negara lain di wilayah ini, dengan sistem yang sama
Di beberapa negara "layanan pembebasan pra-ajudikasi" telah diperkenalkan, yang 
telah membantu mengurangi jumlah orang yang ditahan di penahanan pra-ajudikasi. 
Layanan pra-ajudikasi muncul di Amerika Serikat dalam menanggapi ketidakadilan 
sistem jaminan uang serta kebutuhan aparat peradilan akan informasi yang dapat 
dipercaya dalam membuat keputusan jaminan.224 Program layanan pra-ajudikasi 
berfungsi sebagai penyedia informasi yang diperlukan bagi aparat peradilan untuk 
membuat keputusan jaminan yang paling tepat. Mereka juga menyediakan pemantauan 
dan pengawasan terhadap terdakwa yang dibebaskan sementara menanti persidangan.
Program layanan praperadilan telah dikembangkan di banyak tempat di Amerika Serikat 
dan telah diperkenalkan di beberapa negara lain di seluruh dunia, dengan beberapa 
keberhasilan
Langkah-langkah pembatasan
Aturan Tokyo, Aturan 6.2 menyajikan berbagai langkah pembatasan sebagai alternatif 
penahanan pra-ajudikasi. Langkah-langkah pembatasan dapat berupa mengurung 
tersangka atau terdakwa di lokasi yang ditentukan (misalnya rumahnya, lembaga, atau 
wilayah geografis tertentu), membatasi aksesnya ke lokasi tertentu (misalnya rumah 
keluarga), atau melarang tersangka atau terdakwa muncul di tempat yang dikenali 
atau pertemuan dengan orang yang dikenali. Perihal mengamankan kehadiran 
tersangka atau terdakwa di pengadilan, proses kunjungan berkala ke lembaga atau 
otoritas yang ditunjuk oleh pengadilan, atau penyitaan paspor, mungkin lebih sesuai 
dibandingkan dengan penahanan atau jaminan. Jika langkah-langkah pembatasan 
dipilih, maka hakim harus memilih opsi yang paling penting dan proporsional dalam 
situasi semacam itu.
Ketersediaan langkah-langkah ini dalam undang-undang dan pelaksanaannya 
dapat membantu mengurangi pemakaian penahanan sambil menunggu sidang, hakim 
akan lebih percaya bahwa, dengan pembatasan, terdakwa dapat dicegah untuk melarikan 
diri, mengganggu saksi atau merusak barang bukti.
Federasi Rusia—Mendukung kecenderungan penahanan pra-ajudikasi di Federasi Rusia 
Jumlah orang di fasilitas penahanan (SIZOs) di Federasi Rusia berkurang setiap tahun antara tahun 
2005 dan 2010 dan tingkat penurunan tampaknya semakin cepat. Sebagian besar, jika tidak semua, 
pengurangan populasi SIZO tampaknya yaitu  hasil dari penurunan yang jelas dan berkelanjutan 
dalam jumlah terdakwa yang diserahkan ke dalam tahanan sebelum persidangan. Skala pengurangan 
ini bisa jadi lebih besar kalau bukan sebab  peningkatan durasi penahanan, ditunjukkan oleh 
pertumbuhan jumlah penahanan.
Sebagian besar pengurangan jumlah penahanan pra-ajudikasi dapat dikaitkan dengan menurunnya 
jumlah tersangka yang didakwa dengan pelanggaran serius. Penyidik polisi, oleh sebab  itu, telah 
mengidentifikasi beberapa  kecil tersangka setiap tahun dan jaksa telah membuat pengajuan penahanan 
pra-ajudikasi yang jauh lebih sedikit. Tampaknya, bagaimanapun, bahwa jaksa telah menjadi lebih 
diskriminatif dalam penilaian mereka tentang perlunya penahanan. Antara 2005 dan 2010, saat 
jumlah total tersangka yang “diidentifikasi” oleh polisi turun sebanyak 36 persen, jumlah pengajuan 
penahanan turun hingga 45 persen, dari 277.208 menjadi 165.323.
Selain itu, sejak tahun 2005 jumlah semua terdakwa yang dihukum yang menghabiskan waktu di 
penahanan pra-ajudikasi terus menurun. Dari 903.928 terdakwa yang diputus bersalah pada tahun 
2005, 246.243 (atau 27 persen) berada di tahanan pada saat menjalankan hukuman mereka. Dari 
870.082 terdakwa yang diputus bersalah sebab  melakukan tindak pidana pada tahun 2010, hanya 
174.855 (20 persen) berada dalam tahanan saat menjalankan hukuman. Meski penelitian lebih lanjut 
diperlukan untuk memahami angka-angka ini, data ini yaitu tanda-tanda bahwa pengadilan di 
Federasi Rusia mungkin akan melakukan pendekatan yang lebih hati-hati terhadap penahanan pra￾ajudikasi.Alternatif” utama penahanan praperadilan di Federasi Rusia yaitu pembebasan dengan tanggung 
jawab pribadi, yang dipakai  dalam 75-80 persen dari semua tuntutan. Alternatif yang lebih rumit 
jarang dipakai , dengan hanya 629 masalah jaminan uang dan 668 masalah tahanan rumah yang 
dipakai  pada tahun 2010Pengalihan dari sistem peradilan pidana
Aturan-aturan Tokyo menetapkan bahwa, bila sesuai, polisi, kejaksaan atau lembaga lain 
yang berkaitan  dengan kasus-masalah pidana harus diberdayakan untuk melepaskan 
pelaku jika mereka menganggap bahwa tidak perlu melanjutkan masalah ini . Aturan 
ini juga mengungkapkan perlunya mengembangkan seperangkat kriteria untuk 
tujuan menentukan kelayakan pelepasan atau penentuan proses. Aturan ini juga 
menyatakan jaksa memiliki kemungkinan untuk menerapkan tindakan non-penahanan 
yang cocok, bila sesuai, untuk kasus-masalah kecil.
Wewenang polisi dan kejaksaan untuk mengalihkan kasus-masalah yang sesuai dari sistem 
peradilan pidana dapat menjadi proses  yang kuat untuk mengatasi masalah, 
mulai dari mengurangi beban masalah yang berlebihan yang menyulitkan sistem penjara, 
menghindari stigmatisasi dan biaya sosial dari penuntutan pidana dan keputusan. 
Pengalihan dapat terjadi pada berbagai tahap dalam sistem yang berbeda dan kelas 
yang berbeda dari pelaku. Dalam bentuknya yang klasik, pengalihan terjadi sebelum 
sidang dan menghindari proses pengadilan secara keseluruhan.
Pengalihan dapat didasarkan pada pengakuan tanggung jawab atas pelanggaran dan 
kesepakatan untuk menebus kejahatan, biasanya dengan melakukan layanan warga  
atau memberi kompensasi pada korban. Kadang-kadang pelaku dikirim ke sebuah 
program untuk menangani masalah tertentu, seperti alkohol atau ketergantungan obat 
atau kebutuhan perawatan kesehatan mental.
. Pengalihan pada proses penyelesaian sengketa alternatif
Dalam beberapa sistem rujukan untuk pengalihan yaitu pada proses penyelesaian 
sengketa alternatif (ADR), di mana korban dan pelaku (dan dalam beberapa contoh, 
anggota lain dari warga ) bertemu dan membuat rencana tentang bagaimana pelaku 
membayar kesalahannya. Interaksi antara korban dan pelaku semacam ini yaitu dasar 
keadilan restoratif, sebuah pendekatan yang telah mendapatkan popularitas di banyak 
sistem di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Ada berbagai bentuk ADR, yang mungkin mencakup:
• Negosiasi ditandai oleh fakta bahwa para pihak mencapai kesepakatan tanpa
keterlibatan pihak ketiga.
• Mediasi, kadang-kadang juga dikenal sebagai konsiliasi, menyediakan forum
di mana pihak dapat menyelesaikan sengketa mereka sendiri, dengan bantuan 
pihak ketiga yang netral. Konsiliasi berbeda dari mediasi dalam arti bahwa 
konsiliator menyarankan solusi. Apa yang harus dicapai mediator yaitu 
komunikasi konstruktif antara para pihak hingga sampai ke titik di mana 
mereka sendiri dapat menemukan solusi.
• Arbitrase lebih mirip litigasi tradisional bahwa pihak ketiga yang netral
mendengar argumen yang berselisih ‘dan memaksakan keputusan final dan 
mengikat yang dilaksanakan oleh pengadilan.
• ADR Berbasis warga  (atau penyelesaian sengketa informal) sering
bersifat independen dari sistem hukum formal, meskipun dalam beberapa 
sistem formal, bentuk hubungan dengan sistem ADR berbasis warga . 
Proses ADR berbasis warga  memainkan peran penting dalam beberapa  
negara di Afrika, Amerika Latin dan Asia Selatan. Mereka lebih terjangkau 
dan dapat diakses oleh orang miskin, dan memungkinkan untuk penyelesaian 
konflik tanpa melalui proses peradilan pidana formal yang panjang, sehingga 
mengurangi beban pada pengadilan. Namun, mereka juga memiliki kelemahan, 
seperti kurangnya akuntabilitas yang memadai, kemungkinan diskriminasi 
yang didasarkan pada status sosial, gender dan kekayaan, serta kurangnya 
perlindungan hak asasi manusia. maka implikasi hak asasi manusia 
mungkin perlu selalu diperhitungkan dan kelompok rentan, seperti wanita , 
anak-anak dan orang miskin, dilindungi dari pelecehan atau diskriminasi jika 
keterkaitan dengan sistem peradilan non-negara harus dibentuk. 
 Setiap strategi yang mempertimbangkan pembangunan kapasitas, dan 
membentuk hubungan dengan sistem peradilan non-negara untuk membantu 
mengurangi jumlah masalah yang diproses melalui pengadilan, harus didahului 
oleh penilaian terhadap sistem peradilan adat, untuk memahami konteks 
sosial budaya di mana ia beroperasi; cara bagaimana ia menyelesaikan kasus￾masalah pidana dan jenis kesepakatan yang dicapai; jenis masalah yang mampu 
dipecahkan; sifat dari praktek-praktek yang melanggar norma-norma 
internasional dan hubungan antara sistem adat dan formal dari perspektif 
sejarah dan politik. berdasar penilaian ini , langkah-langkah perlu 
diambil untuk mengatasi masalah dan kekurangan, sementara tidak merusak 
sifat informal dan sistem yang dapat diakses.
 Perlu ditekankan bahwa, pada umumnya, hanya masalah tindak pidana ringan 
yang akan cocok untuk penyelesaian dengan sistem adat atau peradilan non￾Negara, mirip dengan kebanyakan masalah yang dapat dipertimbangkan untuk 
pengalihan dari sistem peradilan pidana.
• Keadilan restoratif, yang telah muncul dalam 30 tahun terakhir, memiliki
banyak kesamaan dengan filosofi yang mendasari proses penyelesaian konflik 
kuno. Hari ini, lebih dari 80 negara memakai  beberapa jenis pendekatan 
restoratif untuk menangani kejahatan.234 Program keadilan restoratif 
dapat dipakai  pada setiap tahap sistem peradilan pidana, sesuai dengan 
hukum nasional. saat dipakai  sebelum masalah masuk ke pengadilan, 
atau selama proses persidangan, mereka dapat memicu pengalihan 
masalah dari prosedur pidana, asalkan tercapai kesepakatan antara korban dan 
pelaku. Proses keadilan restoratif dapat disesuaikan dengan berbagai konteks 
budaya dan kebutuhan warga  yang berbeda. Pendekatan komprehensif 
untuk pelaksanaan program keadilan restoratif dalam sistem nasional harus 
menghasilkan penciptaan berbagai program yang dapat menjadi acuan orang￾orang dari titik yang berbeda dalam proses peradilan pidana.
Ada banyak keuntungan yang melekat dalam proses pengalihan. Untuk pelaku, ia dapat 
menghindari catatan kriminal dan konsekuensi negatifnya, manfaat edukasional terutama 
dari program yang dirancang untuk mencegah pengulangan tindak pidana, atau dapat 
menebus kesalahan langsung kepada korban dan, melalui ini, dapat mengembangkan 
empati dan rasa tanggung jawab sosial. Dalam proses restoratif keadilan, korban sering
mengungkapkan tingkat kepuasan dengan hasilnya. Kejaksaan dan pengadilan juga 
diuntungkan, sebab  sumber daya dibebaskan untuk menangani masalah yang lebih serius 
atau kompleks dan, di mana program pengalihan bersifat efektif, kemungkinan bahwa 
terdakwa akan melakukan pelanggaran di masa depan berkurang.
3.2. Diskresi polisi dan kejaksaan 
Kesempatan untuk polisi dan kejaksaan bertindak dengan diskresi tergantung pada 
sistem hukum di suatu negara, tingkat profesionalisme mereka, seberapa jauh mereka 
dilatih untuk mencari solusi alternatif dan/atau merujuk ke lembaga alternatif, atau 
sampai tingkat mana solusi atau lembaga alternatif tersedia bagi mereka.
Dalam sistem hukum Anglo-Saxon (common law system), jaksa memiliki diskresi luas, 
berkaitan dengan menuntut masalah di pengadilan dan diskresi ini umumnya tidak 
mengalami tinjauan yudisial.235 Jaksa dapat memutuskan untuk menarik tuntutan, 
atau terlibat dalam perundingan pra-ajudikasi, baik pada tuntutan atau pembelaan, 
dalam rangka mendorong penyelesaian efisien masalah ini .236 Beberapa negara yang 
memakai  civil law system menegakkan prinsip penuntutan penuh atau wajib.237
Namun dalam prakteknya, jaksa memakai  setidaknya beberapa diskresi di tahap 
pra-ajudikasi.238
Agar efektif dan dilaksanakan secara adil dan konsisten, polisi dan jaksa memerlukan 
panduan yang jelas mengenai sejauh mana kuasa dari diskresi mereka, kapan mereka

dapat memakai  diskresi mereka untuk menghentikan kasus, kapan mereka 
dapat mengalihkan masalah yang sesuai pada program di warga  dan kapan harus 
melanjutkan dengan proses pidana.239 Sebagai contoh, kategori pelanggaran tertentu 
dapat dimasukkan dalam pedoman (misalnya kejahatan properti, di mana kompensasi 
uang mungkin lebih cocok) atau kategori pelaku tertentu mungkin jadi prioritas 
(misalnya pelanggar dengan kebutuhan perawatan kesehatan mental, wanita  
dengan anak-anak yang masih bergantung dengan mereka). 
Strategi reformasi pidana yang bertujuan untuk mengurangi penahanan pra-ajudikasi 
dapat mempertimbangkan:
Meningkatkan diskresi polisi dan jaksa untuk mengalihkan kasus-masalah yang sesuai 
dari sistem peradilan pidana; 
Memperkenalkan pedoman dan meningkatkan pelatihan polisi dan jaksa untuk 
menjalankan diskresi mereka secara tepat, dengan cara yang konsisten dan adil, dan 
meningkatkan kesadaran mereka tentang kebutuhan kelompok rentan (misalnya 
anak-anak, orang dengan kebutuhan perawatan kesehatan mental, warga negara 
asing);
Mengembangkan alat layanan kepolisian dan kejaksaan untuk menilai kesesuaian 
pengalihan;
memberi bimbingan dan informasi kepada polisi dan jaksa tentang program 
di warga  dimana pelanggar dapat dialihkan dan mendukung pengembangan 
program-program ini ;
Membangun proses  kerja sama antara polisi dan jaksa dan layanan ini .
3.3. Mendukung Akuntabilitas
Dimanapun lembaga peradilan pidana diberikan keleluasaan dan kewenangan untuk 
mengambil keputusan sendiri, ada kebutuhan untuk memastikan bahwa aktor dan 
lembaga yang bertanggung jawab memiliki akuntabilitas atas keputusan-keputusan yang 
mereka buat. Penting bahwa langkah-langkah disiapkan untuk menghindari keputusan, 
pengalihan yang sewenang-wenang atas dasar suap atau kepentingan lainnya. Tindakan 
ini harus mencakup, setidaknya, catatan keputusan dan pemantauan yang seksama 
oleh badan-badan independen.
Dalam warga  di mana korupsi yaitu  tantangan utama dalam semua bidang 
kehidupan, mungkin akan sangat sulit untuk memastikan akuntabilitas, yang harus 
diperhitungkan saat memutuskan sejauh mana kewenangan polisi dan kejaksaan.
Penurunan populasi penjara di Nikaragua dan peran mediasi
Mediasi telah menjadi yaitu hal penting di Amerika Latin, yang termasuk dalam strategi reformasi di 
hampir semua negara di kawasan ini. 
Populasi penjara Nikaragua menurun dari 131 per 100.000 pada tahun 2002 menjadi 119 di 2008. 
ini  dianggap sebagai akibat dari pemberian manfaat hukum untuk tahanan dan kesepakatan 
yang dicapai antara Cabang Peradilan dan Polisi Nasional yang memungkinkan bagi mereka yang 
melakukan kesalahan hukum tidak harus dirujuk ke sistem penjara, melainkan dialihkan pada langkah￾langkah alternatif.
Selain itu, sesuai dengan Hukum Acara Pidana para pihak dalam masalah tindak pidana ringan dapat 
memilih mediasi dan bukan proses pengadilan biasa. Fasilitator Yudisial Pedesaan yaitu salah satu 
badan yang berwenang untuk berlatih mediasi (Facilitador Judicial Rural, RJF) sebagai bagian dari 
program yang meliputi sebagian besar wilayah pedesaan di negara ini untuk menyediakan 
fasilitator dalam membantu memecahkan konflik kecil dan kejahatan di daerah terpencil di mana 
akses ke sistem peradilan formal terbatas atau hampir tidak ada. Fasilitator telah menjadi bagian dari 
cabang yudikatif sejak tahun 2002, dan bersama-sama dengan, misalnya, Lembaga Pembela Umum 
(Defensoría Pública), mereka diakui dalam hukum Nikaragua sebagai staf tambahan dalam administrasi 
peradilan. 
Organisasi Negara-negara Amerika di Nikaragua, bertanggung jawab atas pelaksanaan Program 
Fasilitator Yudisial Pedesaan, menyatakan bahwa program ini telah terbukti sangat sukses. ini  
tidak hanya meningkatkan akses terhadap keadilan dan menyediakan layanan peradilan untuk warga 
miskin, tetapi juga memiliki efek positif lainnya seperti membuat orang sadar akan hak-hak mereka 
dan, dalam jangka panjang, untuk membantu mengurangi kemiskinan. Sistem dan ciri-cirinya berbagi 
prinsip yang sama dengan gerakan peradilan restoratif.
Pengalihan hukuman bagi pelaku dengan ketergantungan narkoba, pelaku dengan 
kebutuhan perawatan kesehatan mental, wanita dan anak-anak tercakup dalam bab F, 
pasal 6, kategori-kategori khusus.
4. Pengurangan masa penahanan pra-ajudikasi
ICCPR, Pasal 9.3 menyatakan bahwa "Setiap orang yang ditangkap atau ditahan atas 
tuduhan pidana harus segera dibawa ke hadapan hakim atau pejabat lain yang diberi 
wewenang oleh hukum untuk menjalankan kekuasaan peradilan dan berhak untuk diadili 
dalam jangka waktu yang wajar, atau dibebaskan." Sebagai tambahan pada persyaratan 
tinjauan yudisial yang cepat, Pasal 9.4 menyatakan bahwa "Setiap orang yang dirampas 
kebebasannya dengan cara penangkapan atau penahanan, berhak untuk disidangkan 
di depan pengadilan, agar pengadilan yang dapat memutuskan tanpa penundaan atas 
keabsahan penahanannya dan memerintahkan pembebasannya bila penahanan ini 
tidak sah." ICCPR, Pasal 14 (c) mengatur bahwa tersangka memiliki hak untuk diadili 
tanpa penundaan.
berdasar ketentuan-ketentuan dalam hukum internasional, beberapa  langkah dapat 
diambil untuk mengurangi durasi penahanan pra-ajudikasi yang berlebihan, seperti:
• Batas waktu wajib pada penahanan pra-ajudikasi dapat ditetapkan dalam
undang-undang
• Jika belum ditetapkan oleh hukum, tahanan seharusnya memiliki hak agar
penahanan mereka ditinjau secara berkala oleh otoritas peradilan yang 
independen, untuk menentukan apakah penahanan mereka yang berlanjut 
itu diperlukan dan apakah harus dibebaskan, haruskah penahanan pra-sidang 
berlangsung sangat lama;
• Sebuah sistem inspeksi peradilan dapat dibentuk untuk memantau pelaksanaan
undang-undang;
Pusat Penahanan di Provinsi Buenos Aires, Argentina
Di provinsi Buenos Aires Argentina, pembela umum dan staf kejaksaan telah dibentuk dalam pusat￾pusat penahanan. Orang yang ditangkap segera dibawa ke pusat penahanan, bukan kantor polisi, 
untuk menghindari keterlambatan dalam memproses masalah dan untuk memastikan bahwa semua 
tersangka memiliki akses langsung ke pembela umum. Praktek ini telah berdampak positif pada 
pengurangan jumlah orang dalam penahanan pra-ajudikasi.
Langkah-langkah tambahan dapat diambil, seperti memakai  perintah
biaya (cost order) terhadap pengadilan seandainya penangguhannya terjadi 
berulang kali dan tidak tepat;
• Langkah yang sama dapat dipakai  terhadap pengacara yang gagal berulang
kali muncul di persidangan, seperti yang direkomendasikan dalam Deklarasi 
Ouagadougou dan Rencana Aksi Percepatan Reformasi Penjara dan Pidana di 
Afrika;
• Sebuah tinjauan kritis tentang prosedur dan birokrasi yang berkaitan dengan
administrasi pengadilan dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, dengan 
meningkatkan kapasitas staf, dan mengurangi persyaratan prosedural yang 
tidak perlu atau tidak tepat (lihat juga bab C, bagian 3);
• Sebuah sistem penjadwalan pengadilan dapat diperkenalkan, memprioritaskan
kasus-masalah orang yang ditahan; 
• Ada juga cara untuk membawa pengadilan pada rakyat, untuk memastikan
bahwa tahanan pra-ajudikasi "disidang tanpa penundaan". Pengadilan bergerak 
semacam itu telah terbukti efektif dalam memberi bantuan jangka pendek 
dalam fasilitas penahanan pra-ajudikasi yang penuh sesak.
Pengadilan keliling di Republik Demokratik Kongo 
Di negara-negara di mana pengadilan telah hancur sebab  konflik atau tidak dapat mencapai lokasi 
terpencil pedesaan, pengadilan keliling, atau chambre foraine seperti yang dikenal di Republik 
Demokratik Kongo, beroperasi seperti pengadilan lain dan dikelola oleh petugas pengadilan, tenaga 
administrasi dan pengacara. Kedatangan mereka diumumkan sebelumnya, pengadilan lapangan 
terbuka didirikan dan lanjut menangani kasus-masalah yang diajukan kepadanya.
Antara 2004 dan 2006, Avocats Sans Frontières memulai program pengadilan keliling di tiga provinsi 
di Republik Demokratik Kongo dengan pendanaan Departemen untuk Pengembangan Intenasional 
Inggris Raya. Dalam jangka waktu 18 bulan, mereka melakukan 16 pengadilan keliling, menargetkan 
daerah-daerah di mana tidak ada pengadilan (atau tribunaux de grande instance) dan menangani 
lebih dari 1.000 masalah (40 persen dari mereka yaitu kasus-masalah lama, beberapa di antaranya telah 
menunggu selama bertahun-tahun untuk masuk ke pengadilan; 70 persen dari mereka yaitu kasus
kriminal) dan mengajukan keputusan dalam 70 persen kasus. Setiap sesi pengadilan dihadiri oleh 
antara 300 dan 1.000 anggota warga . Selain membawa pengadilan kepada warga , para 
hakim menghabiskan waktu untuk menjelaskan hukum dan proses peradilan bagi warga  umum. 
Survei pengguna dilakukan sesudah  diketahui adanya kepuasan yang luas terhadap proses ini dan 
terkejut saat melihat orang yang dianggap tak tersentuh dimintai pertanggungjawaban atau bahkan 
dihukum oleh pengadilan.
Sumber: UNODC Handbook on improving access to legal aid in Africa, hal. 64-65
Lihat juga bab D, Akses ke penasihat hukum dan bantuan hukum, untuk pembahasan 
tentang dampak bantuan hukum yang cukup besar pada pemakaian dan lamanya 
masa penahanan pra-ajudikasi.
5. Pertimbangan Ekonomi
pemakaian penahanan pra-ajudikasi yang berlebihan bisa sangat mahal untuk negara. 
Biaya langsung meliputi pengoperasian fasilitas penahanan, pemeliharaan tahanan 
dan biaya investigasi dan proses peradilan. Menangani masalah pidana seorang tahanan 
pra-ajudikasi biasanya membutuhkan anggaran negara yang lebih besar dibandingkan 
dengan tersangka yang tidak ditahan. Seringkali tahanan pra-ajudikasi memiliki jumlah 
sidang yang lebih tinggi dibanding tersangka yang tidak ditahan, dan negara harus 
menutupi semua biaya yang terkait dengan persidangan ini , termasuk transportasi 
dan penjaga keamanan.240 Misalnya, Open Society Institute (OSI) melaporkan bahwa 
sebuah penelitian di Ukraina menemukan biaya tahunan total untuk penahanan pra￾ajudikasi yang dibayarkan Negara yaitu 30 juta US $.241 Ini yaitu 59 persen dari total 
biaya penahanan pra-ajudikasi (yang dibayarkan Negara, para tahanan dan keluarga 
mereka), yaitu 51 juta US $.242 Di Meksiko biaya tahunan total penahanan pra-ajudikasi 
yang dibayarkan Negara diperkirakan mencapai 454 juta US $, yang yaitu  58 
persen dari total biaya.243 Di Argentina, biaya langsung yang dibayarkan Negara untuk 
penahanan pra-ajudikasi diperkirakan 75 juta US $, yang yaitu  68 persen dari 
total biaya penahanan pra-ajudikasi

Di Uni Eropa biaya rata-rata pada tahun 2006 yaitu 3.000 Euro untuk menahan 
orang  dalam penahanan pra-ajudikasi untuk satu bulan.245 Dengan populasi 
penahanan pra-ajudikasi sekitar 132.800 pada tahun 2011, maka biaya penahanan pra￾ajudikasi Negara-negara Anggota Uni Eropa mencapai hampir 4,8 miliar euro.246
Menghitung biaya pra-ajudikasi yang sebenarnya—baik secara langsung maupun 
tidak langsung—perlu mempertimbangkan dampak penuh dari penahanan pra￾ajudikasi yang berlebihan tidak hanya pada para tahanan, tetapi juga pada keluarga 
dan warga , yang bisa sangat besar. Banyak orang, yang ditahan dalam penahanan 
pra-ajudikasi, terutama untuk waktu yang lama, akan kehilangan pekerjaan mereka, 
yang memicu kesulitan ekonomi bagi keluarga serta hilangnya pembayaran 
pajak kepada negara. Implikasi kesehatan dan biaya akibat dari penahanan praperadilan 
bisa semakin parah, seperti diuraikan dalam bagian I, Bab A, sub bab 3.2. Potensi 
kriminalisasi dari tersangka yang baru pertama kali melakukan tindak pidana, orang 
yang didakwa dengan pelanggaran kecil, atau mungkin orang yang tidak bersalah, 
ditahan dengan mereka yang dituduh dengan pelanggaran serius dalam penahanan pra 
peradilan untuk waktu yang lama, dapat berkontribusi kriminalitas dan residivisme di 
lalu hari, terutama bila diperhitungkan bersamaan dengan hilangnya pekerjaan 
dan lalu kesulitan dalam mencari pekerjaan sesudah  dibebaskan dari penahanan 
pra-ajudikasi. Biaya ini sulit dihitung, tapi bisa jadi sangat besar.
pemakaian dan biaya penahanan pra-ajudikasi yang berlebihan dapat membatasi 
kemampuan pemerintah untuk berinvestasi dalam bidang-bidang lain, seperti 
pendidikan, kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi, terutama di negara bersumber 
daya rendah di mana anggaran negaranya terbatas dan biasanya tidak memadai 
untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya.
Mengurangi penahanan sewenang-sewenang
Untuk pembuat undang-undang, pembuat kebijakan, dan aparat penegak hukum
• Untuk memastikan bahwa undang-undang tentang penangkapan sesuai dengan standar
internasional dan secara khusus melarang penangkapan sewenang-wenang. 
• Untuk menyiapkan langkah-langkah untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas,
membutuhkan aparat penegak hukum untuk menyimpan daftar penahanan atas seluruh 
tersangka yang ditahan, termasuk waktu penangkapan dan alasan penangkapan, rinciannya 
antara lain.
• Untuk menetapkan batas waktu penahanan yang ketat dan menyiapkan langkah-langkah
untuk memastikan bahwa mereka yang ditangkap dan ditahan dibawa ke hadapan otoritas 
peradilan, tanpa penundaan, agar otoritas peradilan bisa menentukan keabsahan penahanan 
dan untuk membebaskan orang ini , saat penahanan tidak berdasar pada kriteria 
hukum.
• Untuk memberi pelatihan kepada aparat penegak hukum tentang standar internasional
yang relevan dan perundang-undangan domestik.
• Untuk meninjau kriteria dalam mengevaluasi kinerja aparat penegak hukum, memastikan bahwa
jumlah penangkapan saja bukan yaitu  faktor positif dalam evaluasi kinerja mereka; dan
untuk mencabut setiap kuota penangkapan yang ditetapkan untuk pelanggaran tertentu.
• Untuk membentuk sebuah sistem pemantauan independen untuk memantau apakah dan
sejauh mana batas waktu penahanan yang dipatuhi, untuk mengidentifikasi masalah yang 
dihadapi dan untuk membuat rekomendasi.
Mengurangi penahanan pra-ajudikasi: paska-dakwaan 
Untuk pembuat undang-undang, pembuat kebijakan, jaksa dan hakim
• Untuk memastikan bahwa undang-undang dan pelaksanaannya mencerminkan persyaratan
standar internasional yang berkaitan dengan pemakaian penahanan pra-ajudikasi, membatasi 
penggunaannya pada situasi yang nyaris ditentukan.
• Untuk menghapus kewajiban penahanan pra-ajudikasi untuk pelanggaran apapun dan untuk
melarang pemakaian penahanan pra-ajudikasi untuk pelanggaran tertentu 
• Untuk meningkatkan kemungkinan jaminan dan menyiapkan langkah-langkah untuk
memastikan bahwa jumlah jaminannya adil, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi 
terdakwa, dan untuk memperkenalkan alternatif lain dalam penahanan pra-ajudikasi, seperti 
pembebasan dengan tanggung jawab pribadi, pengawasan atau pembatasan tertentu.
Pengalihan dari Sistem Peradilan Pidana 
Untuk pembuat undang-undang dan pembuat kebijakan 
• mempertimbangkan untuk meningkatkan wewenang polisi dan jaksa, dan memastikan
pelatihan yang diperlukan mereka untuk mengalihkan kasus-masalah yang sesuai dari sistem 
peradilan pidana, dan untuk memakai  wewenang mereka dengan cara yang konsisten 
dan adil. 
Untuk kementerian, polisi, dinas dan lembaga kejaksaan terkait yang menyediakan program 
pengobatan dan rehabilitasi